Assalamu’alaikum.. teman sekalian pada peluang kali ini, saya ingin membagikan bacaan yang biar berfaedah bagi kalian semua, alasannya hobby saya yg suka membaca buku-buku motivasi dan juga tentu ngeblog, maka saya memiliki gagasan untuk membaginya, semoga berfaedah.. 🙂
“TIGA SISI NAFSU”
Nafsu, sesuatu yang ada dalam diri, tapi sukar dimengerti dengan pasti. Nafsu dalam diri insan memiliki tiga sisi yakni : nafsu ammarah, nafsu lawwamah dan nafsu muthmainnah. Di satu segi dia memiliki cela, tetapi di sisi lain ia menjadi terpuji. Tercela dan terpuji nafsu ini dicerminkan pada budbahasa insan dalam kesehariannya. Kebaikan yang disebar yaitu dorongan sang nafsu muthmainnah, sedang keburukan yang diperhatikan yaitu dorongan nafsu lawwamah dan nafsu ammarah.
Nafsu ammarah menjinjing insan pada kesengsaraan, meski di awal beliau memberi kenikmatan. Tipu daya nafsu ammarah ini mneyamanakan pada alasannya adalah, namun menyengsarakan pada balasan. sebagaimana orang bijak banyak bertutur, salah satu pada awalnya terasa nikmay, tetapi di final ia menenteng pada laknat.
Nafsu muthmainnah menjinjing manusia pada jalan menuju rida-Nya. Ia tak dirasa nikmat di permulaan mula dijalankan, namun di final beliau membawa pada kenikmatan yang kekal. Tak semua orang senang dengan nafsu ini, karena diperbanyaknya delusi oleh para setan yang membuatnya tmapak berat. Namun, saat hati telah terkait pada-Nya., segala akal busuk tidaklah akan mengubah pendirian yang di dorong pada nafsu muthmainnah ini.
Nafsu Lawwamah ialah nafsu yang terletak di anatar keduanya. Terkadang dia cenderung pada berbuat baik, namun di lain peluang ia condong pada tindakan jelek. Ia tak menyenangi keburukan, meski kadang kala ia masih melaksanakan. Tetapi acap kali dia tak sennag dengan kebaikan, meski beliau punya kecenderungan padanya. Nafsu ini perlu di didik semoga bisa menempuh pembersihan jiwa hingga menuju pada nafsu muthmainnah.
Ketiga segi nafsu ini terdapat dalam diri insan. saling bertandingdalam gejolak antara akal dan hawa. Akal yang jernih menjinjing pada nikmatnya dorongan nafsu muthmainnah sedangkan hawa yang tak terkendali menjerumuskan pada jurang kesesatan.
Sudah sepantasnya kita bercermin diri, disisi manakah diri ini merasa tenteram. Jika nyaman pada nafsu muthmainnah , menetap dan berharaplah pada rida-Nya. Namun, bila ternyata kenyamanan nafsu lawwamah menghadapi, terlebih jikalau terjebak dalam nafsu ammarah , berjuanglah untuk meninggalkannya.
Tak terbilang kebaikan yang diteri nafsu muthmainnah, Kebaikan ini memancar dari cahaya-Nya. Sekiranya kita telah menjadi nafsu muthmainnah , berbahagialah. Nafsu muthmainnah inilah yang hendak dipanggul dengan keridaan dari-Nya. Allah memanggil dengan sarat kasih sayang, dan mempersilahkan memasuki kelompok hamba-Nya. Hingga pada risikonya, kita akan meniti tengga menuju surga yang dinaungi keridaan-Nya.
“Wahai nafsu muthmainnah (jiwa-jiwa yang hening) kembalilah lepada Rabbmu dengan rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Kesimpulan :
“NAFSU ITU UNTUK DIKENDALIKAN, AGAR DAPAT MENJADI NAFSU MUTHMAINNAH, BUKAN MENJADI NAFSU LAWWAMAH”. 🙂
Semoga bacaan diatas bermanfaat bagi kalian semua, tetaplah semangat dan berharap hanya kepada-Nya, meminta hidayah-Nya biar kita senantiasa dalam lindungan dan Kasih sayang-Nya..
Sumber bacaan : buku “Nasehat Untuk Kita” Oleh : Farhan Abdul Majid, halaman 1-3