Setalah membaca buku perihal “Peradilan Sesat” (Dalam buku itu diangkat perihal kasus Sengkot-Karta sampai masalah Prita) yang mendeskripsikan wacana kondisi peradilan di Indonesia yang sangat terpuruk akibat pola penegakan aturan sangat sangat liar, menyeramkan dan asal-asalan, dari mulai diskriminatif, kriminalisir, asal tangkap, asal aturan, asal bapak bahagia, asal publik bahagia, asal naik pangkat, bahkan asal kelihatan ahli.
Saya eksklusif mengajukan pertanyaan kemanakah pedang sang DEWI KEADILAN yang dalam mitologi Yunani dikenal dengan DEWI THEMIS atau dalam mitologi Romawi dikenal dengan nama LADY JUSTITIA. Secara filosofis dan sudah umum dikenali Themis digambarkan dengan timbangan yang menggantung dari tangan kiri, dimana beliau mengukur pembelaan dan perlawanan dalam sebuah perkara. Membawa pedang bermata dua yang menyimbolkan kekuatan Pertimbangan dan Keadilan. Mengenakan epilog mata, yang mengindikasikan bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu, blind justice & blind equality.
Secara ilustrasi, itulah yang dinamakan dengan sebuah keadilan, tetapi di Indonesia ceritanya menjadi berbeda. Seperti yang pernah dibilang Prof. Achmad Ali dalam kuliah yang pernah aku ikuti, menurut pengalaman ia di Jepang si Dewi Themis tidak tertutup matanya. kemudia dia berujar “seandaimya sang Dewi Keadilan di Indonesia terbuka matanya mirip di Jepang, maka penegakan hukum di Indonesia akan bertambah parah dengan asusmsi, mata tertutup saja sudah parah bagaimana kalau matanya terbuka???”
Siapakah bantu-membantu DEWI THEMIS, mungkin hanya sebagian kecil saja “orang” hukum yang mengetahuinya, entahlah dengan para Mahasiswa Baru di Fakultas Hukum yang sering menggelar teater “SANG DEWI KEADILAN”. Untuk itu aku coba mengangkat dongeng tentang dirinya yang saya kutip dari berbagai sumber.
Themis ialah salah satu dari bangsa Titan. Themis yakni buah hati dari pasangan Ouranos (yang kuasa langit) dan Gaea (tuhan bumi). Themis tak sendiri. Dia punya sebelas saudara. Kawanan keluarga Themis ini disebut sebagai sesepuh para yang kuasa. Hanya sebab mereka yaitu kalangan tuhan-ilahi yang paling tua. Merekapun menjadi pemula penguasa dunia. Mereka dibekali kekuatan dan ukuran yang besar. Tapi sifat dan wataknya tak beda dengan insan. Ada ilahi yang pemarah, ada yang lemah lembut, ada pula yang gagah perkasa. Tak jarang juga yang jelek rupa.
Cronus (Saturnur), yakni salah satu kerabat Themis. Dialah yang semula menjadi penguasa tunggal dunia. Tapi, suatu saat, Cronus dikudeta. Pelakunya ialah anak laki-lakinya sendiri. Dialah Zeus. Proses perebutan kekuasaan itu sungguh berdarah. Karena melibatkan pertandingan ayah dan anak dengan lagam kekerasan. Namun pemberontakan Zeus tak berlangsung sendiri. Dia dibantu dua pamannya, Promotheus (ilahi pencipta makhluk hidup)dan Oceanus (Dewa sungai). Dua tuhan ini saudara kandung Themis.
Zeus lalu bertahta di gunung Olympus. Dewa ini ternyata mempunyai temperament tinggi. Tak jarang amarah Zeus memuncak. Dia sering melemparkan kilat abad tengah emosi. Sasarannya yakni makhluk yang menjadikannya kesal. Bukan itu saja. Dia juga gemar berpoligami. Dewi yang dikawininya tak cuma satu. Selain Hera, beliau memperistri Demeter, Semele, Metis. Metisialah ibu kandung Pallas Athena. Empat istri tak juga memuaskan birahinya. Zeus juga mengawini beberapa puteri insan. Sebut saja nama Danae, Alkmene dan lainnya. Buah perkawinannya dengan Alkmene inilah yang menciptakan Herakles. Oleh bangsa Romawi disebut Hercules. Pastinya, Themis hanyalah setitik noktah di pangkuan Zeus.
Selain mereka, tercatat beberapa kerabat kandung Themis yang memiliki peran penting. Misalnya Dewi Tethys (istri Oceanus), Dewi Mnemosyne (dewi memori), Dewi Hyperion (bapak dari Matahari), Dewa Lapetus (ayah Pomotheus) dan dewa Atlas (ilahi yang membawa dunia dengan dua bahunya). Pastinya, semenjak itu Zeus berlakon sebagai tuhan-nya ilahi. Dia beristrikan Hera selaku ratu-nya ilahi di jagad khayangan.
Namun, Hesiodes menceritakan peristiwa yang sedikit berlainan. kemudian Zeus menikahi Themis alasannya jatuh hati dengan dewi itu. Etah karena mukaatau body-nya. Entah pula sebab hati Themis yang dinilai higienis. Tak ada catatan pasti wacana itu. Dia tetap rela diperistri oleh keponakannya sendiri. Themis tak berontak atau aib demi membuat puas birahi sendiri. Hasil perkawinan mereka lalu menghasilkan tiga ilahi. Mereka yaitu Eunomia (dewi kerajaan yang bagus), Dike (dewi keadilan), dan Irene (dewi perdamaian).
Nah, dari silsilah keluarga para yang kuasa tadi, hanya Themis-lah yang tetap dipuja sampai kini. Dirinya dianggap selaku simbol keadilan. Padahal sepak terjangnya tak dikenali niscaya. Terlebih lagi berkisar lakonnya dalam memperjuangkan suatu keadilan. Ironisnya lagi, semasa Themis hidup, gejolak kerap terjadi. Themis pasti menyaksikan kudeta yang dibuat Zeus. Mengapa Themis tak berperan? Setidaknya kalau proses perebutan kekuasaan itu benar berlangsung, pedang Themis siap memberantas kebatilan. JustruThemis acuh taacuh bebek saja. Pastinya, sebagai dewi, posisi Themis tak begitu memiliki arti di mata Zeus. Karena dia kerap dimadu oleh raja yang kuasa itu. Tapi Themis diam seribu bahasa. Tak ada epos yang berkisahThemis berontak atas ulah Zeus itu. Tak ada rasa cemburu atau aib. Themis tak bersuara memperjuangkan keperempuanannya. Themis tetap pasrah melihat Zeus membabat banyak perempuan. Themis bukanlah sosok pejuang bagi kalangannya.
Disisi lain, hasil pergulatan Themis dengan Zeus, melahirnya tiga dewi. Mereka juga ternyata berlangsung di rel keadilan. Tapi sekarang yang banyak dipuja hanyalah beliau seorang. Padahal hikayat Themis tak begitu cemerlang. Namun, semua golongan aturan tetap memujanya. Mulai dari ketua MA, Jaksa Agung sampai pengacara jalanan selalu percaya dirinya yaitu simbol keadilan. Mereka yakin tanpa tahu siapa Themis yang disembahnya.Kalangan ini tetap yakin Themis mampu memperjuangkan keadilan.
S.Maronie
16 August ‘10
10.45 pm
@Rumah Kopi