Pengertian Notasi Ilmiah

Pengertian Notasi Ilmiah 
Terdapat beragam metode dalam penulisan notasi untuk menyusun karya tulis ilmiah. Sistem yang dikenal di kelompok penduduk ilmiah antara lain ialah system University of Chicago Press, Sistem Harvard, Sistem American Psychological Assosation (APA), Sistem American Antropoloist, Sistem Harcouver, dan sistem Gabungan (misalnya Sistem Harvard dengan tata cara aksara)-Keseluruhan tata cara tersebut pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kalangan yaitu, pertama, tata cara yang memanfaatkan catatan kaki (misalnya Sistem University of Chicago press), kedua, sistem yang tidak memakai catatan kaki (contohnya tata cara yang menggabungkan kedua metode yang pertama).
Sistem yang memakai catatan kaki menaruh sumber acuan yang berbentuknama pengarang, judul, penerbit, tahun penerbitan, dan halaman yang dirujuk, dibagian bawah dari halaman tulisan. Dari sinilah dikembangkan terminology footnote atau catatan kaki disebabkan letak acuan yang diletakan pada bagian bawah atau kaki dari goresan pena. Walaupun demikian, terdapat juga tata cara yang menggunakan catatan kaki, namun meletakkan daftar rujukannya tidak di halaman yang sama, melainkan di belakang setelah seluruh karya tulis final. Hal ini sering dilaksanakan untuk memudahkan pengetikan. Sebenarnya, menaruh daftar referensi di belakang ini bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh metode catatan kaki, adalah pembaca dengan cepat menemukan sumber referensi yang digunakan dalam karya tulis. Seorang pembaca, yang meresensi suatu buku untuk mendapatkan sumber acuan, menulis bahwa “catatan kaki yang ditaruh di belakang (menjadi catatan belakang), malah mempersulit pembaca untuk merekam kutipan-kutipan para analis”. Selanjutnya, dia menyarankan bahwa dalam penerbitan berikutnya hal ini “dibenahi
Contoh di atas dikemukakan untuk memperlihatkan bahwa setiap metode notasi ilmiah mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kaprikornus, dalam memilih sistem notasi ilmiah, kita harus mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan tersebut vis-a-vis tujuan penulisan karya tulis kita. Kelebihan metode catatan kaki, di samping dengan gampang memperoleh sumber acuan pada halaman yang sama, juga memungkinkan kita untuk menambahkan informasi pelengkap untuk tubuh tulisan yang diletakkan dalam catatan kaki. Keterangan perhiasan ini, baik yang berupa klarifikasi maupun analis, akan “memperluas” dan “memperdalam” materi karya tulis. Hal ini tidak ditaruh dalam badan goresan pena karena akan menggangu kelangsungan penulisan.
Disebabkan hal inilah maka sistem catatan kaki sungguh ideal untuk penulisan karya tulis ilmiah yang memerlukan kedalaman dan keluasan bahan goresan pena seperti skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian lainnya. Sebaiknya, terdapat pula goresan pena yang relative tidak sedalam dan seluas karya tulis tersebut seperti artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal atau majalah. Untuk tulisan seperti ini maka teknik notasi yang ideal ialah tata cara tanpa catatan kaki.
Sistem tanpa catatan kaki, sesuai dengan namanya, menaruh daftar pernyataan yang tercantum tulisan. Artinya dalam pernyataan yang tercantum dalam tubuh goresan pena telah terangkum di dalamnya sumber tumpuan. Hal ini sangat mempermudah penulisan, tergolong mereka yang membaca goresan pena tersebut, utamanya kalau dikaitkan dengan diskripsi pertumbuhan keilmuan (the state of the art) atau analisis perbandingan dengan karya ilmiah yang lain. Kelemahannya yaitu bahwa keterangan pelengkap yang bersifat memperluas dan memperdalam goresan pena tidak dapat diberikan.
Untuk menangani kelemahan itu maka sering digabungkan antara metode tanpa catatan kaki dengan tata cara catatan kaki. Artinya, sumber acuan mempergunakan sistem tanpa catatan kaki, sedangkan informasi komplemen memanfaatkan metode catatan kaki. Penelitian akadeik seperti skripsi, tesis, dan disertasi, sering mempergunakan sistem campuran ini.
Semua peneliti mesti menguasai ketigia metode penulisan ini dengan aneka macam variasinya, Baik tata cara catatan kaki, maupun sistemtanpa catatan kaki, tidak berisikan satu teknik notasi ilmiah yang serupa, melainkan berubah menjadi beragam teknik penulisan. Pengiriman artikel ke jurnal tertentu memerlukan standar penulisan tertentu pula. Sebagaimana telah disinggung terdahulu, penulisan Sistem American Psychological Association berlainan dengan Sistem American Anthropologist. Perbedaan ini tidak akan terlalu dibesar-besarkan, yang penting ialah bahwa kita mengenal berbagai metode yang berlaku dalam penduduk ilmiah.
Kutipan, Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka
1). Kutipan
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah fikiran, definisi, atau hasil penelitian orang lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berhubungan dengan bahan penulisan. Kutipan dari pendapat aneka macam tokoh ialah esensi dalam penulisan sinteisis.
Kutipan dilaksanakan apabila penulis telah mendapatkan sebuah kerangka berpikir yang mantap. Walaupun kutipan atas usulan seorang pakar itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa keseluruhan sebuah goresan pena mampu terdiri dari kutipan-kutipan. Garis besar kerangka karangan serta kesimpulan yang dibuat mesti ialah endapat penulis sendiri. Kutipan – kutipan hanya berfungsi selaku materi bukti untuk menunjang usulan penulis.
Manfaat Kutipan 
  • untuk menegaskan isi uraian 
  • untuk menunjukan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis 
  • untuk menghalangi penggunaan dan akreditasi bahan tulisan orang lain selaku milik sendiri 
  Pemahaman Planning
Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pengambilan bab tertentu dari goresan pena orang lain tanpa melakukan perubahan ke dalam tulisan kita. Syarat kutipan langsung ialah sebagai berikut: 
  • Tidak boleh melaksanakan perubahan terhadap teks asli yang dikutip 
  • Menggunakan tiga titik berspasi [. . . ]jika ada bagian yang dikutip dihilangkan 
  • Menyebutkan sumber sesuai dengan teknik notasi yang dipakai. 
  • Bila kutipan langsung pendek (tidak lebih empat baris) dikerjakan dengan cara : 
a. Integrasikan eksklusif dalam badan teks
b. Diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks
c. Diapit oleh tanda kutip
Bila kutipan eksklusif panjang (lebih dari empat baris) dilaksanakan dengan cara”
a. Dipisahkan dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks
b. Diberi jarak rapat antarbaris dalam kutipan
Contoh Kutipan Langsung Pendek
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengawasi dan mengatur perasaan sendiri dan orang lain, serta memakai perasaan-perasaan itu untuk “memandu anggapan dan langkah-langkah”.
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kesanggupan mirip kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi putus asa, mengontrol dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan, mengontrol suasana hati dan menjaga biar beban stres tidak melumpuhkan kesanggupan berpikir, berempati dan berdoa.
Contoh Kutipan Langsung Panjang
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengawasi dan menertibkan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan- perasaan itu untuk memandu asumsi dan tindakan. Mayer dan Salovey mendefinisikan kecerdasan emosional selaku berikut:
Emotional intelligence involves the ability to perceive accurately, appraise, and express emotion; the ability to understand emotion and emotional knowledg; and ability to regulate emotions to promote emotional and intellectual growth.
Kutipan Tak Langsung
Kutipan tak lansung yakni kutipan yang menuliskan kembali dengan kata-kata sendiri. Kutipan ini dapay dibuat panjang atau pendek dengan cara mengintegrasikan dalam teks, tidak diapit dengan kata kutip dan menyebutkan sumbernya sesuai dengan teknik notasi yang dijadikan pedoman dalam menulis karya ilmiah.
Contoh Kutipan Taklangsung
Secara empirik hal ini sudah dibuktikan oleh Jepang melalui Restorasi Meiji telah berhasil memodernisasi bangsa Jepang menjadi bangsa yang maju dengan jalan membereskan sistem pendidikannya utamanya pada jenjang pendidikan tinggi. Faktor pendidikan dalam proses modernisasi menjadi penting karena pada hakikatnya modernisasi menjadi penting karena pada hakikatnya modernisasi adalah pergeseran pandangan hidup yang didorong oleh cara berpikir. 
Catatan Kaki
Catatan kaki adalah penyebutan sumber yang dijadikan kutipan. Fungsi catatan kaki adalah memperlihatkan penghargaan terhadap sumber yang dikutip dan aspek ligalitas untuk izin penggunaan karya tulis yang dikutip, serta yang terpenting adalah etika akademik dalam masyarakat ilmiah selaku wujud kejujuran penulis. Ada beberapa cara yang digunakan dalam menuliskan sumber kutipan, antara lain:
1. Nama pengarang hanya satu orang
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), Atau Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge Schenkman, 1972), 
2. Nama Pengarang yang jumlahnya dua orang dituliskan lengkap
David B. Brinkerhoff dan Lynn K. White, Sociology (St Paul: Wst Publishing Company, 1988), hal. 585.
3. Nama Pengarang yang jumlahnya hingga tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang cuma dituliskan nama pengarang pertama ditambah kata et al. 
John A. R. Wilson, Mildred C. Robeck, and William B. Micheal, Psychological Foundation of Learning and Teaching (New York: McGraw-Hill Book Company, 1974), dan Carrick Martin et al., Introduction to Accounting ed ke 3 (Singapore”Mc.Graw-Hill, 1991), hal 123.
4. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya dengan singkatan p (pagina) atau h (halaman). Sekiranya kutipan itu disarikan dari beberapa halaman misalnya dari halaman 1 hingga dengan 5 maka dikutip p.
David Harrison, The Sociology of Modernization and Development 
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 
5. Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, Koran, kumpulan karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip yang dibarengi dengan isu perihal makalah tersebut.
Karlina, “Sebuah Tanggapan : Hipotesa dan Setengah llmuan,” 
Liek Wiliardjo, “Tanggung llmuan” Pustaka th. Ill 1979,pp.11-14. Jawab Sosial No. 3, April
M. Sastrapratedja, “Perkembangan ilmu dan Teknologi dalam Kaitannya dengan Agama dan Kebudayaan”. Makalah disampaikan dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI. Jakarta, 15-19 September 1981.
B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam ilmu-ilmu alam.”llmu dalam Perspektif. ed. Juiun S. Suriasumantri (Jakarta : Gramedia, 1978) pp. 129-133.
J.J. Honingman, The World of Man, dalam Alfian (ed.), Persepsi Masyarakat ihwal Kebudayaan (Jakarta : Gramedia, 1985), 
6. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dijalankan dengan menggunakan notasi op. cit. (opera citato : dalam karya yang telah dikutip), loc. Cit. (loco citato : dalam daerah yang sudah dikutip dan ibid, (ibidem: dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka pengarang tidak ditulis lengkap melainkan cukup nama familinya saja. Sekiranya pengulangan dikerjakan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka dipergunakan notasi ibid. dikutip kembali sumber yang serupa dengan kutipan sebelumnya pada halaman yang serupa lbid dikutip kembali sumber yang sama dengan kutipan sebelumnya pada halaman yang berbeda 
Mengutip sumber yang serupa dan halaman yang sama namun sudah diselingi oleh sumber lain
Conny R. Semiawan, loc. cit.
Mengutip sumber yang sama dan halaman yang berlainan tetapi telah diselingi oleh sumber lain
Mengutip pengarang yang sama buku berlainan dan halaman yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, 
Mengutip pengarang yang sama buku berlainan dan halaman yang sama namun sudah diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, loc.cit.
Mengutip pengarang yang sama buku berlainan dan halaman yang berlawanan tetapi telah diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, 
7. Kadang-kadang kita ingin mengutip suatu pernyataan yang telah dalam karya tulis yang lain. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan.
Anastasi dalam Syafuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 6.
Anton Bekker, “Badan Manusia dan Budaya” dalam G. Muedjanti, (ed.) Tantangan Kemanusiaan Universal (Yogyakarta: Kanisius),
Jujun S. Suriasumantri, “Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu”, dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed.) (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), hal. 10.
8. Kadang-kadang kita ingin mengutip suatu pernyataan yang telah diterjemahkan. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan.
Theodore M. NewComb, Ralph H. Turner dan Philip E. Converse, Psikologi Sosial, Terjemahan FPUI (Jakarta: Diponegoro: 1985), 
J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: PT Gramedia, 1982), 
9. Majalah/Jurnal Ilmiah
James F. Stratman, “The Emergence of Legal Composition as a field of inquiry,” Review of Educational Research, LX (2,1990), pp. 153-235.
10. Interview
Interview dengan Dr. Endry Boeriswati, M.Pd. . Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ, 2 Februari 2007 pukul 15.00 
11. Tidak dipublikasikan 
Endry Boeriswati, Penilian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Makalah Pelatihan Widya Iswara Bahasa Indonesia, Jakarta : PPPG Bahasa, 2006)
12. Buku yang berisikan beberap jilid yang memiliki judul biasa tetapi tiap jilid memiliki subjudul sendiri. 
Russell G. Davis (ed.), Planning Education ofr Development. Vol II : Issues and Problem in the Planning of Education in Developing Countries (Cambridge, Harvard University, 1980). P.p. 76.
13. Dokumen 
RI, UUD 1945, Bab VII, Pasal 19, Ayat 1. 
14. Situs Internet
Thorndike, R.L., History of Infleunces in Develompment of Intelligence Theory & Testing, (http://www.Indiana.edu/ jasus/Thorndike.html), 1998,
Traditional Intelligence Theories,. (http://edweb.gsn.org/edref.mi. hst.html), 2000, hal. 1 Report of Task Force established by Board of Scientific Affairs of American Psychological Assciation, (http://www.cycau.com/Organ/ Upstream/ IQ/apa/html), 20/08/2000, 
3. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan referensi penulis selama dia melaksanakan dan menyusun penulisan baik sebagai penunjang maupun selaku data. Ada beberapa teknik penulisan daftar pustaka. Semua teknik yang dipilih dapat menyesuaikan dengan ajaran yang kita pilih. Namun demikian intinya daftar pustaka dipakai untuk pembantu pembaca mengenal ruang lingkup penulis, menawarkan berita terhadap pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam dibandingkan dengan kutipan yang digunakan penulis, dan membantu pembaca menentukan refrensi dan materi dasar studinya.
Teknik penulisan daftar pustaka yaitu selaku berikut:
a. Baris pertama dimulai pada margin kiri, baris kedua dan berikutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
b. Jarak antarbaris 1,5 spasi
c. Diurutkan berdasarkan aksara aksara pertama nama keluarga penulis.
d. Jika penulis yang serupa menulis lebih dari satu karya tulis yang dikutip, nama penulis nama penulis harus ditulis berulang.
e. Urutan penulisan: nama penulis diawali nama keluraga penulis, tahun terbitan, judul karya tulis dengan memakai aksara kapital di awal kata, dan data publikasi berisi nama kota dan nama penerbit karya yang dikutip.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2). Jakarta: Akademika Pressindo.
Perino, Joseph G. 1999. Self-Confidence, http://www.psychological-self-help.com/ intro/html.on-line
Suriasumantri, Jujun S. “Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu”, dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed. 1986). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Schoorl, J.W. 1982. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, Terjemahan R.G. Soekadijo. Jakarta: PT Gramedia..