Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi yakni suatu teknologi yang dipakai untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam aneka macam cara untuk menciptakan informasi yang berkualitas, yaitu isu yang berhubungan , akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan eksklusif, bisnis, dan pemerintahan juga merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, tata cara jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang yang lain sesuai dengan kebutuhan. Teknologi Komunikasi digunakan agar data mampu disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi TIK ialah menerima informasi untuk kehidupan langsung mirip gosip ihwal kesehatan, kegemaran, rekreasi, dan rohani. Juga dapat berkomunikasi dengan biaya murah mirip akomodasi email yang dapat kita pergunakan dengan gampang di internet.
Melalui TIK, fasilitas kerjasama antara langsung atau kalangan yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya telah tidak lagi mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor yang lain yang mampu menghalangi bertukar anggapan antar sesama kita. Perkembangan TIK menyebabkan suatu cara gres dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan rampung, kehidupan seperti ini diketahui dengan e-life, artinya kehidupan ini telah dipengaruhi oleh berbagai keperluan secara elektronika. Alangkah masuk akal bila kini ini sedang meriah dengan banyak sekali aksara yang dimulai dengan awalan e mirip e-commerce, e-government, e-education, e-learning, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lain yang berbasis TIK.
1. Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran di Sekolah
Di kala global seperti kini ini, telah banyak dipakai teknologi khususnya teknologi berita dan komunikasi. Hal ini disebabkan alasannya teknologi tersebut telah menghipnotis hampir keseluruhan faktor kehidupan sehari-hari insan. Oleh sebab itu, sebaiknya siapa saja tidak ‘gelagapan’ teknologi. Banyak hasil penelitian memperlihatkan bahwa siapa yang telat menguasai informasi, maka telat pulalah menemukan peluang-kesempatan untuk maju. Informasi telah ialah ‘komoditi’ sebagaimana layaknya barang ekonomi yang lain. Peran gosip menjadi makin besar dan konkret dalam dunia terbaru seperti sekarang ini. Hal ini mampu dimengerti alasannya adalah masyarakat kini sedang menuju ke era masyarakat gosip (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika perguruan tinggi yang memperlihatkan jurusan informatika atau teknologi berita meningkat dengan pesat. Dengan pertumbuhan teknologi isu dan komunikasi yang pesat, internet telah menjadi sebuah medium mencar ilmu dan mengajar yang perlu diperhitungkan kemanfaatannya. Internet memiliki peluangyang besar dalam pembelajaran, baik sebagai sumber mencar ilmu, media, maupun pendukung pengelolaan proses belajar-mengajar (Koesnandar, dkk., 2007).
Mengingat banyak sekali ragam isu tersedia di internet dan mampu diakses secara lebih gampang, kapan saja, dan di mana saja sehingga internet menjadi sebuah kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengguna internet juga mampu berkomunikasi dengan aneka macam pihak lain secara gampang melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet (Soekartawi, 2002). Media info tanpa batas yang belakangan ini populer dengan istilah internet perlu diketahui oleh akseptor bimbing. Seperti halnya di dunia aktual maka di dunia maya juga ada hal aktual dan negatifnya. Artinya, internet mampu memperlihatkan informasi yang sifatnya mendidik, aktual, dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat insan. Sebaliknya, internet juga bisa dijadikan sebagai lahan kejelekan dan kemaksiatan. Hanya etika, mental, dan keimanan masing-masing individu yang memilih batas-batasnya. Interconnected Network atau yang lebih terkenal dengan sebutan Internet yaitu sebuah tata cara komunikasi global yang menghubungkan jutaan komputer dan jaringan komputer di seluruh dunia. Setiap komputer dan jaringan terhubung, baik secara pribadi maupun tidak langsung ke beberapa jalur utama yang disebut internet backbone dan dibedakan satu dengan yang yang lain lewat unique name yang biasa disebut dengan alamat IP 32 bit. Contoh: 202.155.4.230 .
Komputer dan jaringan dengan aneka macam platform yang memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing (Unix, Linux, Windows, Mac, dan lainnya) bertukar berita dengan sebuah protokol standar yang dikenal dengan nama TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). TCP/IP tersusun atas 4 layer (network access, internet, host-to-host transport, dan application) yang masing-masing mempunyai protokolnya sendiri-sendiri. E-learning atau electronic learning kini makin dikenal sebagai salah satu cara untuk menanggulangi dilema pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berlainan-beda mengenai e-learning, namun, pada prinsipnya e-learning yakni pembelajaran yang memakai jasa elektronik sebagai alat bantunya. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini berisikan dua bab, ialah ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang bermakna ‘pembelajaran’. Jadi e-learning bermakna pembelajaran dengan menggunakan jasa pinjaman perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Soekartawi merumuskan e-learning sebagai “a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based pembinaan or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, 2002). Dari definisi ini, e-learning yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya disokong oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer. Lebih lanjut, Soekartawi mengemukakan tiga hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu opsi untuk penyelesaian problem pendidikan, yakni
(a) pesatnya pertumbuhan teknologi info dan komunikasi yang tidak cuma meraih negara-negara maju melainkan juga negara-negara meningkat ,
(b) tersedianya infrastruktur telekomunikasi yang memungkinkan terbukanya secara meluas kesempatan masyarakat untuk mengakses internet, dan
(c) makin meningkatnya jumlah organisasi dan anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam menyediakan jasa layanan internet.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikemukakan empat karakteristik e-learning, adalah
(a) memanfaatkan jasa teknologi elektronik yang memudahkan guru dan akseptor didik, akseptor didik dan sesama peserta ajar atau guru dan sesama guru mampu berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler;
(b) memanfaatkan kelebihan komputer (digital media dan jaringan komputer);
(c) menggunakan materi belajar berdikari (self-learning materials) yang disimpan di jaringan komputer sehingga mampu diakses oleh guru dan peserta latih kapan dan di mana diharapkan; dan
(d) memanfaatkan agenda pembelajaran, kurikulum, hasil perkembangan mencar ilmu, dan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap dikala di komputer.
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet sebab teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap sehingga akan memberikan pengaruh kepada peran guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar-mengajar didominasi oleh tugas guru (kala of teacher). Kini, proses berguru-mengajar banyak didominasi oleh tugas guru dan buku (periode of teacher and book) dan pada periode mendatang proses mencar ilmu-mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (abad of teacher, book, and technology).
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan berisikan berbagai pulau, hal di atas masih mirip mimpi sebab struktur dan kultur serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di aneka macam kota besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional sudah mengaplikasikannya, namun buat sekolah-sekolah di tempat, mungkin masih jauh panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet sudah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, tetapi di segi lain masih banyak kekurangan dan kelemahan. Dari sisi kegairahan adakala anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan bahan yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih bahagia bermain games dibandingkan dengan materi yang diberikan oleh guru. Karena games sangat mempesona akseptor asuh untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat perorangan sehingga meminimalkan pembelajaran yang bersifat sosial. Dari faktor gosip yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan isu dari internet sehingga sangat berbahaya jikalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi belum dewasa sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional mampu mengabaikan peningkatan kesanggupan yang bersifat manual mirip menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini guru perlu mempunyai kemampuan dalam mengelola acara pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang renta untuk membimbing belum dewasa mencar ilmu di rumah masing-masing.
Dengan mengamati pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai imbas yang cukup mempunyai arti kepada proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, ekspansi, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan memajukan mutu pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk berguru maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan menyebarkan semua kesempatanyang dimilikinya.
Dalam menghadapi tantangan kehidupan terbaru di kala-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diharapkan untuk bisa menyesuaikan diri dengan aneka macam permintaan. Kreativitas sungguh diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa argumentasi antara lain: pertama, kreativitas memperlihatkan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang mampu memperoleh aneka macam alternatif dalam pemecahan duduk perkara, ketiga, kreativitas mampu memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan insan memajukan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kesanggupan berfikir yang mempunyai kelangsungan, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari sisi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, kepincut dengan peran majemuk, berani menghadapi resiko, tidak gampang frustasi, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman gres, menghargai diri sendiri dan orang lain, dan sebagainya. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, mempunyai nilai, mampu ditransformasikan, dan mampu dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang sarat tantangan ini alasannya kemandirian ialah kunci utama bagi individu untuk bisa mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, bisa menertibkan dirinya, dan mempunyai kesepakatan yang besar lengan berkuasa kepada berbagai hal.
2. Peran guru dalam mengaplikasikan TIK di sekolah
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya alasannya setiap siswa memiliki keadaan yang berlainan antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan tunjangan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang tugas yang amat penting dan mesti menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi yakni kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru selaku pemberi isu harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-tugas tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber info melainkan hanya salah satu sumber berita. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-era mendatang tugas-peran guru mengalami ekspansi yaitu guru selaku : instruktur (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus menunjukkan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk berbagi cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya menawarkan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memperlihatkan satu cara yang mutlak. Hal ini ialah analogi dalam bidang olah raga, di mana instruktur cuma memperlihatkan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan membuatkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus bisa menciptakan satu suasana interaksi berguru-mengajar, di mana siswa melakukan sikap pembelajaran dalam suasana psikologis yang aman dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.
Disamping itu, guru diperlukan mampu mengetahui keadaan setiap siswa dan membantunya ke arah kemajuan maksimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru mempunyai kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengurus keseluruhan acara belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya bertingkah mengajar akan tetapi juga bertingkah belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi dia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, dibutuhkan guru bisa menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk merealisasikan sikap menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus menerima peluang untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus mencar ilmu dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta memajukan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru mesti senantiasa kreatif dan inovatif menghasilkan banyak sekali karya yang mau dipakai untuk melakukan peran-tugas profesionalnya. Guru yang berdikari bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan selaku tenaga yang inovatif yang bisa menciptakan berbagai karya kreatif dalam bidangnya. Hal itu mesti didukung oleh daya abstraksi dan akad yang tinggi sebagai basis mutu profesionaliemenya. Oleh karenanya, guru dituntut untuk membuat buku.
Sayangnya saat ini, masih banyak guru kita yang belum melek TIK atau ICT (Information and Communcation Technology). Mengacu pada hal tersebut di atas, sudah saatnya “GERAKAN MELEK ICT (ICT LITERACY MOVEMENT)” menjadi gerakan nasional yang serupa “urgent”nya atau lebih “urgent” daripada GERAKAN KELUARGA BERENCANA di jaman Orde Baru dulu, jaman Presiden Soeharto. Mudah-mudahan, dengan dibentuknya gerakkan melek ICT di sekolah, para guru mampu mengoptimalkan potensi TIK dalam proses pembelajarannya. Pemerintah maupun swasta perlu bekerja sama dalam membantu guru melaksanakan pembinaan-training di bidang ICT, seperti penguasaan power point, ngeblog di internet, membuatsoftware untuk bahan ajarnya, mirip menguasai program Macromedia Flash, Camtasia, dan lain sebagainya.
Aplikasi dan kesempatanTIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan oleh guru dapat menunjukkan beberapa manfaat antara lain.
a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menawan
b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks
c. Mempercepat proses yang lama
d. Menghadirkan insiden yang jarang terjadi
e. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauan