Penerapan Strategi Pembelajaran melalui Bercerita
Pada modul ini akan mempelajari dan mencermati apa dan bagaimana penerapan taktik pembelajaran berguru di TK terutama hal-hal yang berkaitan dengan seni manajemen bercerita, mulai dari rasional pembelajaran lewat bercerita, prosedur pelaksanaan kegiatan bercerita serta pola penerapan acara bercerita di TK.
Rasional Strategi Pembelajaran lewat Bercerita
A. KONSEP BERCERITA
Metode bercerita merupakan salah satu tata cara yang benyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode bercerita ialah salah satu taktik pembelajaran yang mampu menawarkan pengalaman mencar ilmu bagi anak Taman Kanak-kanak. Cerita yang dibawakan guru secara mulut harus mempesona, dan memanggil perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak Taman Kanak-kanak (Moeslichatoen R, 1996).
Pengguana bercerita haruslah mengamati hal-hal berikut ini.
1. Isi kisah haruslah terkait dengan dunia kehidupan anak Taman Kanak-kanak, swhinggga mereka dapat lebih mengetahui, dan dapat menangkap isi kisah tersebut, karna membahas mengenai hal-hal yang tidak asing bagi mereka.
2. Kegiatan mereka diusahakan mampu menunjukkan perasaan gembir, lucu, dan mengasikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita.
3. Kegiatan bercerita mesti diusahakan menjadi pengalaman bagi anak Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menari, yang menggetarkan perasaan anak, serta dapat memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas.
Untuk dapat bercerita dengan baik, guru semestinya memperhtikan hal-hal selaku berikut:
1. Menguasai isi dongeng secara tuntas
2. Memiliki keahlian bercerita
3. Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus
4. Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak
5. Mencptakan suasana emisional sesuai dengan permintaan kisah
Kemampuan guru bercerita dengan baik mesti disokong dengan cerita yang baik pula. Jika anda seorang guru, bagaimanakah cara anada memilih cerita yang baik, dan pantas disampaikan kepada anak? Kriteria penyeleksian cerita adalah berikit ini:
1. Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. Kalau cerita itu mempesona dan menarik perhatian, maka guru akan bersungguh sangat dalam menceritakan terhadap anak secara mengasikkan.
2. Cerita itu harus sesuai denga kepribadian anak, gaya dan bakat anak, biar mempunyai pesona terhadap perhatian anak dan terlibat aktif dalam aktivitas bercerita.
3. Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi dongeng anak usia Taman Kanak-kanak. Cerita itu harus cukup pendek, dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak.
Berkaitan denga penyampaian dongeng, terdapat beberapa jenis teknik bercerita yang dapat dipergunakan. Berikut ini akan dibahas teknik-teknik yang bisa digunakan oleh guru dalam membacakan cerita:
1. Membaca eksklusif dari buku dongeng
Bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita dapat dilakukan jika guru mempunyai buku kisah yang cocok dengan anak, utamanya dikaitkan dengan pesan-nasihat di dalam cerita tersebut.
2. Bercerita dengan memakai iliustrasi gambar dari buku
Teknik bercerita dengan memakai gambaran gambar dari buku ini mampu dipilih guru jikalau dongeng yang akan disampaikan pada anak terlalu panjang terinci. Penggunaan gambaran gambar mampu menarik minatanak, sehingga teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik.
3. Menceritakan kisah
Mendongeng merupakan suatu cara untuk meneruskan warisan budaya yang berupa nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi yang selanjutnya.
4. Bercerita dengan memakai papan flanel
Teknik bercerita ini mampu dipilih jikalau guru ingin menekankan urutan kisah serta karakter tokoh kisah. Untuk kebutuhan tersebut, guru mampu membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral.
5. Bercerita dengan memakai media boneka
Pemilihan berrcerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka yang digunakan akan mewakili tokoh-tokoh kisah yagn disampaikan.
6. Dramatisasi suatu dongeng
Teknik bercerita dengan dramatisasi mirip ini ialah bercerita dengan kisah memainkan perwatakkan tokoh-tokoh dalam suatu kisah yang diminati anak dan merupakandaya tarik yang bersifat universal (Gordon, Browne, dalam Moeslichatoen R, 1996). Cerita yang disampaikan yaitu cerita yang disenangi oleh anak.
7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
Bercerita dengan teknik ini memungkinkan guru berkreasi dengan mengguanakn jaritangnnya sendiri. Guru mampu membuat bermacam-macam dongeng dengan memainkan jari tangan, sesuai dengan kreativitas guru masing-masing.
B. MANFAAT BERCERITA BAGI ANAK TK
Penggunaan bercerita selaku salah satu taktik pembelajaran di TK, patut dipertimbangkan. Terlebih bila dikaji manfaat aktivitas bercerita bagi pencapaian tujuan pendidikan TK (Moeslichatoen R, 1996):
1. Bagi anak usia TK menyimak cerita yang mempesona yang akrab dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.
2. Guru mampu mempergunakan aktivitas bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-perilaku faktual yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
3. Kegiatan bercerita juga menawarkan sejumlah pengetahuan sosal, nilai-niali budpekerti dan keagamaan.
4. Kegitan bercerita menawarkan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
5. Memungkinkan anak berbagi kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
6. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak Taman Kanak-kanak.
7. Metode bercerita dipergunakan guru untuk memperlihatkan informasi ihwal kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
8. Membantu anak membangun bermacam peran yang memungkinkan diseleksi anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak terhadap masyarakat.
C. TUJUAN KEGIATAN BERCERITA BAGI ANAK Taman Kanak-kanak
Secara lazim aktivitas bercerita mempunyai tujuan semoga:
1. Menanmkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, watak dan agama yang terkandung dalam suatu cerita, sehingga mereka dapat menghayatinya dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru mampu memberikan info ihwal lingkungan fsik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui oleh anak. Lingkungan fisik berhubungan dengan segala sesuatu yang ada disekitar anak selain insan.
D. TEMA KEGITAN BERCERITA BAGI ANAK TK
Tema yang mampu diseleksi selaku bahan dongeng sangatlah banyak dan bermacam-macam, diantaranya yakni tema-tema yang berkaitan dengan peri kehidupan anak sehari-hari. Sebagai acuan bagaimana kehidupan anak dalam keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu dapat pula diseleksi tema yang berkaitan dengan pengalman anak dengan binatang-binatang dan tanaman.
Prosedur Penerapan Pembelajaran lewat Bercerita
A. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN BERCERITA
Sebelum melakukan aktivitas bercerita, guru harus apalagi dulu menetapkan rancangan prosedur/tindakan yang mesti dilalui dalam bercerita. Hal ini diperlukan agar penerapan pembelajaran melalui berceritadapat berlangsung dengan baik, sesuai dengan yang dibutuhkan. Berikut ini akan disampaikan tindakan yang mesti ditempuh guru dalam menerapkankegiatan bercerita di kelas.
1. Menetapkan tujuan dan tema kisah
Tujuan kegiatan bercerita ada dua yakni: menunjukkan isu wacana nilai-nilai sosial, etika atau keagamaan. Team diseleksi berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan serta berdasarkan pada kehdupan anak di dalam keluarga, disekolah, atau di masyarakat.
2. Menetapkan bentuk bercerita yang diseleksi
Bentuk-bentuk yng bisa dipilih, misalnya bercerit dengan membaca eksklusif dari buku cerita, menggunakan ilustrasi gambar, menggunkan papan flannel, menceritakan kisah dan sebagainya.
3. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam aktivitas bercerita
Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiataan bercerita sungguh tergaantung pada bentuk bercerita yang diseleksi guru.
4. Menetapkan rancanga tindakan acara bercerita
Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Mengomunikasikan tujuan dan tema dongeng
Mengomunikasikan tujuan dan tema ialah pinjaman berita wacana tujuan yang ingin dicapai lewat kegiatan bercerita serta tema yang diseleksi.
b. Mengatur daerah duduk
Setting yang bisa dipilih guru diantaranya anak duduk melingkar di atas tikar atau karpet, atau anak duduk di kursi dengan format setengah bundar.
B.KEGIATAN PEMBUKAAN
Pada aktivitas pembukaan ini,guru mampu menggali pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki oleh anak serta menghubungkannya dengan pengalaman-penglaman gres yang hendak ditemukan anak melalui aktivitas bercerita.
C.PENGEMBANGAN CERITA
Pada tahap ini guru mampu membuatkan dongeng dengan memperlihatkan informasi-gosip perhiasan yang akan memperkaya pengertian anak tentang isi kisah yang sudah disampaikan guru.
1) Guru menetapkan teknik bertutur yang akan dipakai,sehingga dongeng yang disampaikan mampu tepat target.
2) Penutup aktivitas bercerita dengan bertanya-pertanyaan yang berkaitan dengan isi kisah.
3) Menetapkan rancangan penelaian aktivitas bercerita.
Ini dibutuhkan untuk menganggap ketercapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Penerapan Strategi Pembelajaran Melalui Bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita dilaksanakan dengan mengacu pada prosedur yang sudah dikembangkan sebelumnya,adalah:
1.Menetapkan Tujuan dan Tema Bercerita
Setelah menetapkan tujuan dan tema bercerita,lankah berikutnya guru mulai mempelajari isi kisah.
2.Menetapkan Bentuk Bercerita yang Dipilih
Bentuk-bentuk yang bisa dipilih misalnya,bercerita dengan membaca langsung dari bukucerita,memakai ilustrasi gambar,menggunakan papan flannel,bercerita kisah dab sebagainya.
3.Menetapkan Bahan dan Alat yang Dipergunakan Dalam Kegiatan Bercerita
Sesuai dengan bentuk bercerita yang sudah diseleksi yakni bercerita dengan membaca buku,maka guru merencanakan buku yang cocok dengan tema cerita serta menunjukkan kepada anak gambar-gambar yang ada pada buku tersebut.
4.Menetapkan Rancanagan Langkah-langkah Kegiatan Bercerita
a) Mengomunikasikan tujuan dan tema kisah
b) Mengatur kawasan duduk
c) Kegiatan pembukaan
d) Pengembangan dongeng
e) Menatapkan teknik bertutur yang mau digunakan
f) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi dongeng
5.Menetapkan Rancangan Penelitian Kegiatan Bercerita
Rancangan observasi acara bercerita mengacu pada rancangan pelaksanaan aktivitas,serta tujuan dan tema yang dipilih sebelumnya.Dalam rancangan acara sudah ditetapkan bahwa tujuan bercerita yakni:
a) Menanamkan kebiasaan hidup ekonomis
b) Menanamkan perilaku bantu-membantu sesama sobat
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
A. Anak-anak yang Sedang Bermain : Pusat IPA
Rachel Carson menangkap esensi interaksi anak dengan dunianya di dalam bukunya, A sense of wonder (1956):
Dunia seorang anak sungguh segar dan indah dan gres, sarat dengan keajaiban dan kegirangan. Ini yaitu sebuah ketidak beruntungan bagi kita meskipun dengan mata yang terperinci, bahwa insting alami tentang apa yang indah dan tidak indah sudah diredupkan dan sudah hilang bahkan sebelum kita mencapai usia akil balig cukup akal.kalau aku mempunyai pengaruh ats peri kebaikan yang sebaiknya memantau kristenisasi semua anak, maka aku akan meminta kepadanya semoga hadiah kepada setiap anak di dunia ini berupa suatu rasa keajaiban yang tidak mampu dihilangkan dan yang mampu bertahan sepanjang hidup, mirip penawar rasa jenuh dan ketidakpuasan dikemudian hari, kekerabatan steril dengan segala sesuatu yang produksi, pengasingan sumber-sumber kekuatan kita (p.42-43)
IPA adalah produk dan proses. Sebagai produk, IPA adalah sebuah batang tubuh pengetahuan yang teroganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses, IPA termasuk menelusuri, mengamati dan melaksanakan percobaan. Sangat penting supaya belum dewasa kecil ikut berpartisipasi dalam proses ilmiah, sebab keahlian yang mau mereka dapatkan bisa di bawa ke tempat-tempat perkembangan lainnya dan akan berfaedah selama hidupnya. Keterampilan-keterampilan ini tergolong mengamati, membandingkan, menjelaskan, memperkirakan, mengkomunikasikan, mengklasifikasikan dan mengukur.
Dedaunan dan pelepah pohon bisa digunakan dalam aktivitas-acara seni, seperti menggosok krayon. Di demam isu gugur daun bisa disapu ke suatu tumpukan tertentu; anak-anak mampu berlompat ke atas tumpukan tersebut dan memakai perasaannya menerangkan bagaimana rupanya, suaranya, rasanya serta baunya. Bagian-bagian pohon bisa digunakan untuk aneka macam peran kontruksi seperti membuat tempat makan burung. Percabangan dahan pohon mampu dipakai menjumlah dan membandingkan usia pohon. Anak-anak mampu mengunjungi taman hutan disekitarnya. Buah-buahan dari pohon apel atau ceri mampu digunakan di dalam untuk kegiatan masak-masak. Sebelum menyiapkan acara ilmiah. Guru mesti mengecek untuk memilih tingkat keselamatan bawah umur. Contohnya, sebelum mengizinkan anak-anak melompat keatas permukaan daun, maka sebelumnya, guru harus menilik tidak ada cuilan kaca benda-benda berbahaya lainnya yang akan membuat aktivitas tidak kondusif bagi bawah umur.
A. Menyiapkan Sebuah Program IPA
Kegiatan ilmiah sangat cocok dengan prinsip-prinsip acara tahap demi tahap dan memfokuskan kepada pusat-sentra kegiatan yang mempunyai banyak materi yang berlawanan untuk menelusuri belum dewasa. Kegiatan-kegiatan untuk berbagi pertumbuhan keterampilan mesti diintegrasikan ke semua bagian-bagian kurikulum. Sebuah cara penting untuk mengindividualisasikan dan memperpanjang pembelajaran ialah dengan merencanakan sebuah ilmiah di dalam kelas.
B. Daerah- kawasan IPA
Tempat acara IPA seharusnya memiliki:
1. Tempat memanjang benda-benda yang bekerjasama dengan IPA daerah ini lazimmenjadi “museum mini” dimana bawah umur mampu mengembangkan koleksi atau benda-benda atau tempat-kawasan kandang untuk peliharaan kelas. Sebuah meja kecil, podium kecil, atau kotak bagus mampu dipakai untuk memajang kerang, kristal, bulu burung, atau sayap kupu-kupu. Guru, belum dewasa atau orang tua bisa menyediakan benda-benda ini.
2. Sebuah daerah untuk menyimpan peralatan IPA yang sering dipakai magnet, kaca pembesar, roda berwarna, dan prisma bisa disimpan di dalam kotak yang di label. Kotak ini dipajang di atas rak yang diberi label gambar agar bawah umur mampu mengambil dan mengembalikan bahan-bahan ke tempatnya semula. Anak-anak akan mulai bertanggung jawab untuk perawatan bahan-bahan ini.
3. Jendela yang terdapat cahaya matahari, dimana anak-anak bisa menyiram berawat berbagai jenis tumbuhan dan biji-bijian.
Eksplorasi aktif sebaiknya membentuk inti kurikulum IPA prasekolah. Pengalaman IPA menjinjing kepada kemampuan seumur hidup. Contoh dari kemampuan-kemampuan dan bagaimana diaplikasikan termasuk selaku berikut:
a. Mengamati, suhu, angin, awan, warna, bentuk-bentuk, tekstur dan bacin.
b. Mempertanyakan apa yang akan tenggelam? Apa yang akan mengapung? Dimana saya mampu menemukan sarang burung? Seberapa cepat es meleleh?
c. Membandingkan kotak mana yang isinya paling banyak? Biji yang mana yang hendak menciptakan tanaman tertinggi?
d. Mengklasifikasikan menghimpun koleksi daun-daun. Kemudian masukan semua daun yang halus di dalam astu tas dan yang bergairah di tas lainnya.
e. Mengkomunikasikan ceritakan kepada kami suatu kisah perihal ular. Gambar sebuah lukisan kebun kita. Beritahu kami bagaimana membuat kotak-kotak tidak jatuh dari suatu truk.
C. Bahan-bahan IPA
Mengumpulkan bahan-materi yang cocok untuk sentra kegiatan IPA ialah suatu proses yang berkesinambungan yang seharusnya mengikut sertakan bawah umur,para orang bau tanah, guru-guru dan anggota masyarakat. Bahan-bahan daur ulang mirip nampan busa, gelas plastik, botol soda yang kosong dengan berbagai ukuran, tutup botol, bab-bagian kotak karton, sisa-sisa kayu serta kain perca ialah materi-bahan yang bermanfaat untu semua tantangan teknologi yang inovatif.
D. Menyatukan Keterampilan Ilmiah dengan Pusat-pusat Kegiatan
Program tahap-demi tahap mengorganisasikan perlengkapan kelas dan materi-bahan ke dalam sentra-sentra aktivitas yang bisa mendorong permainan serta pekerjaan bawah umur. Keterampilan IPA bisa diintegrasikan ke dalam setiap pusat acara. Contohnya:
a. Pusat membaca dan menulis menunjukkan potensi untuk menggunakan observasi belum dewasa dalam mengamati hewan peliharaan kelas untuk membuat sebuah kisah, membuat buku bergambar ihwal awan-awan dan cuaca atau membuat suatu lagu perihal matahari di hari yang hambar. Buku-buku mengenai binatang, flora, mesin, cuaca, dan topik-topik IPA yang lain seharusnya dipajang.
b. Pusat permainan balok menunjukkan kesempatan untuk membandingkan berapa balok kecil yang diharapkan untuk megimbangi sebuah balok besar, meletakan sekelompok balok untuk diurutkan mulai dari yang terkecil hingga ke yang terbesar, atau untuk mendesain bangunan setinggi seorang anak. Papan dan karton mampu dipakai selaku daerah loncatan untuk bola-bola kecil atau kendaraan untuk digulingkan.
c. Pusat drama peran memperlihatkan potensi untuk bereksperimen dengan situasi yang berlainan, memperhatikan bagaiman tingkah laris orang sampaumur dan menirunya dalam drama peran dan menjajal wangsit-pandangan baru serta banyak sekali perubahan.
d. Pusat acara di luar ruangan memberikan banyak potensi untuk mengintegrasikan kemampuan-keterampilan IPA. Melukiskan sebuah bayangan pohon, membandingkan warna-warna daun, membalikkan suatu balok yang sudah anyir, mencari jejak kaki di lumpu mendengarkan burun-burung, mengamati semut dan serangga-serangga lainnya dan membuat sebuah kebun yaitu beberapa teladan.
E. Peran Tim Pengajar
Dalam buku A Sense of Wonder (1956) Rachel Carson menulis tentang peran guru IPA prasekolah:
Saya lapang dada mempercayai bahwa bagi anak, dan orang bau tanah akan membimbingnya, untuk mencicipi yakni jauh lebih penting dibandingkan dengan mengetahui. Apabila faktanya ialah bahwa biji-bijian yang dikemudian hari menghasilkan wawasan dan kebajikan, maka emosi dan kesan dari perasaan ini adalah tanah subur dimana biji-bijian tersebut akan berkembang. Masa-kurun awal kanak-kanak ialah saatnya menyiapkan tanah tersebut. Sekali perasaannya sudah dirangsang sebuah perasaan mengenai keelokan kegairahan dari yang baru dan belum dikenali, sebuah perasaan simpati, rasa kasihan,suka atau cinta maka kita berharap akan pengetahuan ihwal respon-tanggapanemosional kita. Sekali didapatkan maka maknanya akan kekal. Adalah sangat penting merencanakan jalur bagi seorang anak untuk mau mengenali dari pada memberinya sekumpulan fakta yang bagi beliau belum siap untuk mendapatkannya. (p.45)
Guru IPA yang efektif mengenali bahwa belum dewasa kecil dengan segera mempersepsikan perilaku gurunya ihwal IPA. Apabila gurunya bersikap girang dalam mengeksplorasi, mengajukan pertanyaan dan memperagakan sikap dasar “mari kita mengenali” kepada pembelajaran IPA, maka belum dewasa akan menyerap dan memodelkan perasaan tersebut. Sekali si anak telah mengenali benda-benda serta insiden-kejadian ini maka bahan-bahan komplemen mampu dimasukan. Peran guru ialah untuk menyediakan materi-bahan yang mempesona untuk permainan dan pekerjaan mendorong anak-anak untuk bertanya ketika mereka memanipulasikan materi-materi mulai menemukan cara-cara menjawab pertanyaan-pertayaan mereka. Ketika belum dewasa merasakan perbedaan tekstur dipusat aktivitas, mereka mulai menanyakan kenapa ini beragam. Guru yang responsif lalu memberi sebuah beling pembesar, kerikil-kerikil, kotak-kotak, berisi air dan materi-materi yang mungkin dipakai anak-anak untuk bereksperimen.
Ketika dihadapkan dengan materi-bahan yang baru, anak-anak akan melalui tiga tahap yang mampu ditebak:
1. Tahap pertama yakni masa eksperimen. Durasi periode ini akan beragam, bergantung terhadap usia, kemampuan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Anak akan mengeksplorasi bahan-bahan dengan menggunakan semua indera pandangan, sentuhan, anyir dan bahkan atas izin orang dewasa atau guru untuk merasakan.
2. Tahap kedua yaitu pengenalan kosa kata yang dibutuhkan yang berafiliasi dengan materi-materi yang baru. Kosa kata seharusnya diperkenalkan selagi materi-materi yang gres tersebut sedang digunakan. Guru mungkin bisa menanyakan pertanyaan terbuka, mirip: “apa yang bisa anda ceritakan tentang ini?” atau, “bagaimana kamu melakukan cara itu?” atau, “apa-apa saja yang berbeda yang mampu anda kerjakan?” selama pertukaran ini penting bagi guru untuk menganggap pandangan bawah umur mengenai dunia dan menyimak dengan seksama maknanya atas kata-kata dan ide-pandangan baru. Guru memberi bahasa-bahasa yang gres, menolong anak-anak menulis mengenai bahan-bahan yang gres, mendorong anak-anak untuk melukis gambar dan membacakan dongeng-dongeng perihal bahan-bahan tersebut.
3. Tahap ketiga tergolong mengidentifikasikan duduk perkara, sering kali sebuah pertanyaan yang disimpan anak selama diskusi. Setelah sebuah problem diidentifikasikan, guru mendorong si anak untuk mencari penyelesaian atau jawaban.
Dengan memakai eksplorasi tanah selaku pola, bahan-materi yang gres mungkin masuk bejana dengan tanah yang bermacam-macam (tanah yang kaya organik, tanah liat, dan tanah pasir), sendok dan handuk, kotak plastik, sumber cahaya, sangkar kayu, biji raddish dn kaleng untuk menyiram. Guru mendukung proses ini dengan menawarkan dan mengorganisasikan bahan-bahan, memperhatikan bawah umur yang sedang melakukan pekerjaan dengan bahan-materi tersebut dan menanyakannya pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong anak-anak biar menelusuri bahan-bahan ini sedalam mungkin. Guru juga menggunakan pengamatannya untuk memodifikasi dan memperluas pedoman anak dan menolong mereka meningkat .
Kegiatan dan Tugas
1. Museum kelas
Sebuah museum kelas mampu menawarkan anak-anak potensi untuk melihat dan menyentuh materi-materi yang menawan. Kumpulkan watu-watu, bulu, daun, gigi, kerang, pelapah pisang, bulu, kain, serangga benda-benda yang lain.
Meranyimpan koleksi tersebut sungguh penting agar anak-anak mendapat potensi untuk berinteraksi dengan benda-benda ini : mengamati, membandingkan, mengklasifikasikan, menebak dan mengkomuniasikan. Interaksi ini mampu didorong menelusuri yang dibimbing. Contohnya, guru mampu mengarahkan : “coba kita cari batu yang mana yang bisa memberi tanda dilantai.”
Memperkenalkan binatang hidup ke dalam kelas bisa memperlihatkan kesempatan bagi anak-anak untuk menyebarkan keahlian IPA. Kebanyakan bawah umur takjub dengan benda-benda hidup. Menyiapkan sebuah tutup yang bisa dikunci untuk menjaganaya dari serangga jangkrik atau ulat kaki seribu dan kupu-kupu bisa memperkaya kurikulum IPA pra sekolah. Dia mesti menekankan perlunya merawat dan menghargai binatang. Serangga dan binatang yang dari alam mesti dikembalikan ke lingkungan aslinya setelah rentang waktu observasi kelas tertentu.
Kelas juga bisa membuat sebuah museum biji-bijian yang terdapat biji kesukaan atau pod biji yang diseleksi setiap anak. Anak-anak mampu mengklasifikasikan biji-bijian menurut ukuran, warna, tekstur atau bentuk. Anak-anak mampu menggunakan gambar bunga untuk mencoba mencocokan asal muasal flora.
2. IPA Luar Ruangan
Anak-anak memiliki minat yang dalam mengeksplorasi benda serta fenomena yang mereka hadapi di sekitarnya.bawah umur memerlukan waktu untuk memberi tahu kepada yang lainnya mengenai apa yang mereka lihat, apa yang mereka pertimbangkan, dan apa yang menciptakan mereka terkagum. Sewaktu guru menyediakan materi-bahan untuk sebuah penemuan, mereka sebaiknya menyisihkan sedikit waktu bagi anak-anak untuk membahas tentang apa yang sudah diamatinya dan membandingkan hasil observasi.
Taman sekolah memperlihatkan kesempatan sepanjang tahun bagi bawah umur untuk mengembangkan keterampilan IPAnya.
Tema-tema digunakan untuk memfokuskan acara-aktivitas diluar ruangan. Contohnya, studi tentang tumbuhan tetangga bisa tergolong jalan-jalan sekit
ar sekolah atau lingkungan dan memperhatikan tanaman-tumbuhan yang berlawanan dimana tumbuhnya, bagaimana bentuknya, bagaiman rupanya dn bagaimana perbedaannya. Guru bisa menciptakan suatu daftar pertayaan-pertanyaan bawah umur perihal flora, mencetuskan kembali komentar-komentarnya banyak sekali pertanyaan untuk memperluas ilham-idenya.
Mengeksplorasikan pohon sekitar bisa menjadi suatu tema. Anak-anak mampu menghimpun daun-daun dari pohon yang berlawanan, dan dengan tunjangan guru atau orang bau tanah, menciptakan suatu buku daun diatas pembungkus plastik yang bening.
3. Air
Beberapa konsep perihal air yang bermanfaat bagi guru ketika merencanakan sentra acara air untuk bawah umur kecil, selaku berikut:
a. Air menguap bimbinglah observasi bawah umur kepada air yang didalam kotak, diatas radiator, bukan di radiator, dibawah matahari dan ditempat yang teduh. Catlah suatu papan atau segi jalan dengan memakai air dan perhatikan proses pengeringannya. Yang mana yang paling cepat kering? Apa yang hendak terjadi bila anda menambahkan garam kedalam air atau memakai air panas?
b. Air dibutuhkan untuk menjaga hidup tumbuhan. Amati perbedaan antara dua yang tumbuhan, satu yang diberi air dan yang satu tidak.
c. Air mampu dicampur dengan beberapa cairan tapi tidak dengan cairan tertentu. Campur air dengan susu, jus, minyak selada, madu atau cairan lainnya.(kotak plastik yang bening dengan tutup menawarkan campuran yang bagus dan sebagai daerah pengamatan yang bagus).
d. Air menyerap ke berbagai jenis materi. Taruh air pada beberapa jenis kain, kertas dan coba bahan-materi lainnya untuk mengamati tingkat perembesan.
e. Hujan dan air dari salju yang meleleh masuk ke dalam sungai. Berjalanlah disekitar sekolah untuk memperhatikan kemana air hujan pergi. Amati sebuah ajaran dan catatlah seuah kisah perihal apa yang anda lihat.
4. Magnet
Konsep magnet bahwa menciptakan suatu medan magnet atau pesona mempesona atau daya tolak dapat menunjukkan belum dewasa banyak potensi untuk membuatkan keterampilan beragam ilmu alam. Melakukan percobaan dengan magnet, serbuk besi dan benda-benda lainnya membantu bawah umur mengembangkan pengamatan, perbandingan, perkiraan, dan kemampuan komunikasi.
Satu cara yang baik untuk menangani serbuk besi yakni dengan membuat kotak magnet. Kotak magnet yaitu kotak kecil yang yang dibuat dari karton atau plastik bening. Kotak magnet akan menciptakan anak-anak bekerja sendiri-sendiri dengan magnet dan serbuk besi.
Ide lain yang sama ialah dengan meminta anak-anak melukiskan sebuah kota, tergolong jaringan jalannya diatas piring kertas. Mobil-mobilan kecil, yang terbuat dari besi atau dengan besi yang dilem dibawahnya bisa diarahkan seapanjang jalan dengan cara menggerakkan magnet maju mundur sepanjang sisi belakang piring.