BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Evaluasi Pendidikan di Taman Kanak-Kanak
1. Pengertian dan Tujuan Evaluasi Anak Usia Taman Kanak-Kanak
James E. Johnson (1993) mengemukakan bahwa evaluasi yakni suatu proses memilih, mengumpulkan dan menafsirkan berita untuk membuat keputusan. Meskipun terdapat berbagai alasan dilaksanakannya penilaian, namun tujuan biasanya yaitu untuk membuat suatu keputusan. Evaluasi mampu dilaksanakan untuk memperbaiki acara, menghentikan program atau membandingkan program.
Dalam relevansinya dengan observasi kepada anak usia Taman Kanak-kanak. The National Association of Early Childhood Specialist (NAEYC, 1991) dalam Beaty (1994) merumuskan tujuan mengevaluasi anak usia TK yakni selaku berikut :
1. Untuk menyiapkan pembelajaran perorangan dan kalangan, serta untuk berkomunikasi dengan para orang renta.
2. Untuk mengidentifikasi apakah anak membutuhkan santunan atau layanan khusus.
3. Untuk mengecek apakah tujuan program pendidikan TK sudah tercapai atau belum.
Evaluasi secara singkat juga mampu diidentifikasikan sebagai proses pengumpulan gosip untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil penilaian diperlukan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong penerima didik untuk berguru lebih baik.
Adapun tujuan lain dari proses mengevaluasi di Taman Kanak-kanak :
1. Untuk mengenali ketercapaian, kemampuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Untuk merangsang acara anak Taman Kanak-kanak dalam melakukan proses belajar mengajar.
3. Untuk mencari keberhasilan atau tidak sukses dalam proses belajar.
4. Untuk menemukan isu apakah aktivitas yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Untuk memperolah masukan ihwal kekuatan dan kelemahan dari suatu acara belajar sehingga mampu dipakai untuk menyiapkan acara balajar selanjutnya.
6. Untuk mendapat gambaran ihwal teladan dan gaya interaksi anak dengan orang lain.
2. Prinsip Evaluasi
Banyak sistem, alat dan prosedur untuk menilai perkembangan anak usia TK. Oleh alasannya adalah itu, sangatlah perlu bagi guru untuk mengenali dan memahami jenis evaluasi yang tepat untuk dipraktekkan. Sehubungan dengan hal tersebut, NAEYC dalam Beaty (Masitoh,2000) memberikan pedoman yang mampu dijadikan contoh dalm pelaksanaan evalusasi salama proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak oleh guru. Pedoman yang dimaksud yakni :
1. Penilaian harus dikaitkan dengan kurikulum, untuk menerima hasil evaluasi yang sempurna target dan tidak menyimpang dari tujuan maka pelaksanaan penilaian mesti terkait dengan kurikulum.
2. Hasil penilaian harus dimanfaatkan untuk kepentingan anak.
Penilaian bukan sekedar angaka atau istilah deskriptif yang tidak memiliki arti dan tidak memiliki faedah untuk pertumbuhan anak itu sendiri. Dalam pelaksanaannya seharusnya guru memfokuskan observasi pada proses sesuatu yang terjadi yang dianggap penting bagi anak, dan seharusnya guru tidak sekedar menuliskan laporan dalam buku pemikiran.
3. Penilaian mesti meliputi seluruh faktor pertumbuhan anak.
Perkembangan insan yaitu utuh dan menyeluruh. Dengan demikian, proses penilaian diharapkan menjamah keseluruhan aspek perkembngan anak.
4. Penilaian melibatkan pengamatan yang teratur dan periodik dari anak dalam berbagai keadaan yang menggambarkan tingkah laku anak setiap dikala.
5. Penilaian didasarkan pada mekanisme yang menggambarkan kegitan anak secara khusus dan menolak pendekatan yang menempatkan anak dalam suasana yang dibuat- buat.
6. Penilaian memakai sebuah alat dan prosedur yang tersususun, mirip koleksi karya anak, catatan pengamatan yang sistematis, catatan percakapan dan wawancara dengan guru- guru lain serta rangkuman kemajuan anak secara individual maupun dalam golongan.
7. Penilaian harus mengakui perbedaan perorangan anak.
8. Penilaian tidak mengabaikan kenyamanan psikologis anak, baik parasaan maupun harga dirinya.
9. Penilaian harus mendukung relasi orang tua dan anak, dan tidak menghancurkan iman orang renta pada anaknya atas kesanggupan yang dimilikinya atau merendahkan bahasa dan kultur keluarga.
10. Penilaian ialah sebuah komponen yang esensial dari peran guru. Guru yakni penilai utama.
11. Penilaian menunjukan keunggulan dan pertumbuhan anak. Apakah anak dapat melaksanakan, dan tidak mengadili balasan yang salah atau apa yang tidak dapat dikerjakan anak atau apa yang tidak diketahui mereka.
12. Penilaian yakni suatu proses kolaboratif yang melibatkan anak dan guru, guru dan orang renta, sekolah dan penduduk dan isu dari evaluasi diberikan terhadap orang renta dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka.
13. Penilaian mendorong anak untuk berpartisipasi dalam menganggap dirinya, dan mencatat apa yang mampu dikerjakan anak secara mampu berdiri diatas kaki sendiri maupun apa yang mampu dilakukan anak dengan pertolongan orang lain.
14. Informasi ihwal setiap pertumbuhan dan belajar anak dikumpulkan dan dicatat secara sistematis untuk mempersiapkan pembelajaran- pembelajaran serta untuk berkomunikasi dengan orang tua.
15. Ada suatu proses yang terstruktur untuk info yang dibagikan antara guru dan orang tua tentang pertumbuhan, pertumbuhan, dan penampilan anak yang memperlihatkan berita deskriptif yang memiliki arti dan tidak dalam bentuk angka.
Adapun prinsip prinsip lain dalam dalam memeriksa anak di TK :
1. Berpusat pada anak
Penilaian yang dijalankan hendaknya berpusat pada semua kegiatan yang dilakukan oleh anak. Penilaian ini bertugas melaksanakan pengamatan kepada semua kegiatan yang dilakukan oleh anak setiap ketika, dimana saja dan kapan saja tanpa mesti menanti waktu yang sudah diputuskan atau direncanakan.
2. Berkesinambungan
Penilaian dijalankan secara bermaksud, sedikit demi sedikit dan terus menerus untuk menemukan citra wacana kemajuan proses belajar anak didik sebagai hasil acara pembelajaran.
3. Menyeluruh/ keterpaduan
Perubahan sikap yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran perlu dicapai secara menyeluruh baik yang menyangkut pengetahuan, perilaku, perilaku, nilai, serta keterampilan. Penilaian bersifat menyeluruh bila penilaian yang dipakai mencakup aspek proses dan hasil pengembangan yang secara sedikit demi sedikit menggambarkan pergeseran sikap.
4. Lebih mementingkan proses dibandingkan dengan hasil
Penil;aian pada anak seharusnya lebih mementingkan pada pengamatan yang dikerjakan selama proses yang berjalan dan bukan pada hasil risikonya saja. Penilaian yang paling baik dilaksanakan saat anak melakuakan kegiatan belajar dan bermain. Untuk itu evaluasi tidak selalu menggunakan “paper and pencil test”, namun lebih terhadap observasi secara eksklusif kepada kegiatan anak.
5. Berorientasi pada tujuan
Penilaian di TK berorientasi pada kompetensi yang diperlukan, proses kemajuan dan kemajuan anak.
6. Objektif dan alamiah
Dalam melakukan evaluasi diusahakan seobjektif mungkin, ialah penilaian yang memperhatikan objeknya. Perasaan- perasaan, impian- harapan dan prasangka- dugaan evaluasi sedapat mungkin harus dihindari pada ketika menganggap. Penilaian juga harus memperhatikan perbedaan- perbedaan dan keunikan perkembangan setiap anak sehingga penilaian tidak memperlihatkan penafsiran yang sama kepada tanda-tanda yang sama pada anak.
7. Mendidik
Hasil evaluasi harus dapat dipakai untuk membina dan memperlihatkan dorongan kepada semua anak dalam memajukan hasil pertumbuhan dan pertumbuhan anak. Oleh alasannya itu, hasil penilaian mesti dinyatakan dan dapat dinikmati sebagai penghargaan bagi anak yang belum berhasil. Dengan demikian, usaha evaluasi dapat memperkuat sikap dan sikap yang konkret.
8. Konsisten dan jujur
Penilaian yang dilaksanakan oleh lebih dari dua orang penilai akan lebih dapat dipertanggungjawabkan dikala menciptakan anjuran atau memilih tindak lanjut.
9. Kebermaknaan
Hasil penilaian harus bermakna bagi guru, orang renta, anak bimbing dan pihak- pihak lain yang membutuhkan untuk memajukan perkembangan dan pertumbuhan anak.
10. Kesesuaian
Penilaian harus mengamati adanya kesesuaian antara apa yang diajarkan di Tk dengan laporan yang dibentuk.
B. Teknik Evaluasi di TK
1. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu proses mengamati seorang anak dalam melaksanakan suatu aktivitas atau melakukan permainan, tanpa mencampuri aktivitas anak tersebut. Pengamatan seorang guru haruslah peka, jelas, dan deskriptif. Terutama dalam mengungkap kemajuan sosial emosional anak. Sebagian besar belum dewasa belum memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan mengetahui perasaan dan pikirannya sendiri. Anak-anak terkadang mengungkapkan perasaannya melalui tindakan. Berkenaan dengan hal ini Cohen dan Stern (dalam CRI, 2000) mengungkapkan selaku berikut.
Anak-anak berkomunikasi dengan kita melalui mata mereka, mutu suara mereka, sikap tubuh mereka, gerak aba-aba mereka, kelakuan mereka, senyum mereka, lompat-lompatan mereka, kelesuan mereka. Mereka menawarkan terhadap kita, lewat tindakan mereka, dan juga lewat apa yang mereka buat, apa yang terjadi dalam diri mereka. Ketika kita dapat menyelami arti dari sikap bawah umur secara menyeluruh, kita berada di jalur yang benar dalam proses mengetahui mereka. Catatan guru tentang cara-cara mereka berkomunikasi akan membantu dalam melihat mereka sebagaimana mereka apa adanya.
Lebih lanjut Beaty (1994) mengemukakan bahwa pengamatan harus didasarkan pada kebaikan, kekuatan atau keunggulan yang diperlihatkan anak untuk menolong perkembangannya, bukan ditekankan pada kesalahan yang dilakukan anak. Observasi mesti dikerjakan dalam situasi natural atau tidak dibentuk-buat (artificial).
Gambar 10.1 ialah salah satu teladan anutan pengamatan untuk memantau pertumbuhan sosial emosional anak Taman Kanak-kanak yang mampu dipergunakan guru.
2. Catatan Anekdot
Adalah proses mendokumentasikan aktivitas atau sikap yang teramati berupa catatan ringkas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Patmonodewo (1993) yang menyampaikan bahwa catatan anekdot atau anecdotal record ialah kumpulan catatan ihwal perilaku dan perilaku anak yang khusus, baik secara aktual maupun negatif.
Catatan anekdot dikerjakan berdasarkan observasi sepintas dan ditulis lebih singkat dibandingkan laporan deskriptif. Hasil observasi guru mampu dituangkan ke dalam tiga atau empat kalimat, dan cuma perlu menyisipkan catatan yang diingatnya saja. Catatan anekdot jenis ini sangat membantu guru dalam mengerti bagaimana proses tingkah laku bermula, bagaimana perkembangan tingkah laris tersebut dan bagaimana karenanya.
Pedoman Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak
3. Daftar Checklist
Daftar Checklist merupakan cara yang cepat dan mudah untuk mengukur keberadaan tingkah laku khusus anak. Daftar Checklist juga mampu dipergunakan sebagai sebuah cara untuk mendokumentasikan insiden penting tertentu yang sehubungan dengan pertumbuhan anak atau suatu tujuan atau target instruksional. Daftar Checklist ini sangat memiliki kegunaan bagi guru yang ingin mengenali berapa kali dalam sepekan Ujang memukul temannya, berapa kali dewi menangis atau berapa kali Ratna meminta dukungan guru.
Adapun pola daftar checklist yang dapat dipakai guru untuk mengawasi kemajuan sosial emosional anak, mirip berikut.
Alat Penilai Perkembangan Sosial Emosional
Untuk usia 3-6 tahun
4. Analisis Gambar Anak
Dalam memeriksa gambar anak, guru mampu melakukannya dengan cara mengumpulkan gambar-gambar anak yang pernah dibuat, dan menyaksikan perkembangan dari hari kehari.
Cara lain ialah dengan cara anakdiminta mneggambar tema tertentu, misalnya menggambar perihal keluarga, kemudian guru meminta anak untuk menceritakan gambar tersebut. Karya yang dihasilkan oleh anak yakni sebuah gambar yang menunjukkan makna pada guru ihwal kemampuan kemajuan motorik halus anak dan daya tangkap anak serta perkembangannya.
Dalam gambar tersebut guru mampu mengetahui bagaiman perasaan anak kepada anggota keluarga, bagaimana anak memahami hubungan anggota keluarga satu sama lainnya, bagaimana anak menggunakan ruang dan kesadarannya secara detail (rinci). Melalui gambar anak, guru ataupun pengamat pendidikan yang lain akan mempelajari banyak hal perihal bagaimana proses berpikiranak, apa yang dikenali anak tersebut, bagaimana beliau mengatur atau mengorganisasikan berita tersebut, serta bagaimana ia menghubungkannya dengan guru saat dia melaksanakan respons (jawaban) khusus terhadap pertanyaan yang diajukan.
Selain itu, lewat gamabar yang dibuat anak, guru dapat melaksanakan analisis dan mendapatkan problem-urusan sosial emosioanal yang terjadi dalam diri anak yang tercermin dalam produk gambat yang dibuatnya.
Judul Gambar : Gajah
5. Analisis Foto, Vcd, dan Audiotape
Dengan metode ini guru akan mendapatkan informasi yang sangat menawan dan bermanfaat berdasarkan data-data visual.
Pada awal tahun anutan baru, guru mengambil foto bawah umur dari banyak sekali sudut kekhasan anak. Guru juga mampu mengambil gambar interaksi mereka dengan memakai handy camera. Dalam bentuk ausio guru pun mampu merekam suara anak, ketika diwawancarai pertama kali bertemu. Dan diakhir tahun aliran, guru mampu melakukan pengambilan foto kembali, merekam kegiatan anak lewat handycame dan merekam suara mereka kembali.
Demgan dua kegiatan ini, guru dapat membedakan melihat secara jelas pergantian apa yang terlihat dalam perkembangan sosial emosional mereka, dan anak-anak pun mampu dilibatkan untuk mengevaluasikan diri mereka sendiri, dengan cara membandingkan foto mereka diawal dan diakhir tahun aliran.
Dokumentasi Anak di Tahun Ajaran Baru
6. Percakapan Atau Wawancara dengan Anak
Patmonodewo (1998) mengatakan bahwa percakapan ialah tata cara evaluasi yang dijalankan lewat bercakap-piawai atau wawancara antara anak dengan guru baik didalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan atau wawncara dengan anak merupakan suatu cara pengumpulan info yang diperoleh secara eksklusif dari anak. Anak menyadari bahwa anda sebagai guru kesengsem pada cara mereka berpikir dan merasakan emosi.
Percakapan selaku metode penilaian berisikan dua kategori, yakni :
1. Penilaian percakapan yang terorganisir artinya, percakapan ini dilaksanakan dengan sengaja oleh guru dengan memakai waktu khusus dan fatwa khusus meskipun sederhana.
2. Penilaian percakapan tidak terstruktur artinya, percakapan yang dilaksanakan antarra guru dan anak tanpa dijadwalkan secara khusus, di mana saja, kapan saja dalam situsi informal.