Semua akan indah pada waktunya. Sebuah kalimat yang entah siapa yang kali pertama menuliskan dan mengumandangkannya. Kalimat yang kemudian diamini oleh siapa atau siapa yang tengah dalam ketidakpuasan. Ya, kalimat sakti itu acapkali timbul dikala entah siapa tengah dalam situasi hati yang kurang (bahkan sama sekali tidak) indah. Sebab, ternyata kenyataan tak selalu sejalan dengan apa yang beliau bayangkan.
Kalimat itu terucap, atau barangkali ditulis dan dijadikan status di media sosial sebagai semacam bebungah, penghibur diri, atau barangkali sebagai bentuk persembunyiannya di balik kata-kata biar tetap terlihat kuat dan senang. Bukankah begitu adanya? Sudahlah, akui saja!
“Benarkah semua akan indah pada waktunya?”
“Keindahan yang mirip apa?”
“Tak ada kepastian, bukan?”
Sebab keindahan dekat kaitannya dengan hati. Segumpal daging itulah yang lalu mengolah segala yang terjadi, segala yang menimpa diri, untuk tetap disyukuri selaku sebuah proses menuju apa yang dikata indah atau justru selalu diratapi selaku sedih dengan penuh dugaan. Maka indah atau tak indah, pasti tergantung siapa dan dengan hati yang seperti apa seseorang menerima kenyataan yang ada di hadapannya.
Tentu ada yang lebih pasti dari sekadar menyoal Indah Pada Waktunya; PINDAH PADA WAKTUNYA.
Aku atau sampeyan pasti tak mampu menyangkal bahwa hidup sarat dengan perpindahan. Ini fakta tak terbantahkan. Sadar atau tidak, kita terus berlangsung diatas perpindahan. Dari detik, menit, jam, hari, bulan, tahun. Susah, senang, sedih, pun bahagia. Dari anak-anak, remaja, kemudian menua.
Salmon. Barangkali patut kita jadikan fasilitas untuk berkaca. Meski selalu berpindah dari satu kawasan ke lain daerah, dari satu suasana ke lain suasana, tetapi ia tak pernah lupa jalan kembali.
Karena semua akan pindah pada waktunya, silakan kamu pastikan hendak pindah dengan indah atau dengan perpindahan yang kelak justru kamu sesalkan?