Kenapa Amal Tidak Menembus Hati?

Jika amalan tidak memperoleh jalan penghubung menuju hati, maka amalan itu tidak akan hingga pada hati, sehingga jiwalah yang akan menguasainya..

Meskipun dia terlihat bersedekah shalih, akan namun amalannya tidak hingga pada hatinya..

Terlihat pemilik jiwa itu menjadi orang yang paling zuhud, paling tekun beribadah, paling serius atau bersungguh sangat, namun pada hakikatnya dia menjadi orang yang paling jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla…
 

Malamnya shalat tahajjud, bahkan pada bulan Ramadhan tetapi tetap saja beliau membuka auratnya atau melihat aurat orang lain di pagi hari..
 
Siang harinya berpuasa, bahkan di bulan Ramadhan tetapi tetap saja beliau mengghibah di malam hari..
 
Dia membaca al-Qur’an, bahkan bisa khatam di bulan Ramadhan namun tetap saja beliau tidak mampu meninggalkan tindakan buruknya
Dia selalu berdzikir kepada Allah, tetapi tetap saja bermaksiat terhadap-Nya..
Dia shalat tetapi tetap saja tidak mampu menghalangi dirinya dari tindakan keji dan mungkar..
Dia berdzikir namun tetap saja tidak ada imbas dzikir yang seharusnya bisa mengusir syaithan..
 
Dia mendengarkan pesan tersirat di majelis mejelis ilmu atau membaca pesan yang tersirat melalui hp dengan WA dll, dan matanya pun hampir meneteskan air mata, tetapi dikala keluar dari rumah dan masjid, maka pertama kali yang dia kerjakan adalah memandang para perempuan yang menunjukkan auratnya..
 
Kenapa ini mampu terjadi..? Lalu apa penyebabnya..?

Jawabannya adalah :

Sesungguhnya pada saat dia mengamalkan suatu amalan, maka amalannya tidak sampai menembus pada hatinya..

Perkataan yang ia dengar dan yang ia baca cuma berlalu di bab luar hatinya saja..

  Contoh Makalah Hukum Perikatan Dalam Islam

Sehingga dikala hawa nafsu menyerangnya, kembalilah dia terhadap maksiatnya. Saat itulah dia lupa akan segala sesuatu yang telah diketahuinya…
 

Inilah zaman dikala seseorang lebih sibuk dengan hawa nafsunya tetapi dibungkus dengan “Bungkusan Ilmu”, seakan akan sedang membela ilmu padahal bergotong-royong beliau sedang membela hawa nafsunya..

Jika amalan telah merasuk ke dalam hati niscaya dia akan menetap di dalamnya, kemudian akan sampai terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala…

Maka Allah ridha terhadapnya, lalu Dia pun mengambil ubun ubun dan hatinya kepada-Nya..

Sehingga dengan itu ia pun jadinya
Mampu untuk bertaqwa..
Mampu untuk istiqomah..
Mampu untuk bersabar..
mampu senantiasa lapang dada..
Mampu untuk bersungguh sangat..
Mampu menjauhi dosa dan maksiat..
Mampu menjadikan alam baka selalu berada di hatinya dan dunia senantiasa berada di tangannya..
senantiasa mendahulukan Allah dan Rasul-Nya..
senantiasa mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah..

Wahai Saudaraku..

Derajat yang tinggi di sisi Allah tidak akan dicapai kecuali setelah bersungguh sungguh..
 
Sungguh sungguh tidak akan ada Kecuali setelah adanya rasa takut..
 
Rasa takut tidak akan ada  Kecuali setelah adanya doktrin..
 
Keyakinan tidak akan ada Kecuali sehabis adanya ilmu..
 
Ilmu tidak akan ada  Kecuali setelah berguru…

Belajar sulit dijalankan bila tanpa adanya niat yang lurus, tekad yang besar lengan berkuasa dan semangat yang tinggi..

Sungguh mengherankan sekali…

Bulan Ramadhan sedang dilewati…
tetapi tetap saja tidak terbukanya hati untuk kembali takut dan harap serta bertaubat terhadap Allah ‘Azza wa Jalla…!

Wahai Saudaraku…

Janganlah engkau percaya, bahwa diri diri ini telah menjadi shalih..
 

Adakah engkau tahu bahwa shalat, puasa, shadaqah dll amal ibadah itu telah diterima…?
 
Adakah engkau tahu bahwa maksiat yang pernah engkau lakukan itu telah mendapatkan ampunan dari Allah…?
 
Adakah engkau tahu bahwa taubat yang engkau jalankan telah diterima oleh Allah…?
 
Orang-orang menangisi seseorang yang tubuhnya mati, namun tidak menangisi orang yang hatinya sudah mati.

  Seberapa Kreatifkah Kita?

Padahal akhir hayat hati sejatinya lebih berat dan petaka yang lebih dahsyat…

Tetapi memang, “Tidaklah Luka Menyakiti Orang Yang Sudah Mati…”

Allah Ta’ala berfirman :

 

“…Sebenarnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta yaitu hati yang di dalam dada”
(QS. Al-Hajj [22]: 46)
Wallahu a’lam..
Sumber bacaan :
Kajian Online Group 14 Tholabul ilmi