Apresasi yaitu sebuah langkah untuk mengenal, mengerti, dan menghayati suatu karya sastra yang selsai dengan timbulnya pencelupan atau rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjek apresiator dapat menghargai karya sastra yang dinikmatinya secara sadar. Contoh karya sastra yang bisa kita jadikan objek apresiasi ialah Prosa, Puisi, dan sebagainya.
Dalam mengapresiasi karya sastra, kita mesti mengenal karya itu apalagi dahulu. Karya sastra mampu dikenal atau dimengerti lewat bagian-komponen yang membangunnya atau disebut dengan bagian intrinsik.
Yang tergolong komponen intrinsik karya sastra yakni :
1. Tema
3. Tokoh/Penokohan
Sebuah dongeng dalam novel/cerpen niscaya memiliki figur yang diperankan. Layaknya suatu kehidupan positif, berbagai aksara tokoh yang mewarnai kehidupan bermasyarakat. Begitu pula dalam sebuah karya sastra. Penokohan adalah cara pengarang menerangkan para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung selaku bintang film sekaligus penggagas cerita dan orang-orang yang hanya ditambahkan di dalam cerita. Dan tabiat tokoh, yaitu penggambaran aksara serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menjadikan konflik, lazimnya di dalam kisah ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang mengasyikkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh utama disebut dengan tokoh protagonis dan lawannya yakni tokoh antagonis. Untuk mengenali etika tokoh dalam cerita salah satu caranya adalah dengan membaca dialog antar tokoh
Cara pengarang menggambarkan para tokoh cerita yaitu dengan secara langsung dijelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak pribadi, adalah lewat percakapan/obrolan, digambarkan oleh tokoh yang lain, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan asumsi, atau tindakan saat menghadapi problem.
4. Latar/Setting
Semua yang kita alami dalam hidup senantiasa mempunyai daerah. Semua tenpat yang kita jamah, akan menjadi latar kisah kehidupan kita. Latar kisah yaitu citra perihal waktu, kawasan, dan suasana yang digunakan dalam sebuah dongeng. Latar ialah fasilitas memperkuat serta membangkitkan jalan kisah.
5. Amanat/pesan
Sebuah karya harus memiliki pesan sopan santun, inilah yang menjadi nilai pendidikan sebuah kisah. Amanat kisah yaitu pesan budbahasa atau nasehat yang disampaikan oleh pengarang lewat kisah yang dikarangnya. Pesan atau saran disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yaitu dijelaskan oleh pengarang langsung atau lewat obrolan tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru akan mampu menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi kisah.
6. Sudut pandang
Banyak cara pengarang memberikan ceritanya. Pengarang berhak memilih tokoh utama, cara menceritakan dan bagaimana dia akan membuatkan cerita menjadi menawan. Sudut pendang bekerjasama dengan kata ganti orang. Sudut pandang pengarang disebut juga point of view adalah posisi pengarang dalam dongeng.
Macam-macam sudut pandang :
(1) . Sudut pandang orang pertama
Kedudukan pengarang sebagai tokoh utama, ditandai dengan kata ganti saya, saya,
(2). Sudut pandang orang ketiga
Kedudukan pengarag sebagai orang ketiga, diluar ata didalam cerita,
ditandai dengan penggunaan nama orang, atau kata ganti orang ketiga, seperti beliau, mereka (jamak)
8. Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah cara pegarang menguraikan dongeng, bisa menggunakan gaya bahasa lugas ataupun bahasa berkias tergantung keperluan dan gaya pengarang sendiri. Pilihan gaya bahasa yang berlainan juga akan memberi point tersendiri dan turut membuat keindahan pada suatu karya sastra.