1. Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan suara ujaran atau bahasa ialah satu suara yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang digunakan untuk mewujudkan suara ujaran itu biasa disebut karakter. Dengan huruf-aksara itulah manusia mampu menuliskan ide yang semula cuma disampaikan secara verbal.
Keseluruhan peraturan ihwal cara menuliskan lambang-lambang bunyi ujaran dalam sebuah bahasa termasuk dilema yang dibicarakan dalam ejaan. Ejaan yakni cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, komponen serapan, dan tanda baca. Ejaan yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah ejaan fenomis, adalah hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan aksara. Jumlah lambang yang diperlukan tidak terlampau banyak
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku semenjak tahun 1972 selaku hasil penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu Ejaan van Ophuysen (1901) dan ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut metode ejaan fonemis, ialah satu tanda satu suara, tetapi kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangannya terlihat pada adanya fonem (suara) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/,/ny/,kh/, dan /sy/. Sebaliknya dua fenom yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menjadikan ketidakserasian dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
2. Pelafalan
Salah satu yang dikelola dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan bahasa Indonesia. Pada simpulan-tamat ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan penuh keraguan. Keraguan yang dimaksud disini adalah ketidakteraturan pemakai bahasa dalam melafalkan aksara dan kata dalam bahasa Indonesia. Misalnya, ada sebahagian orang menyebutkan atau melafalkan kata energi dengan energi (baku), enerji, enersi (tidak baku). Kesalahan-kesalahan itu berupa kesalahan menyebutkan nama karakter dan kesalahan melafalkan huruf. Kesalahan melafalkan terjadi alasannya lambang (aksara) diucapkan tidak cocok dengan suara yang melambangkan huruf-huruf tersebut.
Kaidah pelafalan suara bahasa Indonesia berlainan dengan kaidah suara bahasa lain, khususnya bahasa aneh, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu abjad, contohnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan aneka macam wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fenom yang ada disekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu suara-suara dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan atau diucapkan sesuai dengan apa yang ditulis. Tegasnya, lafal atau ucapan dalam bahasa Indonesia diadaptasi dengan tulisan.
Perhatikan pola berikut :
Tulisan
teknik
tegel
energi
acara
Perhatikan pelafalan berikut :
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
TV /ti-vi/ /te-ve/
MTQ /em-te-kyu/,/em-te-kui /em-te-ki/
Demikian pula halnya dengan pelafalan bagian kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Kaprikornus, pemakai bahasa dapat saja melafalkan komponen tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis.
Perhatikan contoh berikut :
Tulisan Lafal yang benar
cola-cola /ko-ka-ko-la/
HCL /ha-se-el/
CO2 /se 02
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh karakter vokal. Huruf vokal dapat didahului atau disertai oleh aksara konsonan. Persekutuan atau pemisahan suku kata biasanya didapati pada penggantian baris, yakni terdapat pada bab tamat setiap baris tulisan. Penulis mesti mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang dikelola dalam Ejaan Yang Disempurnakan seperti berikut ini :
2) Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, maka pemisahan dilakukan diantara kedua konsonan tersebut.
3) Apabila di tengah kata terdapat konsonan di antara dua vokal, maka pemisah dikerjakan sebelum konsonan.
4) Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahan dilaksanakan diantara konsonan pertama dengan konsonan kedua.
5) Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami pergeseran bentuk dan partikel yang umumnya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, maka penyakuannya dipisahkan selaku satu kesatuan.
6) Pada final baris dan permulaan baris tidak diperkenankan adanya huruf yang berdiri sendiri baik vokal maupun konsonan.
Salah Benar
ikutj – ikutju-
uga … ga ……
masalah i- masalah
tu …….. itu …….
4. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan karakter, ialah aturan penulisan aksara kapital dan aturan penulisan karakter miring.
1) Huruf kapital digunakan sebagai abjad pertama kata permulaan kalimat.
a. Kopi itu telah diminum oleh ayah
b. Mereka yakni mahasiswa UMI
2) Huruf kapital digunakan selaku aksara pertama petikan pribadi.
3) Huruf kapital dipakai sebagai abjad pertama dalam istilah yang berafiliasi dengan hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata gantinya.
a. Tuhan Yang Maha Esa
b. Agama Islam
c. Nabi Muhammad
d. Nabi Sulaiman
e. hamba-Nya
4) Huruf kapital dipakai selaku huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang dibarengi nama orang.
a. Haji Agus Salim
b. Imam Malik
c. Sultan Hasanuddin
d. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
5) Huruf kapital digunakan sebagai abjad pertama nama jabatan dan pangkat yang disertai nama orang.
a. Gubernur Syahrul Y. Limpo
b. Laksamana Muda Udara
c. Gubernur Sulawesi Selatan
d. Wapres Budiono
e. Husein Sastranegara
6) Huruf kapital dipakai selaku abjad pertama nama orang.
a. Amir Hamzah
b. Halim Perdanakusumah
7) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
a. bangsa Indonesia
b. bangsa Inggris
c. suku Bugis
d. bahasa Makassar
8) Huruf kapital dipakai sebagai aksara pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan kejadian sejarah.
a. tahun Hijriah
b. Bulan Jumadil Awal
c. Kongres Pemuda Indonesia
d. tahun Masehi
e. bulan Agustus
f. Revolusi Perancis
9) Huruf kapital digunakan selaku aksara pertama nama khas dalam geografis.
a. Jalan Urip Sumoharjo
b. Selat Makassar
c. Kali Brantas
d. Jalan Kakatua
e. Jazirah Arab
f. Danau Tempe
10) Huruf kapital dipakai selaku huruf pertama nama resmi badan, forum pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
a. Deklarasi Malino
b. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia, No. 57, Tahun 1992
11) Huruf kapital dipakai sebagai abjad pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikrl, seperti di, ke, dari, untuk, dan, yang, yang tidak terletak pada posisi permulaan kata.
a. Pelajaran Ekonomi untuk SLTA
b. Anak Perawan di Sarang Penyamun
12) Huruf kapital digunakan akronim gelar dan sapaan.
b. Sdr. (saudara)
c. M.A. (master of arts)
d. Prof. (profesor)
13) Huruf kapital dipakai sebagai abjad pertama kata petunjuk hubungan korelasi mirip bapak, ibu, saudara, nenek, kakak, dan paman yang digunakan selaku kata ganti atau sapaan.
Contoh :
b. Permohonan Saudara sudah kami fikirkan
c. Mere pergi ke tempat tinggal Pak Camat
4.2. Penulisan Huruf Miring
Penulisan abjad miring cuma mampu dipakai pada tulisan yang memakai mesin cetak atau mesinn tulis yang memiliki abjad miring. Penulisan karakter miring dengan lewat goresan pena tangan atau memakai mesin tulis biasa tidak memiliki miring dapat dikerjakan dengan cara lain. Cara yang dimaksud yakni kata yang akan dicetak miring diberi garis bawah dalam ketikan biasa.
5. Penulisan Kata
Penulisan kata yang dikontrol dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dirinci dalam sejumlah kaidah-kaidah. Berikut ini dijelaskan beberapa kaidah yang sering tak dipatuhi dalam penulisan. Kesalahan penulisan muncul sebab kurangnya pengetahuan pengguna bahasa tentang kaidah ejaan.
5.1. Penulisan Kata Turunan
Unsur-komponen imbuhan pada kata turunan, yakni awalan, sisipan, akhiran, dan kombinasi awalan dengan akhiran, ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kalau bentuk duit mendapat imbuhan itu merupakan campuran kata, awalan atau akhiran itu ditulis serangkai dengan kata yang berhubungan langsung saja, sedangkan bentuk dasarnya yang berupa adonan kata itu tetap ditulis terpisah tanpa tanda hubung. Gabungan kata yang sekaligus menerima awalan dan akhiran ditulis serangkai tanpa tanda hubungan.
Contoh :
sebar
disebar
sebarkan
disebarkan
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, pemakaian (2) untuk menyatakan bentuk pengulangan hendaknya dikesampingkan. Penggunaan angka dua (2) hanya mampu digunakan pada goresan pena cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan resmi, penulisan kata ulang mesti ditulis secara lengkap dengan memakai tanda hubung.
Kata ulang tidak saja berbentukpengulangan kata dasar dan kata turunan, tetapi mampu pula berupa pengulangan dengan mendapat awalan dan akhiran. Bentuk pengulangan yang lain adalah pengulangan dengan pergeseran suara pada bentuk dasar. Dalam pergantian suara itu adakala bentuk yang kedua telah agak jauh dari bentuk dasarnya, tetapi ditinjau dari makna keseluruhannya menyatakan perulangan. Adapun bentuk kata ulang itu, kata-kata tersebut tetap ditulis secara lengkap dengan memakai tanda hubung.
Contoh :
sayur-sayuran
sayur-mayur
Contoh :
mata pelajaran
rumah sakit
kereta api
Gabungan kata yang umum disebut kata majemuk dituliskan terpisah-pisah bab-bagiannya. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat bangun sendiri dan cuma muncu dalam bentuk variasi, maka penulisannya mesti dirangkaikan.
duta besar
daya beli
rumah bersalin
Pancasila
Contoh :
Maha Mendengar
Gabungan kata yang sudah sebagai satu kata dan dianggap sudah padu ditulis serangkai, seperti manakala, matahari, sekaligus, daripada, hulubalang dan bumiputra. Gabungan kata yang dapat mengakibatkan salah pengertian dapat dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara bentuk yang menjadi unsurnya. Pemberian tanda hubung pada kata tersebut ditaruh di belakang unsur yang menjadi inti adonan kata tersebut.
Contoh :
5.4. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti –ku, -kau, -mu, dan –nya yang ada pertaliannya dengan saya, engkau, kau, dan beliau dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini : bukuku, bukumu, bukunya, kuambil, kauambil. Adapun kata aku, engkau, kamu, dan beliau ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya atau yang mendahuluinya.
5.5. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Awalan di- dan ke- yang penulisannya dirangkaikan selalu berafiliasi dengan kata kerja dan mempunyai pasangan atau mampu dipertukarkan dengan awalan me-, misalnya dibeli yang mampu berpasangan dengan kata membeli. Adapun kata depan di dan ke senantiasa menawarkan arah atau daerah dan tidak mempunyai pasangan tetap seperti awalan di-. Cara lain yang mampu dipakai untuk mengenali kata depan ialah dengan memakai kata tanya di mana dan ke mana. Semua tanggapan pertanyaan di mana dan ke mana adalah kata depan.
Contoh :
5.6. Partikel lah, kah, dan tah
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Adapun partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya, kecuali adapun, meskipun, meskipun, dan sejenisnya, yang telah dianggap padu benar. Partikel pun ditulis terpisah alasannya bentuknya nyaris sama dengan kata lepas. Bentuk pun mirip itu memiliki makna juga sehingga penulisannya dipisahkan.
Contoh :
Disamping partikel pun, terdapat juga partikel per dalam bahasa Indonesia. Partikel per ditulis terpisah dari bagian-bab kalimat yang mendampinginya. Partikel per ditulis terpisah alasannya per bentunya sama dengan kata dan mengandung arti mulai, demi, dan setiap.
Contoh :
5.7. Pemakaian Angka Bilangan
Kesalahan yang sering muncul dalan pemikiran ejaan adalah pemakaian bilangan tingkat. Kalau kita memakai angka Romawi, penulisannya tidak menggunakan ke-,. Sebaliknya, kalai kita gunakan angka umumatau angka Arab, maka angka Arab tersebut dibarengi dengan awalan ke-. Disamping dua cara di atas, masih ada cara lain yang dapat dipakai, adalah semua bilangan tingkat itu ditulis dengan karakter (kata).
Contoh :
Salah
Perang Dunia ke II
Perang Dunia ke dua
Abad ke XX
Abad ke 20
Abad ke dua puluh
Contoh :
Sumber Buku : “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi” oleh : Dr. Sitti Rabiah, M.Hum
Penerbit de la macca. Halaman 1-9