Dalam ke hidup-an ini, ramai sekali kejadian yng kita yakini ialah sebuah kebenaran tetapi tanpa disadari ialah sebuah kesalahan. Kita sering kali terasa diri kita akil, kompeten, serta lebih baik dari orang lain padahal belum pasti faktanya demikian.
Ambil semisal kau merupakan seorang lulusan komputer di Sekolah Menengah kejuruan, lantas masuk ke perkuliahan yang dengannya mengambil jurusan yng berlainan dari apa yng kau tekuni ketika di bangku SMK. Nah, disaat kau berdampingan yang dengannya mahasiswa jurusan komputer, disitu kau terasa bekerjsama kau lebih hebat dari orang-orang karena kamu menenteng sejuta pengalaman ihwal komputer dibandingkan orang-orang yng gres memasuki bidang ilmu yang sudah di sebutkan, terkecuali orang-orang yng dahulu pun Sekolah Menengah kejuruan yang dengannya jurusan yng percis.
Peristiwa seperti ini Suka disebut yang dengannya istilah Dunning-Kruger Effect, suatu penyimpangan kognitif dimana penderitanya terasa bahu-membahu dirinya lebih baik ataupun lebih hebat dibandingkan dengan orang lain pada biasanya. Penyimpangan yang telah di sebutkan diakibatkan ketidakmampuan atas dirinya mengidentifikasi kelemahan-kekurangannya. Dalam pemahaman lain, imbas Dunning-Kruger merupakan orang bodoh yng percaya bekerjsama dirinya sudah pintar.
Istilah ini diciptakan oleh dua orang hebat psikologi dari Universitas Cornell bernama David Dunning serta Justin Kruger pada tahun 1999 setelah dia melaksanakan sebuah studi yng memperlihatkan kesimpulan sesungguhnya, “kesalahan dalam menganggap orang yang inkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri, sedangkan kesalahan dalam menganggap orang yang sangat kompeten berawal dari kesalahan menganggap orang lain.”
Pernahkah kau terasa demikian? Merasa dirinya superior, namun bahu-membahu ada yng lebih mahir dari kita. Seperti halnya saya pun Suka merasakan imbas Dunning-Kruger. Saya pernah terasa bahwasanya diri aku paling berilmu menulis tetapi diluar sana pun tidak lebih lebih 80% pasti ada yng lebih bakir dari saya.
Ternyata efek Dunning-Kruger pun pernah disinggung oleh beberapa tokoh di dunia:
Charles Darwin pernah menyampaikan bahu-membahu, “ketidaktahuan condong menciptakan rasa percaya diri, bukan wawasan.”
William Shakespeare, seorang pujangga serta bintang film klasik pernah menyinggung dalam dramanya berjudul As You Like It bahwasanya, “orang terbelakang merasa dirinya bijak, tetapi orang bijak merasa dirinya terbelakang.”
Konfusius ataupun Kong Hu Cu pernah memaparkan, “pengetahuan sejati memiliki kegunaan untuk mengenali tingkat ketidaktahuan seseorang.”
Bertrand Russel, seorang matematikawan Inggris pernah mengatakan, “hal yang paling mengecewakan dikala ini adalah orang-orang yang merasa dirinya yakin sebetulnya tidak tahu apa-apa dan orang-orang yang punya khayalan dan pemahaman justru sarat keraguan dan rasa ragu-ragu.”
Efek Dunning-Kruger dalam pandang-an Islam
Masih berafiliasi yang dengannya singgungan tokoh dunia ihwal imbas Dunning-Kruger, ada tokoh Islam bernama Al-Khalil bin Ahmad yng memaparkan empat jenis kita-kita dalam spektrum wawasan:
- Pertama, merupakan orang yng tahu sesungguhnya dirinya tahu. Dia merupakan orang yng baik serta telah diberikan isyarat .
- Kedua, merupakan orang yng tak tahu bantu-membantu dirinya tahu. Dia ialah orang yng memiliki bakat terpendam dalam dirinya.
- Ketiga, ialah orang yng tahu bekerjsama dirinya tak tahu. Biasanya ialah orang yng sedang mencari ilmu.
- Terakhir, merupakan orang yng tak tahu sebenarnya dirinya tak tahu. Dia ialah orang yng udik serta waspadailah jenis kita-kita ini pada diri kau.
Nah, cerminan imbas Dunning-Kruger percis yang dengannya jenis kita-kita keempat. Dia tak tahu peluangdirinya. Dia menerka dirinya paling jago namun sebetulnya dia itu tak ahli, serta parahnya ia tak mengetahuinya!
Dalam Islam, ada istilah ujub, ialah peristiwa mengagumi diri sendiri. Ujub menilai dirinya jago, memuji dirinya baik secara fisik, intelektual, spiritual, serta sebagainya. Pada surat An-Najm ayat 32 diterangkan, “maka janganlah kamu menyampaikan dirimu suci. Dialah yang paling mengenali ihwal orang yang bertakwa.”
Referensi: [1]