Penjelasan Ihwal Yakjuj Makjuj

ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا . قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا .
Kemudian ia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga apabila dia telah hingga di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu sebuah kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, bahu-membahu Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang menciptakan kerusakan di wajah bumi, maka dapatkah kami menunjukkan sesuatu pembayaran kepadamu, biar kamu menciptakan dinding antara kami dan mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Sifat dan ciri-ciri bangsa Ya’juj dan Ma’juj bukanlah mirip mana yang di heboh-gempurkan oleh penduduk barat. Sebagai orang Islam kita wajib mengkajinya berlandaskan Al-Quran dan Hadis. 
Ada seorang rakan meminta saya mencari berita perihal cerita kaum ini dan disiarkan di blog ini. Saya harap info2 di bawah mampu menolong beliau,anda semua serta diri aku mendalami ilmu Islam dengan lebih bersungguh-sungguh dan istiqamah. 
Siapa ya’juj dan ma’juj?
Saya yakin, nyaris kesemua pembaca blog ini telah kadang-kadang mendengar perihal wacana bangsa Ya’juj dan Ma’juj atau di dalam bahasa inggeris-nya disebut selaku Gog and Magog. Ia merupakan salah satu daripada 10 tanda-tanda besar akhir zaman. Untuk entri kali ini saya akan menunjukan secara amat terperinci perihal bangsa Ya’juj dan Ma’juj berlandaskan pelbagai sumber tumpuan dan persepsi ulama’ tersohor. Di harap entri saya pada kali ini dapatlah dijadikan sebagai ilmu yang sangat berguna untuk anda semua. 
Ya’juj dan Ma’juj ialah dua bangsa manusia yang mau muncul dikala dunia hampir kiamat untuk melaksanakan kejahatan dan kerosakan dasyat di paras bumi ini. Bangsa-bangsa ini dikatakan telah wujud semenjak ribuan tahun lalu namun mereka dikurung di sebuah lokasi rahsia oleh seorang pemerintah silam iaitu Zulkarnain. Sejak dikurung di lokasi tersebut, mereka terus hidup dari satu keturunan sampai ke keturunan lainnya sehinggalah tibanya waktu pembebasan mereka iaitu menjelang hari kiamat. 
Sejak kewujudan bangsa-bangsa tersebut di pahami biasa , pengkaji terus-menerus mencari jawapan kepada pelbagai problem perihal kehidupan mereka serta lokasi misteri yang mengurungi bangsa tersebut. Siapa sangka di sebalik kemajuan ketamadunan yang menghasilkan banyak bandar-bandar besar dibina di seluruh dunia, masih wujud bangsa misteri di satu lokasi yang menjadi ‘sentra tahanan’ Ya’juj dan Ma’juj dan lokasi itu sudah pun berjaya dijumpai pada hari ini bersama benteng atau temboknya. 
Dalil Al Quran tentang Ya’juj dan Ma’juj 
Berita ihwal keluarnya Ya`juj dan Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ.
Maksudnya: “Hingga jika dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh kawasan yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya komitmen yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami dalam kelalaian ihwal ini, bahkan kami yaitu orang-orang yang zalim.”
Ibnu Katsir rahimahullahu mengambarkan: mereka adalah dari keturunan Adam ‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits ialah nenek moyang bangsa Turki yang terkurung oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu: yakni turun dari daerah-daerah yang tinggi dengan segera dengan membuat kerosakan
Dalam Surat Al-Kahfi
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا . قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا .
Kemudian ia menempuh sebuah jalan yang lain. Hingga apabila dia sudah hingga di antara dua buah gunung, beliau mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang nyaris tidak mengerti obrolan. Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, bahwasanya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang menciptakan kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami menawarkan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kau membuat dinding antara kami dan mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Pada ayat di atas, Allah menceritakan seorang raja yang adil, Dzul Qarnain yang kekuasaannya membentang dari timur hingga barat. Dia pernah mendatangi ujung-ujung kawasan kekuasaannya. Salah satu yang didatangi Dzul Qarnain yakni suatu kaum yang mereka menetap di tempat antara dua gunung (baina saddain). Menurut tafsir Ibnu Abbas, dua gunung itu antara Armenia dan Azerbaijan. (Zadul Masir, 4/250).
Kaum inilah yang mengeluhkan eksistensi Yakjuj dan Makjuj alasannya mereka suka mengusik. Sehingga mereka minta dibuatkan benteng besar yang bisa menghalangi mereka dari kedatangan Yakjuj dan Makjuj. Bakan mereka mampu bayar harta, supaya mampu dibuatkan benteng itu. Mereka menyampaikan – mirip yang dikutip dalam ayat di atas –,
“Hai Dzulkarnain, bekerjsama Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di tampang bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, biar kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Atas permintaan ini, Dzulqarnain membuatkan tembok sungguh besar yang yang dibuat dari cor besi dan tembaga. Dia lelehkan besi dan tembaga dengan semburan api, yang dibantu masyarakat kaum tersebut.
Allah ceritakan,
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ( )  آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
Dzulkarnain berkata: “Kekuasaan yang diberikan Tuhanku kepadaku terhadapnya yakni lebih baik, maka bantulah saya dengan kekuatan (insan dan alat-alat), supaya saya menyebarkan dinding antara kau dan mereka ( ) berilah saya penggalan-potongan besi.” Hingga kalau besi itu sudah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah api itu.” Hingga kalau besi itu telah menjadi (merah mirip) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) supaya aku kutuangkan ke atas besi panas itu (QS. al-Kahfi: 95 – 96)
Allah menunjukkan jaminan, mereka tidak akan bisa menaiki benteng itu untuk  keluar darinya dan tidak mampu mereka lubangi. Allah memastikan di lanjutan ayat,
فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak mampu (pula) melobanginya.” (QS. al-Kahfi: 97).
Mereka terus berusaha melubanginya untuk mampu keluar dari benteng itu. Setelah mereka sukses membuat lubang sebesar satu jari, Allah menutupnya kembali. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن يأجوج ومأجوج يحفرون كل يوم ، حتى إذا كادوا يرون شعاع الشمس ، قال الذي عليهم : ارجعوا فسنحفره غداً ، فيعيده الله أشد ما كان
Yakjuj dan Makjuj senantiasa menggali (benteng itu) saban hari, sampai dikala mereka hampir menyaksikan cahaya matahari, pemimpin mereka mengatakan, “Mari kita pulang, kita teruskan besok.” Lalu Allah mengembalikan bekas lubang itu lebih kuat dari sebelumnya. (HR. Ahmad 10913, Ibnu Majah 4218)
Di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, Yakjuj Makjuj sudah berhasil melubangi sebesar satu bulat jari telunjuk dan jempol. Dan ia merasa sangat khawatir dan ketakutan. Zainab Radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan panik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu malam. Beliau tiba-datang terbangun dengan muka pucat memerah,
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِه
Laa ilaaha illallaah, sungguh, keburukan yang akan menimpa manusia sudah dekat. Pada hari ini, benteng Yakjuj dan Makjuj sudah terbuka selebar ini. Beliau berisyarat menciptakan bulat dengan jari telujuk dan jempol. (HR. Bukhari 3346, Muslim 7416 dan yang yang lain).
Akan Keluar Setelah Tiba Waktunya
Demikianlah usulan yang besar lengan berkuasa dan ini kepercayaan ahlus sunah. Yakjuj Makjuj cuma akan keluar dari benteng itu, sehabis Allah izinkan. Dan itu timbul di kiamat, sebagai deretan tanda kehadiran akhir zaman.
Di lanjutan ayat, setelah sukses membangun tembok itu, Dzulqarnain menyampaikan,
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
Dzulkarnain mengatakan, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka jika telah datang akad Tuhanku, Dia akan membuatnya hancur luluh; dan kesepakatan Tuhanku itu adalah benar.”
Ketika benteng itu terbuka, mereka pribadi keluar secara bergelombang, layaknya ombak lautan. Allah menyatakan,
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan lainnya. Kemudian ditiup sangkakala (akhir zaman), kemudian Kami kumpulkan mereka itu semuanya.
Allah juga menegaskan di surat al-Anbiya:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ – وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا
Hingga jika dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh daerah yang tinggi.
Mereka keluar sesudah Nabi Isa turun dan berhasil membantai Dajjal. Dalam hadis yang panjang, dari Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan rentetan tanda akhir zaman,
“Ketika Dajjal telah sangat banyak kerusakannya, kemudian Allah mengirim ‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju (yang dicelup wars dan za’faran) seraya meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila beliau menundukkan kepala, air pun menetas. Bila ia mengangkat kepala, air pun bercucuran mirip mutiara. Tidaklah orang kafir mencium wangi dirinya melainkan ia akan mati. Sungguh amis nafasnya sejauh mata menatap. Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di Bab Lud kemudian membunuhnya. Setelah itu Isa bin Maryam mendatangi sebuah kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap tampang-muka mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka di nirwana. Kemudian Allah wahyukan terhadap Isa bahwa Sungguh Aku (Allah) sudah mengeluarkan hamba ciptaan-Ku yang tidak mampu seorang pun memerangi mereka. Maka berlindunglah wahai hambaKu ke bukit Thur. Lalu Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj dalam keadaan berjalan cepat dari semua arah, kemudian kalangan pertama mereka melalui danau Thobariyah kemudian meminum semua isinya dan golongan selesai mereka melewati danau tersebut kemudian mengatakan: dulu pernah ada air disini. Nabi Isa dan sobat-sahabatnya terkepung sampai kepala sapi jantan lebih berguna bagi seorang dari mereka dari seratus dinar milik salah seorang dari kalian sekarang ini. Lalu Nabi Isa dan para sahabatnya memohon terhadap Allah. Kemudian Allah kirim ulat (yang biasa ada pada onta yang berpenyakit) pada leher-leher mereka sehingga mereka menjadi mayit-jenazah yang bergelimpangan mirip maut satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya turun (dari bukit) ke daratan dan tidak menerima satu jengkal pun di tanah kecuali dipenuhi oleh jenazah dan busuk bau mereka.” (HR. Muslim 2937)
Mereka Manusia Biasa
Yakjuj Makjuj yaitu nama dua suku. Mereka keturunan Adam, insan biasa mirip kita. Menurut Ibnu Katsir, Yakjuj Makjuj keturunan Nabi Nuh dari jalur Yafits Abu Turk. (an-Nihayah, 1/201).
Diantara bukti bahwa Yakjuj dan Makjuj itu insan yakni hadis dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis qudsi,
يقول الله تعالى: يا آدم, فيقول: لبيك وسعديك والخير فى يديك. فيقول تعالى: أخرج بعث النار. قال: وما بعث النار؟ قال: من كل ألف تسعمائة وتسعة وتسعين. فعنده يشيب الصغير( وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَاهُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ ) قالو: يارسول الله وأينا ذلك الواحد؟ قال: أبشروا فإن منكم رجلا ومن يأجوج ومأجوج ألف.
Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, saya memenuhi panggilan-Mu, dan kebaikan ada di tangan-Mu.
Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun nar! (rombongan neraka)”
Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?”
Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai ba’tsun nar. Saat itulah anak kecil menjadi tua. “Dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil dan kau lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka bahu-membahu tidak mabuk. Akan namun azab Allah itu sangat keras“. (QS. al Hajj: 2)
Mereka mengajukan pertanyaan, “Siapakah di antara kami yang termasuk orang yang satu itu?”
Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang dan dari Ya`juj dan Ma`juj seribu orang”. (HR. Bukhari 6530).
Masih banyak beberapa informasi ihwal Yakjuj dan Makjuj. Kita cukupkan dulu, untuk menjajal menggali pelajaran darinya terkait dengan perkara yang ditanyakan,
Pertama, bahwa yakjuj dan makjuj hanya akan keluar di akhir zaman, sehabis hadirnya Dajjal.
Kedua, benteng itu Allah rahasiakan. Tidak ada satupun manusia yang tahu. Sehingga percuma orang melakukan penelitian untuk mencarinya.
Ketiga, Yakjuj dan Makjuj keluar sendiri. Setelah benteng itu rusak dengan izin Allah. Mereka tidak dibebaskan oleh penduduk di sekitarnya.
Keempat, Yakjuj Makjuj itu manusia, anak keturunan Adam. Berbentuk insan, bukan makhluk salamander.
Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam
Ya’juj dan Ma’juj adalah dari jenis insan keturunan Adam ‘alaihissalam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebahagian orang bahawa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya sahaja mereka yaitu orang-orang yang merosak serta mempunyai sifat dan perangai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan kepada mereka tidak mirip manusia kebanyakan.
Dalil yang memberikan bahawa mereka dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam ialah apa yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dalam Kitabul Anbiya’ bagian Qishah Ya’juj dan Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ. فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ﭼ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ؟ قَالَ: أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا …
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).” Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkan utusan (penghuni) neraka.” Maka Adam mengajukan pertanyaan: “Apa itu delegasi (penghuni) neraka?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kau lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi kerana azab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sungguh keras. Kemudian para sahabat mengajukan pertanyaan: “Siapa satu yang selamat dari kita itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bergembiralah, bahu-membahu penghuni neraka itu dari kamu satu dan dari Ya’juj dan Ma’juj seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal. 382)
Dari hadis di atas kita dapatkan beberapa manfaat:
Pertama: Ya’juj dan Ma’juj yaitu calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj dan Ma’juj sangat besar.
Ketiga: bahawa Ya’juj dan Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.
Sifat-sifat Ya`juj dan Ma`juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeza dari insan biasa. Ciri utama mereka yaitu perosak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga saat mereka turun dari gunung seperti air bah yang mengalir, tidak bakir berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sepet), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan parasnya seperti perisai dan lain-lain sifat.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari makciknya, dia berkata:
خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ إِصْبَعَهُ مِنْ لَدْغَةِ عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لاَ عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لاَ تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam kondisi jarinya dibalut kerana disengat kalajengking. Baginda bersabda: “Kamu menyampaikan tidak ada musuh. Padahal sebenarnya kamu akan terus memerangi lawan sampai hadirnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sepet) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari daerah-daerah yang tinggi, seperti paras -muka mereka mirip perisai.” (HR. Ahmad)
Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang
Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam Mustadrak-nya.
Namun alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah bentengi mereka dari kita, iaitu dengan karena menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya menciptakan benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا. حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً. قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا. قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا. آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ ءَاتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا. فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا. قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
Maksudnya: “Kemudian dia menempuh suatu jalan (lainnya lagi). Hingga kalau dia sudah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, sebuah kaum yang nyaris tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, bergotong-royong Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerosakan di tampang bumi, maka dapatkah kami memperlihatkan sebuah pembayaran kepadamu, semoga kau menciptakan dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang sudah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya yaitu lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (insan dan alat-alat), biar aku berbagi dinding antara kamu dan mereka, berilah saya penggalan-pecahan besi.’ Hingga jika besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga jika besi itu telah menjadi (merah mirip) api, diapun berkata: ‘Berilah saya tembaga (yang mendidih) semoga kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak mampu mendakinya dan mereka tidak mampu (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) yaitu rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang kesepakatan Rabb-ku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu ialah benar’.” (Al-Kahfi: 92-98)
Kesombongan Ya`juj dan Ma`juj
Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar tidaklah lewat sesuatu kecuali dirosaknya. Tidaklah melalui danau kecuali meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati insan kecuali dibunuhnya hingga ketika mereka merasa menang membantai seluruh penduduk bumi, mereka menentang penduduk langit. Inilah keangkuhan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْـخُمَرِ وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي اْلأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا
“Kemudian mereka berlangsung dan rampung di gunung Khumar, iaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita sudah membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.” Maka mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)
Yakni mereka menerka bahawa darah tersebut bukti kemenangan mereka melawan masyarakatlangit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala binasakan seluruhnya pada ketika kemuncak arogansi mereka dalam waktu yang hampir serempak.
Binasanya Ya’juj dan Ma’juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissalam
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam hadis yang panjang. Di antaranya selaku berikut:
إِذْ أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan terhadap Isa ‘alaihissalam: Sesungguhnya saya mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kesanggupan bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala keluarkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap daerah yang tinggi. Kemudian mereka melalui danau Thabariyah, dan meminum seluruh air yang ada padanya. Hingga saat barisan paling belakang mereka hingga di danau tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada airnya.” Ketika itu dikepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dan para sahabatnya. Hingga kepala sapi dikala itu lebih berguna untuk mereka dibandingkan dengan seratus dinar kamu kini ini. Maka Isa dan para sahabatnya berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengantarsejenis ulat yang menyerang leher mereka. Maka pagi harinya mereka semuanya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam waktu yang hampir serentak. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur) Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bacin busuk mereka. Maka Nabi Isa ‘alaihissalam pun berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengantarkan burung-burung yang lehernya seperti unta, menjinjing bangkai-bangkai mereka dan kemudian dilemparkan di daerah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala harapkan. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak meninggalkan satu pun rumah mahupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian dibilang terhadap bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah berkatmu…” (HR. Muslim)
Media Liberal Sumber Dusta
Sebenarnya penemuan NASA wacana insan bawa tanah, bukan sesuatu yang istimewa. Namun media di daerah kita terlalu berlebihan memberitakannya. Awalnya media liberal, kemudian dibarengi media islam yang kurang bertanggung jawab.
Sebenarnya mereka hanyalah geladangan yang menghabiskan puluhan tahun hidupnya di terowongan-terowongan kereta bawah tanah di New York.
Yang sungguh ‘menyebalkan’, situs informasi itu menciptakan ilustrasi makhuk angker, layaknya insan berkepala kadal, yang ternyata itu diambil dari sebuah film science-fiction, yang dibentuk pada tahun 1956.
Yang menyedihkan, media ‘islam’ mengutipnya dan menghubungkannya dengan Yakjuj dan Makjuj. Allahul musta’an. Kita layak prihatin dengan sikap ini.
Karena itu, penting kami ingatkan, semoga kita kedepankan sikap suudzan (jelek sangka) terhadap media liberal atau yang kurang bertanggung jawab itu. Sehingga kita tidak gampang ditipu para penipu.

Takhtimah
Sebagai pesan tersirat dan perayaan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam duduk perkara ini:
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu menyatakan: “Barangsiapa yang menolak hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi sa wallam, maka ia berada di pinggir jurang kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan Al-Ibanah, 1/269; lihat Ta’zhimus Sunnah hal. 29)
Al-Imam Al-Barbahari rahimahullahu memastikan: “Jika engkau mendengar seseorang mencela riwayat-riwayat (yaitu riwayat hadis yang otentik), menolaknya atau menginginkan selainnya, maka curigailah keislamannya dan jangan ragu jika beliau adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.” (Syarhus Sunnah hal. 51)
Abul Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu menunjukan: Ahlus Sunnah dari kalangan salaf berkata: “Barangsiapa mencerca riwayat-riwayat hadis, maka selayaknya untuk dituduh keislamannya.” (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/248. Lihat Ta’zhimus Sunnah, hal. 29)
Al-Imam Az-Zuhri rahimahullahu –imamnya para imam pada zamannya- berkata: “Dari Allah Subhanahu wa Ta’ala keterangannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyampaikannya, maka keharusan kita yakni menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits, hal. 249)
Beliau rahimahullahu berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahawa kaki Islam tidak akan kokoh, kecuali di atas dasar at-taslim (ialah menerima dan tunduk pada seluruh ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, pent.).” (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200).
Wallohu A’lam Bishshowab