BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Pada mulanya, manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Mereka yakin bahwa dewalah yang merupakan sumber segala yang ada. Suasana yang bersifat mitologi ini dapat dianggap awal manusia berpikir wacana “sesuatu” yang ada di balik segala peristiwa yang dapat diperhatikan oleh inderanya. Kemudian manusia berusaha untuk memperoleh balasan dengan cara terus menerus berpikir wacana dilema yang dihadapinya serta melakukan observasi kepada segala sesuatu yang disangka mampu membantu memecahkan masalahnya.
Kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia, berisikan kata philos yang memiliki arti cinta atau sobat dan kata sopihia yang mempunyai arti budi, kearifan, atau wawasan. Kaprikornus philosophia memiliki arti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan.
Beberapa pandangan yang dikemukakan oleh tiga orang filsuf yang dianggap selaku tiga filsuf besar pada masanya ;
a. Sokrates
Sokrates ialah filsuf Yunani yang hidup antara tahun 469-399 SM yang sangat meletakkan perhatian pada manusia dan menginginkan supaya manusia itu bisa mengetahui dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa insan merupakan asas hidup yang paling dalam. Makara jiwa ialah hakikat insan yang memiliki arti selaku penentu kehidupan insan. Berdasarkan pandangannya itu, dia tidak memiliki niat untuk memaksa orang lain menerima aliran atau pendangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan persepsi mereka sendiri. Untuk itu ia memakai sistem dialektika, yakni dengan cara melaksanakan dialog dengan orang lain, sehingga orang lain mampu mengemukakan atau menerangkan persepsi atau idenya. Dengan demikian dapat muncul pandangan atau alternative yang gres. Sokrates tidak meninggalkan goresan pena-goresan pena ihwal pandangannya, namun persepsi Sokrates tadi dikemukakan oleh Plato, salah seorang muridnya.
Sokrates ialah filsuf Yunani yang hidup antara tahun 469-399 SM yang sangat meletakkan perhatian pada manusia dan menginginkan supaya manusia itu bisa mengetahui dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa insan merupakan asas hidup yang paling dalam. Makara jiwa ialah hakikat insan yang memiliki arti selaku penentu kehidupan insan. Berdasarkan pandangannya itu, dia tidak memiliki niat untuk memaksa orang lain menerima aliran atau pendangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan persepsi mereka sendiri. Untuk itu ia memakai sistem dialektika, yakni dengan cara melaksanakan dialog dengan orang lain, sehingga orang lain mampu mengemukakan atau menerangkan persepsi atau idenya. Dengan demikian dapat muncul pandangan atau alternative yang gres. Sokrates tidak meninggalkan goresan pena-goresan pena ihwal pandangannya, namun persepsi Sokrates tadi dikemukakan oleh Plato, salah seorang muridnya.
b. Plato
Plato (427-347 SM) mengemukakan pandangannya bahwa realitas yang mendasar adalah idea tau idea. Ia percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris yang mengalami perubahan itu bukanlah realitas yang bahu-membahu. Dunia pandangan atau dunia pandangan, adalah dunia yang kasatmata itu hanyalah bayangan dari ilham-wangsit yang bersifat baka dan imeterial. Plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan inderawi atau dunia faktual, dan dunia ilham. Untuk memesuki dunia wangsit, dibutuhkan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu insan mesti meninggalkan kebiasaan hidupnya, mengendalikan nafsu serta sesantiasa berbuat kebajikan. Plato menyatakan pula bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga tingkatan, yakni bab tertinggi yaitu logika kecerdikan, bab tengah diisi oleh rasa atau harapan dan bagian bawah ditempati oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk menyaksikan inspirasi serta menertibkan jiwa-jiwa yang ada pada bagian tengah dan bawah.
c. Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM) pernah menjadi murid Plato selama 20tahun. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai kawasan dan pernah menjadi guru pangeran Alexander yang lalu menjadi Raja Alexander Yang Agung. Ia juga mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum. Aristoteles ialah seorang pemikir yang kritis, banyak melaksanakan observasi dan mengembangkan wawasan pada kala hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. Tulisan-tulisannya dapat dibilang meliputi segala ilmu yang diketahui pada masanya, tergolong ilmu kealaman, penduduk dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia.
Tulisan Aristoteles yang terkenal sampai sekarang adalah mengenai akal, yang olehnya disebut analitika. Ilmu ini bermaksud mengajukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh segala ajaran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini inti logika Aristoteles yakni silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari dua dalil atau proporsisi yang telah ada, kemudian menciptakan proporsisi ketiga yang ditarik dari dua proporsisi semula.
2. FUNGSI FILSAFAT
Fungsi filsafat secara keseluruhan yaitu selaku berikut:
a. Sebagai alat mencari dan menemukan kebenaran dari segala fenomena yang ada dikaji secara ilmiah.
b. Mempertahankan, mendukung, antitesis, atau berrdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
c. Memberikan pemaman ihwal cara mengkaji kehidupan, pandangan hidup, dan persepsi dunia.
d. Memberika aliran tentang sopan santun dan adat dalam penggunaan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan.
e. Menjadi sumber pandangan baru dan fatwa dalam banyak sekali faktor kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, aturan, dan sebagainya.
3. MISI DAN TUJUAN FILSAFAT
Visi filsafat :
a. Pencegah (memperlihatkan sebuah citra yang niscaya tentang ilmu filsafat)
b. Pengasah (mengasah diri kita untuk mampu berpikir secara realitas)
c. Penggerak (menggerakkan diri kita untuk melakukan sebuah hal yang bernilai nyata dan sungguh bermanfaat)
Misi filsafat :
a. Mengembangkan ilmu filsafat dan teologi
b. Menyelenggarakan pendidikan akademik yang unggul di bidang filsafat dan teologi dalam dialog dengan ilmu-ilmu lain yang terikat
c. Menjadi pusat pengembangan ajaran yang mampu dipertanggungjawabkan, berorientasi pada nilai kemanusiaan universal, impian bangsa Indonesia.
d. Melibatkan diri dalam kehidupan intelektual, cultural, dan spiritual bangsa.
Tujuan Filsafat :
a. Mendalami unsure-unsure pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat mengerti sumber, hakikat, dan tujuan ilmu
b. Memahami sejarah perkembangan, pertumbuhan, dan perkembangan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mampu citra wacana proses ilmu kontemporer secara histories
c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi tinggi, utamanya untuk membedakan masalah yang alamiah dan nonalamiah
d. Mendorong pada kandidat ilmuan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
e. Mempertegas dalam masalah sumber dan tujuan antara ilmu dan agama, tidak ada pertentangan
f. Menyiapkan landasan bagi kesempurnaan dan kekemuncakan insan
g. Membantu manusia mengusir was-was setan dan menampik gelenyar materialisme dan ateisme; menjaganya dari penyimpangan berpikir dan macam-macam jerat yang menjatuhkan; melindunginya dengan senjata pamungkas di arena berkelahi gagasan dan menjadikannya bisa membela persepsi-andangan dan pemikiran-anutan yang benar sekaligus menyerbu dan membidas persepsi-pandangan dan ajaran-ajaran yang keliru dan tidak sehat.
4. MODEL-MODEL FILSAFAT
Dalam filsafat, terdapat beberapa versi yang dapat dipelajari, ialah:
a. Filsafat Spekulatif
1) Cara berfikir sistematis dan bebas wacana segala yang ada
2) Manusia memiliki kekuatan rasional yang sangat tinggi “animal rational”
3) Tergolong filsafat tradisional sebagai bangunan penguatan (body of knowledge)
4) Filsafat Yunani antik mirip Socrates, Plato, Aristoteles, danlain-lain yang dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif
5) Mencari keteraturan dan keseluruhan bukan pada item pengalaman khusus, melainkan kepada semuan pengalaman dan pengetahuan
6) Suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman
b. Filsafat Preskriptif
yaitu sebuah cara berfikir sistematis tentang segala hal yang ada.
1) Berusaha menciptakan sebuah ukuran (standar) nilai-nilai, evaluasi perihal perbuatan insan dan evaluasi wacana seni
2) Menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, dan elok dan jelek
3) Nilai sebuah benda intinya inheren dalam dirinya atau ialah sebuah gambaran dari anutan insan
c. Filsafat Analitik
Dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat Analitik Linguistik dan Analitik Positivistik Logis.
1) Analitik Linguistik
Mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisis logis wacana bahasa, kata-kata dan pengertian.
Analitik Linguistik akan menguji sebuah idea tau ide, seperti istilah keleluasaan akademik, hak asasi manusia, demokrasi dan sebagainya.
Menurut Analitik Linguistik idea tau ide tersebut mempunyai makna yang berlainan dalam konteks berbeda.
2) Analitik Positivistik Logis
Dikenal dengan nama Neo Positivism yang dikembangkan Bertrand Russel yang berakar dan meneruskan filsafat Positivistik Comte, yakni peletakan dasar pendekatan kuantitatif dalam pengembangan ilmu.
Positivisme ialah suatu model dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang di dalam langkah kerjanya menempuh jalan lewat pengamatan, eksperimentasi dan komparasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu kealaman.
Paradigma positivism menunjukkan lima aksioma (asumsi yang diterima tanpa persetujuan), adalah ; hakikat kenyataan (ontology), hubungan antar pencari tahu dan yang tahu, kemungkinan mengeneralisasi, kemungkinan korelasi kausalitas, peranan nilai dalam inkuiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah yang kami buat mampu ditarik kesimpulan bahwa, kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia, berisikan kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sopihia yang mempunyai arti kecerdikan, kearifan, atau wawasan. Kaprikornus philosophia bermakna cinta pada kecerdikan atau cinta pada wawasan.
B. SARAN
Saran kami bahwa dalam menerapkan pendidikan kita haruslah mengenali ihwal rancangan filsafat didalam hidup, semoga tujuan kehidupan mampu tercapai. Serta menghalau was-was setan dan menampik gelenyar materialisme dan ateisme; menjaganya dari penyimpangan berpikir dan macam-macam jerat yang menjatuhkan; melindunginya dengan senjata pamungkas di arena adu gagasan dan menjadikannya mampu membela persepsi-andangan dan fatwa-pedoman yang benar sekaligus menyerbu dan membidas persepsi-persepsi dan fatwa-ajaran yang keliru dan tidak sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna & Suwarma. 2008. Filsafat Ilmu.Jakarta: Universitas Terbuka.
http://physicsmaster.orgfree.com/artikel/ oleh M.Sutarno, S.Si, M.Pd 2009. diunduh tanggal 13 September 2013.