Ada 5 Perbedaan Menonjol Antara Pidato Mursi Dan As-Segi Di Pbb

Ada perbedaan yang sungguh mencolok antara pidato Presiden Mursi di PBB pada tahun 2012 dengan pidato As-Sisi pada tahun 2014 ini. Portal berita rassd menulis, paling tidak terdapat lima perbedaan yang sangat menonjol .

1. Kualitas bahasa dan nilai sastra

Pidato Presiden Mursi pada tahun 2012 sangat runtut dan terang, di mana Mursi senantiasa memakai bahasa Arab fusha (resmi) dengan struktur tata bahasa yang rapi dan benar. Hal ini bertolak belakang dengan As-Sisi yang dominan menggunakan bahasa Arab amiyah (pasaran) tanpa aturan tata bahasa yang baku.

Selain itu, kalimat-kalimat As-Sisi terkesan “mbulet” dan tak ada keterusterangan. Kebanyakan hanya berisi tuduhan kepada pihak-pihak yang tidak hadir di majelis.

2. Isi pidato

Perbedaan yang paling mencolok antara pidato Presiden Mursi tahun  2012 dengan As-Sisi tahun 2014 terletak pada isi pidato.

Kalimat-kalimat Mursi bernas dan religius sesuai dengan identitas keislaman rakyat Mesir. Mursi juga memberikan rasa hormatnya kepada Revolusi 25 Januari berikut tujuan-tujuan yang hendak dicapai bareng . Yang ia sampaikan hanya fakta dan kebenaran yang memang benar-benar telah dilakukan oleh masyarakat Mesir.

Adapun As-Sisi, pokok pidatonya sebatas usaha melakukan justifikasi atas perebutan kekuasaan yang ia rancang dan kecaman-kecaman terhadap Jamaah Ikhwanul Muslimin. Hal mana yang lalu ditafsirkan oleh para analis politik sebagai wujud dari “rasa bersalah” dan “ketidakpercayaan diri”.

Dalam pidatonya As-Sisi selalu mengulang-ulang kalimat “perang melawan terorisme” sebagai dagangan utama dalam berbagai peluang. As-Sisi juga terus mengulang pernyataan bahwa dia “mewakili seluruh rakyat Mesir”.

Menurut para analis, pernyataan mirip itu terus diulang alasannya adalah As-Sisi sungguh-sungguh merasa telah “berbohong” dan pada hakikatnya cuma mewakili dirinya sendiri saat berpidato.

  Kata Kata Keren Buat Update Status Fb Zaman Now Penuh Makna

3. Durasi waktu

Pada tahun 2012 yang kemudian Mursi berpidato selama lebih dari 38 menit, sedangkan pada tahun 2014 ini As-Sisi cuma berpidato selama 18 menit. Itu pun terkesan “mbulet” dan diulang-ulang.

4. Protokoler

Presiden Mursi waktu itu tidak membawa “tim sorak” untuk bertepuk tangan dikala ia sedang memberikan pidato. Presiden Mursi tampil dengan sangat percaya diri dan pidatonya memang sungguh dinantikan-tunggu, sebagai presiden sipil pertama yang memenangi Pemilu paling demokratis dalam sejarah Mesir terbaru.

Hal ini berkebalikan dengan As-Sisi yang menjinjing banyak tim sorak untuk bertepuk tangan dan berkomentar saat dia sedang memberikan pidato. As-Sisi seakan menyadari bagaimana dunia luar menatap dirinya sebagai otak di balik kudeta militer yang kekuasaannya tidak diakui bahkan oleh mayoritas penduduk Mesir sendiri. Oleh karena itu, ia berkepentingan menjinjing tim sorak untuk mendukung pidato yang disampaikannya.

5. Reaksi penduduk internasional

Pidato Presiden Mursi tahun 2012 yang sangat ditunggu-tunggu memantik reaksi luas di dunia internasional.  Majalah Time waktu itu menulis laporan bahwa Mursi, selaku presiden pertama yang diseleksi secara demokratis di Timur Tengah mengatakan dengan tegas terkait penderitaan warga Palestina. Mursi juga menawarkan peta jalan yang terang bagi perdamaian di Syiria. Bahkan secara eksplisit Mursi menyentil Israel dan Iran terkait perilaku keduanya terhadap kepemilikan senjata nuklir.

Apa yang disampaikan oleh Presiden Mursi juga mendapat reaksi faktual di dunia maya, utamanya para pengguna jejaring sosial Facebook dan Twitter di dunia Arab dan Mesir utamanya, alasannya dianggap mewakili suara mereka.

Semua itu berbanding terbalik dengan pidato As-Sisi, di mana sama sekali tidak mendapat apresiasi di pemberitaan negara-negara Arab maupun dunia internasional. Bahkan di dunia maya, khususnya di jejaring sosial Facebook dan Twitter, pidato As-Sisi cuma menjadi materi usikan. Hastag berbahasa arab yang menyerukan untuk menangkap As-Sisi jikalau menemukannya di jalanan New York sempat menjadi tranding topic di Twitter.

  التدريبات عن القراءۃ

Ala’ Bayumi, seorang analis politik Arab mengomentari pidato As-Sisi dengan penuh keheranan dan menganggapnya sebagai eksklusif yang cuma mampu menyalahkan orang lain. “As-Sisi langsung yang kontradiktif. Suatu hari ia akan menyadari hal itu. Dia selalu mengirim pesan yang bertentangan. Di Mesir beliau mengatakan ingin rekonsiliasi dengan golongan Ikhwanul Muslimin dan membuka peluang mereka untuk ikut serta di dunia politik. Tapi hari ini dia mengecam lawan-musuh politiknya dengan cara membabi buta,” terangnya. (ali/rassd.com)