Assalamu’alaikum.. beberapa waktu kemarin aku terbawa dengan suasana buku yang aku baca, entah air mata menetes ketika membacanya, yaaah mungkin karena perasaan yang terlalu peka atau aku pun tak tau kenapa mampu secenggeng ini. ehehhehe… bukan hanya bacaan dari buku nonton iklan, film atau mendengar cerita orang lain kadang buat saya meneteskan air mata… hohoho
Nah, postingan saya kali ini tentang jangan cuma belajar dari untaian kata dalam suatu buku, sungguh ini sangat menunjukkan aku inspirasi untuk berpikir lebih cernih lagi dalam menyikapi segala hal yang terjadi dalam hidup aku dan orang-orang disekelilin aku.
Buku yang aku baca ini ialah perihal bagaimana seseorang mengatur keuangan mereka semoga mampu menawarkan faedah kepada sesama manusia, yaaaah.. dalam bentuk amal mirip sedekah de el el..
Mari sama-sama kita membaca percakapan yang buat saya menangis ini :
“Guru”, kata si murid, “Saya ingin pandai seperti Anda”.
Guru menjawab, “Belajarlah yang bersungguh-sungguh”.
“Saya telah mencar ilmu tetapi kenapa tidak mampu sama mirip guru?”
Gurunya menjawab, “Teruslah mencar ilmu.”
“hmmmm,” gumam si murid. Lalu, bertanya lagi “Kenapa saya tak mampu sebaik guru?”
Guru pun menjawab, “Terus berguru.”
Kesal mendapatkan balasan yang sama, si murid berteriak keras, “Guru, kenapa Anda selalu menjawab terus belajar?”
Si guru menjawab balasan yang serupa, terus mencar ilmu. Karena diberikan tanggapan yang sama secara beruntun, si murid mengajukan pertanyaan sekali lagi dengan nada sopan.
“Guru kenapa saya tidak mampu menjadi pribadi yang baik mirip guru?”
Guru pun menjawab belajar terus. Kesal dengan jawaban itu, si murid beranjak pergi.
Keesokan harinya murid kembali menghampiri si guru dan berkata, “Semalam saya berpikir keras maksud tanggapan dari guru, yaitu terus berguru. Hingga saya tadi pagi dikala aku berlangsung di sekolah, aku melihat seorang yang matanya buta berniat menyeberang jalan dalam kondisi banyaknya kendaraan yang berlalu lintas makin ke sana dan makin kemari. Aku menghampiri orang buta tersebutdan membantunya menyeberang diri. Aku juga menyadari bahwa orang buta tadi ternyata juga seorang pengemis. Aku langsung merasa kasian. Tanpa ragu, saya pun mengeluarkan uang sejumlah Rp 20.000,- dan memberikannya terhadap orang buta tersebut. Orang buta itu pun cuma mengucapkan terima kasih banyak dan berkata, “Sang Kuasa menyaksikan akal baikmu.” Saat itu juga saya teringat kata guru bahwa belajarlah terus. Dan sadarlah diriku bahwa maksud guru adalah belajarlah lewat tindakan baik sebab saya selama ini cuma mencar ilmu dari untaian kata-kata dalam suatu buku.”
Mendengar kisah murdnya, guru pun menghampiri si murid dan berkata, “Akhirnya engkau paham juga maksudku. Kamu ialah murid tercerdas yang pernah saya ajar. Kamu mempunyai kecerdasan dan kesenangan membaca anutan-pedoman kebaikan, namun saya mengharapkan kau melaksanakan supaya memperkuat otot-otot kebaikan dalam jiwamu. Sekali lagi aku ucapkan selamat.”
Demikianlah percakapan di atas, Pesan sopan santun dari percakapan diatas adalah kita jangan hanya bakir belajar dari apa yang kita baca, kita dengar, alangkah baiknya kita mampu mempraktekan secara pribadi dari apa yang kita baca, kita dengar itu.
Semoga berfaedah…
Wallahu a’lam..
Sumer Bacaan :
“Melek Keuangan (Perjalanan Menuju Kebebasan Keuangan)” Oleh : Peter Garlans Sina. Halaman : 32-51. Penerbit : PT. Bhuana Ilmu Populer.