Pengertian Dan Faedah Ekonomi Dalam Menyantap Sumberdaya Air

Pengertian Dan Manfaat Ekonomi dalam Mengkonsumsi Sumberdaya Air 
Dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan air makin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata meningkatnya pemanfaatan air hanya karena pertambahan jumlah masyarakatsaja, melainkan juga alasannya majunya kehidupan manusia (Simoen, 1985).
Pemanfaatan air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan penduduk tersebut, sehingga pemanfaatan air kerap kali digunakan selaku salah satu persyaratan tinggi rendahnya kemajuan sebuah penduduk (Noerbambang & Morimura, 1996), dengan demikian penggunaan air yang banyak selalu dikatagorikan sebagai keluarga yang mampu. Menurut Schefter (1990) rumah tangga dengan kelompok penghasilan yang lebih tinggi condong menggunakan air lebih banyak.
Penelitian yang dijalankan oleh Sutikno (1981) tentang pemanfaatan sumberdaya air untuk rumah tangga di DAS Serayu, memperoleh kesimpulan bahwa banyaknya pemanfaatan air oleh setiap rumah tangga di Kota Cilacap, Purwokerto dan Bojonegoro dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian (pekerjaan) kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis sumber air yang digunakan oleh masing-masing rumah tangga.
Penelitian lain perihal problem ini pernah juga dijalankan oleh Utaya (1993) di Kotamadya Malang Jawa Timur, hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kebutuhan domestik Kotamadya Malang per rumah tangga dan per kapita bermacam-macam menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga. Dari keadaan sosial ekonomi tersebut, diperoleh tingkat pendapatan yakni keadaan sosial ekonomi yang paling berpengaruh
Menurut Leeden et al. (1990) rata-rata masyarakat biasanya menggunakan air sebanyak 100 galon per orang per hari, sebagai pelanggan domestik, penduduk menggunakan air untuk untuk keperluan seperti : pengglontoran toilet, mandi, memasak, kebersihan dan menyirami tumbuhan. 
Pemanfaatan Air Domestik Berdasarkan Jenis Kegiatan
Pemanfaatan air domestik di Kecamatan Kalasan terdiri dari jenis kegiatan yang menawarkan konribusi terhadap besarnya pemanfaatan air domestik, beberapa jenis aktivitas yang menunjukkan donasi tersebut adalah :
a. mandi 
b. mencuci busana 
c. mengolah masakan/minum
d. mencuci alat dapur
e. mencuci lantai
f. wudhu’
g. mencuci kendaraan
h. menyiram tumbuhan
i. pemanfaatan air lain-lain
a. Mandi
Pemanfaatan air domestik pada setiap jenis acara didominasi oleh jenis acara mandi, ialah sebesar 39,06 liter/hari, berdasarkan hasil penelitian yang dijalankan di Kecamatan Kalasan, dari rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang terdapat sebanyak 60,57 % atau sebanyak 3 orang yang melaksanakan acara kegiatan rutin setiap harinya, mirip berangkat ke tempat kerja, ke sekolah, atau aktivitas lain yang dilaksanakan setiap harinya, hal ini menawarkan bantuan besarnya pemanfaatan air pada jenis acara mandi di Kecamatan Kalasan, karena setiap kali melaksanakan kegiatan pagi selalu diawali dengan mandi.
Disamping adanya acara rutinitas yang menunjukkan bantuan besarnya pemanfaatan air domestik untuk acara mandi, ternyata juga didapatkan di lapangan bahwa pemanfaatan air domestik untuk jenis aktivitas mandi ini sungguh di pengaruhi oleh suatu kebiasaan penduduk dalam memanfaatkan air, yakni adanya kebiasaan besarnya pemanfaatan air untuk mandi dipengaruhi oleh adanya daerah penampungan air (wadah air), pemanfaatan air pada jenis aktivitas mandi di rumah tangga dengan memakai kolam mandi relatif lebih besar jikalau ketimbang menggunakan baskom, hal ini terbukti dari 200 responden yang diteliti terdapat 152 rumah tangga yang memakai kolam mandi, dan 48 rumah tangga yang menggunakan ember selaku tempat penampungan untuk mandi. Pemanfaatan air pada jenis acara mandi dengan menggunakan kolam mandi memiliki rata-rata pemanfaatan air sebesar 413,37 liter/hari, sedangkan dengan menggunakan bejana mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar 349,58 liter/hari. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan air pada jenis acara mandi dengan menggunakan kolam mandi cenderung memakai air lebih besar kalau daripada menggunakan baskom.
b. Mencuci Pakaian 
Dijelaskan bahwa rata-rata pemanfaatan air pada jenis acara mencuci busana sebesar 78,30 liter/hari. Berdasarkan hasil observasi dimengerti bahwa, dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan terdapat 96,5 % atau sebanyak 193 rumah tangga melaksanakan jenis acara mencuci busana di rumah, sedangkan sisanya 3,5 % atau sebanyak 7 rumah tangga tidak melaksanakan jenis kegiatan mencuci busana di rumah, tetapi dilaksanakan di sumber mata air, dari 7 rumah tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan mencuci busana tersebut terdapat 3 rumah tangga di Kelurahan Tamanmartani dan 4 rumah tangga di Kelurahan Tirtomartani, sehingga ditentukan pada 7 rumah tangga tersebut pemanfaatan air rumah tangga ialah nihil, meskipun demikian rumah tangga yang tidak melakukan kegiatan mencuci busana tersebut diikutsertakan selaku pembagi dalam mengkalkulasikan rata-rata pemanfaatan air. Keadaan ini menawarkan donasi terhadap rata-rata pemanfaatan air pada jenis mencuci pakaian di Kecamatan Kalasan menjadi kecil.
c. Memasak/minum
Pemanfaatan air pada jenis kegiatan mengolah masakan/minum ialah sebesar 11,12 liter/hari. Kegiatan ini menduduki urutan kelima terbanyak dalam mempergunakan air di Kecamatan Kalasan, besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis acara ini sungguh dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga serta mobilitas anggota kelurga setiap harinya. Dari sebanyak 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan, ternyata rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang dan yang melaksanakan aktivitas kegiatan rutin sebanyak 3 orang setiap rumah tangga, namun dari rata-rata jumlah anggota keluarga yang melaksanakan kegiatan rutinitas tersebut terdapat diantaranya 60 rumah tangga yang memiliki kedua orang renta bekerja. Banyaknya kedua orang bau tanah yang melakukan pekerjaan di Kecamatan Kalasan ini memperlihatkan donasi terhadap pemanfaatan air pada jenis acara mengolah masakan/minum menjadi kecil, hal ini sebab kadang-kadang jenis kegiatan makan siang atau minum dikerjakan di luar rumah.
d. Mencuci Alat Dapur
Jenis acara mencuci alat dapur menduduki urutan keempat terbanyak dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 17,04 liter/hari. Jenis aktivitas ini sangat berhubungan dengan jenis aktivitas memasak/minum, sehingga argumentasi besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis acara ini juga sama mirip jenis aktivitas memasak/minum, di samping argumentasi yang serupa dengan jenis acara mengolah masakan/minum juga terdapat alasan lain yang menjadikan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis acara mencuci alat dapur yakni frekuensi mencuci alat dapur. Di Kecamatan Kalasan frekuensi alat dapur terjadi kombinasi, dari 200 responden yang diteliti ternyata terdapat 13 % atau sebanyak 26 rumah tangga yang melaksanakan jenis acara mencuci alat dapur dengan frekuensi sebanyak 3 kali dalam sehari, 43,5 % atau sebanyak 87 rumah tangga dengan frekuensi 2 kali dalam sehari, 43 % atau sebanyak 86 rumah tangga dengan frekuensi 1 kali dalam sehari, dan 1 rumah tangga tidak melaksanakan jenis acara mencuci alat dapur. Banyaknya rumah tangga yang melakukan jenis acara mencuci alat dapur dengan frekuensi 1 kali dalam sehari menunjukkan bantuan terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula, lain halnya
e. Mencuci Lantai
Mencuci lantai termasuk jenis acara yang menduduki urutan ketujuh dari sembilan jenis acara yang mempergunakan air, adalah sebesar 4,54 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis acara ini sungguh berhubungan dengan jumlah rumah tangga yang melaksanakan kegiatan mencuci lantai serta banyaknya frekuensi yang dilaksanakan dalam satu ahad. Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan ternyata terdapat 56,5 % atau sebanyak 113 yang melaksanakan jenis kegiatan mencuci lantai, sedangkan sisanya sebanyak 43,5 % atau sebanyak 87 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci lantai, hal ini disebabkan oleh rumah tangga tersebut tidak mempunyai lantai tegel atau keramik, namun hanya berupa lantai tanah.
Rumah tangga yang melaksanakan jenis acara mencuci lantai juga terjadi variasi frekuensi mencuci lantai, dari 113 rumah tangga yang melakukan jenis acara mencuci lantai ternyata terdapat 46,02 % atau sebanyak 52 rumah tangga yang melaksanakan jenis aktivitas mencuci lantai dengan frekuensi setiap hari; 17,70 % atau sebanyak 20 rumah tangga dengan frekuensi dua hari sekali; 19,47 % atau sebanyak 22 rumah tangga dengan frekuensi sebanyak 3 hari sekali; dan 16,81 % atau sebanyak 19 rumah tangga dengan frekuensi sebanyak seminggu sekali.
Adanya rumah tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan mencuci lantai serta adanya frekuensi yang bermacam-macam dalam melaksanakan jenis acara mencuci lantai, menawarkan bantuan jenis kegiatan ini terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
f. Wudlu’
Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan terdapat 167 rumah tangga yang beragama Islam, sedangkan sisanya sebanyak 31 rumah tangga beragama Nasrani, 1 rumah tangga berama Katolik dan 1 rumah tangga bermacam-macam Hindu. Pemanfaatan air pada jenis aktivitas berwudlu’ tidak mengikutsertakan agama non Islam selaku pembagi dalam perkiraan rata-rata pemanfaatan air. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa rata-rata pemanfaatan air berwudlu’ setiap harinya ialah sebesar 80,60 liter/hari. Berdasarkan data di lapangan rata-rata setiap kali berwudu yaitu 5 liter, sehingga semestinya pemanfaatan air rata-rata untuk berwudlu’ yaitu jumlah anggota keluarga x rata-rata setiap kali berwudlu’ x sholat 5 waktu, maka kesannya yakni : 5 x 5 x 5 = 125 liter/hari, berarti bisa disimpulkan bahwa 80,60 : 25 = 3,22 » 3, ini artinya dari rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang, ternyata cuma 3 orang yang sholat, atau dengan kata lain rata-rata rumah tangga di Kecamatan Kalasan yang tidak sholat ada sebanyak 2 orang.
g. Mencuci Kenderaan
Jenis aktivitas mencuci kenderaan menduduki urutan keenam terbanyak dalam pemanfaatan air, adalah sebesar 5 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis acara ini sungguh berhubungan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan acara mencuci kenderaan serta media yang dipakai setiap kali mencuci kenderaan. Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan ternyata terdapat 25 % atau sebanyak 50 rumah tangga yang melaksanakan jenis aktivitas mencuci kenderaan, sedangkan sisanya sebanyak 75 % atau sebanyak 150 rumah tangga tidak melakukan jenis aktivitas mencuci kenderaan dengan rincian argumentasi sebagai berikut :
1. sebanyak 23 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan sebab tidak mempunyai kenderaan, baik berupa motor, kendaraan beroda empat atau kenderaan dalam bentuk yang lain.
2. sedangkan sebanyak 127 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan sebab senantiasa menggunakan lap kain setiap kali membersihkan kenderaan, sehingga tidak memerlukan air.
Rumah tangga yang melaksanakan jenis kegiatan mencuci kenderaan juga terjadi variasi media yang dipakai setiap kali mencuci kenderaan, menurut hasil penelitian di Kecamatan Kalasan media yang sering diguanakan setiap kali mencuci kenderaan ada dua, yaitu bejana atau selang air. Dari 50 rumah tangga yang melakukan jenis aktivitas mencuci kenderaan ternyata terdapat 80 % atau sebanyak 40 rumah tangga yang melakukan jenis acara mencuci kenderaan dengan menggunakan media baskom, sedangkan sisanya sebanyak 20 % atau sebanyak 10 rumah tangga melaksanakan jenis acara mencuci kenderaan dengan memakai media selang air. Media yang berbeda menciptakan rata-rata pemanfaatan air pada jenis aktivitas mencuci kenderaan menjadi berlainan pula, berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media bejana sebesar 9 liter/hari, sedangkan rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media selang air ialah sebesar 64 liter/hari.
Adanya rumah tangga yang tidak melaksanakan jenis kegiatan mencuci kenderaan serta banyaknya rumah tangga yang memakai media baskom setiap kali mencuci kenderaan, menunjukkan kontribusi jenis kegiatan ini kepada pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
h. Menyiram Tanaman
Lain halnya dengan jenis aktivitas menyiram flora, di mana pada kegiatan ini pemanfaatan airnya ialah paling kecil bila dibandingkan dengan jenis kegiatan yang lain, yaitu sebesar 1,94 liter/hari. Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Kalasan ditemukan bahwa dari 200 responden yang diteliti terdapat sebanyak 7,5 % atau sebanyak 15 rumah tangga yang menggunakan pekarangan rumah untuk menanam tanaman, sedangkan sisanya sebanyak 92,5 % atau 185 rumah tangga tidak menggunakan pekarangan rumah sebagai kawasan untuk menanam tumbuhan, tetapi hanya dibiarkan sebagai daerah untuk bermain belum dewasa. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah tangga di Kecamatan Kalasan tidak kepincut untuk menanam flora pada pekarangan rumah, sehingga pemanfaatan air pada jenis acara menyiram tumbuhan juga relatif kecil.
i. Pemanfaatan Air Lain-lain
Jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain menduduki urutan kedelapan terbanyak dalam pemanfaatan air, ialah sebesar 2,74 liter/hari. Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Kalasan, jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain ini terdapat jenis acara memberi minum ternak dan mengisi kolam ikan, kedua jenis acara ini termasuk jenis acara pemanfaatan air lain-lain dan termasuk memberikan kontribusi terhadap besarnya pemanfaatan air domestik, dimasukkannya kedua jenis acara tersebut dalam pemanfaatan air domestik, alasannya air yang dipakai bersumber dari rumah tangga. 
Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan, terdapat 3,5 % atau sebanyak 7 rumah tangga yang melaksanakan jenis aktivitas pemanfaatan air lain-lain dengan rincian 4 rumah tangga melakukan jenis acara memberi minum ternak dengan rata-rata pemanfaatan air sebesar 32,68 liter/hari, dan 3 rumah tangga melakukan jenis acara mengisi bak ikan dengan rata-rata pemanfaatan air sebesar 139,27 liter/hari, ini bermakna terdapat 193 rumah tangga di Kecamatan Kalasan tidak melaksanakan jenis acara pemanfaatan air lain-lain, menurut hasil pengamatan di lapangan dikenali bahwa 193 rumah tangga tersebut tidak memungkinkan melakukan jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain, sebab keterbatasan lahan yang tersedia. 
Banyaknya rumah tangga yang tidak melaksanakan jenis aktivitas pemanfaatan air lain-lain menunjukkan donasi kepada pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
Besarnya kontribusi jenis acara mandi di Kecamatan Kalasan sangat berlainan seperti yang diungkapkan oleh Fair et al. (1971), di mana beliau mengatakan bahwa donasi jenis aktivitas mandi terhadap pemanfaatan air domestik ialah sebesar 37 %, hal tersebut menawarkan bahwa di Kecamatan Kalasan pemanfaatan air pada jenis aktivitas mandi memberikan bantuan yang relatif besar kepada pemanfaatan air domestik sehari-hari. 
Pemanfaatan air pada jenis acara berwudlu’, hal ini sebab di negara Amerika Serikat lebih banyak didominasi beragama non Islam, sehingga pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini tidak dipertimbangkan, namun lain halnya bagi negara yang orangnya mayoritas Islam, besarnya pemanfaatan air pada aktivitas tersebut sangat signifikan, dari hasil observasi di Kecamatan Kalasan diketahui bahwa pemanfaatan air pada jenis acara ini sebesar 13,45 % dari total pemanfaatan air domestik sehari-hari.
Lain halnya dengan pemanfaatan air pada jenis acara menyiram tanaman, di Kecamatan Kalasan termasuk pemanfaatan air terkecil, ialah sebesar 0,32 yang merupakan pemanfaatan air di negara Amerika Serikat, pemanfaatan air pada jenis kegiatan menyiram tumbuhan di negara tersebut sebesar 3 %, hal ini memberikan bahwa pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini di Kecamatan Kalasan menawarkan kontribusi relatif kecil terhadap pemanfaatan air domestik sehari-hari. 
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kalasan dan hasil penelitian yang dijalankan oleh Fair et al. (1971) di Amerika Serikat, terdapat perbedaan yang kasatmata, sehingga apa yang diutarakan oleh Fair et al. (1971) tentang kontribusi jenis acara tertentu terhadap pemanfaatan air domestik tidak dapat digeneralisir terhadap semua kawasan, terlebih bagi sebuah negara yang mempunyai dua musim mirip di Indonesia.