Proses Gametogenesis pada Hewan Vertebrata – Hewan vertebrata merupakan organisme gonokhoris artinya dalam satu individu cuma mempunyai satu alat kelamin jantan atau betina. Proses reproduksi pada binatang vertebrata berlangsung secara secual yang melibatkan sel gamet jantan dan betina. Pembentukan sel gamet terjadi pada organ reproduksi. Baik pembentukan sperma maupun ovum, keduanya dihasilkan dari pembelahan sel mitosis dan meiosis.
Daftar Isi
A. SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet pada hewan jantan ialah sperma. Pembentukan sel sperma ini sangat penting bagi kelanjutan keturunan hewan vertebrata. Spermatogenesis terjadi di testes (jamak dari t3st1s) hewan jantan yang mau melibatkan kontrol hormon di dalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, bahwa bakal pembentukan gamet telah dirancang pada masa fetus. Pada insan (selaku pola untuk mewakili hewan vertebrata), spermatogenesis dimulai semenjak memasuki kala pubertas yang artinya kurun kemajuan dan pertumbuhan organ secual.
Aktifnya hormon testosteron yang dihasilkan dari organ sec jantan akan merangsang testes untuk membentuk sperma. Pengaktifan testosteron ini dirangsang oleh hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pitutary. Spermatogonium (jamak: spermatogonia) adalah sel induk sperma yang terbentuk dari sel germ primordial (bakal sel kelamin). Pembentukan BSK telah terjadi pada periode fetus dan berkembang menjadi sel – sel primordial. Seiring dengan perkembangan hewann jantan, sel – sel primordial berkembang menjadi sel induk sperma di dalam tubulus seminiferus (saluran panjang yang berkelok – kelok di dalam testes.
Sel – sel sertoli merupakan sel pendukung yang terdapat di dalam tubulus seminiferus, selain sel induk sperma. Sel sertoli berfungsi selaku pemberi nutrisi sel primordial semasa pembentukan sel sperma. Spermatogenesis diawali dengan pembelahan mitosis sel induk sperma (spermatonium) membentuk spermatosit primer. Hasil pembelahan mitosis senantiasa akan menghasilkan sel anak yang identik dengan induk. Spermatogonia merupakan kalangan sel badan sehingga memiliki kromosom diploid (2n). Dengan demikian, spermatosit primer akan bersifat diploid sama ibarat spermatogonia. Selanjutya, spermatosit primer akan memasuki pembelahan meiosis. Pembelahan meiosis ialah pembelahan reduksi yang berjalan dalam dua tahapan pembelahan. Tahapan pembelahan meiosis pertama akan menghasilkan spermatosit sekunder yang masih bersifat diploid. Kemudian, spermatosit sekunder akan menyempurnakan pembelahan meiosis (meiosis kedua) yang akan terjadi penghematan jumlah kromosom (reduksi) yaitu terbentuk spermatid yang bersifat haploid (mengandung separuh kromosom induk). Spermatid yang terbentuk akan mengalami spermiogenesis yaitu pematangan sperma yang terjadi di dalam epididimis.
style=”display:inline-block;width:336px;height:280px”
data-ad-client=”ca-pub-9290406911233137″
data-ad-slot=”2698768695″>
Spermatid akan dikirim ke bab epididimis yang merupakan tempat penyimpanan dan pematangan sperma. Di dalam epididimis terdapat sel – sel leydiq yangberfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron dan juga memberi nutrisi kepada spermatid selama menjalani pematangan sel sperma (spermiogenesis). Akan terjadi pergeseran – pergeseran yang terjadi pada spermatid sehingga menjadi sel spermatozoa yang fungsional. Adapun perubahan tersebut ialah mencakup:
1. Pembentukan acrosome
Akrosom ialah enzim hidrolitik yang terletak di bab ujung kepala sel sperma. Fungsi dari enzim ini adalah selaku enzim yang akan melisis (merusak) zona pelusida (lapisan pelindung) telur.
2. Kondensasi nukleus
3. Pembentukan leher dan ekor
Bagian leher berisi organel mitokondria yang mengalami pembesaran. Organel mitokondria ini berfungsi untuk menciptakan energi yang besar untuk pergerakan sel sperma lewat reaksi respirasi. Sementara bagian ekor adalah flagel yang dibentuk dari sitoskleton yang berfungsi untuk motilitas (pergerakan sel sperma)
4. Pengurangan sitoplasma
Jika menyaksikan sel sperma di bawah mikroskop maka akan terlihat begitu jelas bahwa sel sperma akan mengalami penyempitan kawasan sitoplasma. Hal ini bertujuan sebagai bentuk “perampingan” supaya mempermudah pergerakan sel sperma
Spermatogenesis pada manusia berjalan sekitar 64 hari. Terbentuknya sel spermatozoa mengambarkan bahwa sel gamet telah mampu dipakai (fungsional). Spermatogenesis akan menghasilkan jutaan sperma. Hal ini dikarenakan untuk setiap satu sel induk sperma (spermatogonia) akan menciptakan empat sel yang fungsional. Produksi sel sperma melalui spermatogenesis pada binatang vertebrata jantan akan berlangsung terus, tidak ada fase menopause.
B. OOGENESIS
Pembentukan ovum (oogenesis) berjalan di dalam ovarium (kelenjar gonad binatang betina). Oogenesis di kontrol oleh hormon fsh dan lh. Berbeda dengan spermatogenesis yang berjalan dikala hewan jantan memasuki usia akil balig cukup akal, oogenesis sudah berlangsung dikala binatang betina masih dalam kurun fetus. Pada insan, bayi betina akan menenteng sekitar 400 sel telur dalam fase oosit primer yang hendak menyempurnakan pembentukan ovum ketika memasuki usia remaja.
Seperti halnya pembentukan sel gamet jantan, oogenesis merupakan rangkaian pembelahan mitosis dan meiosis. Oogonia, sel induk ovum (2n) akan bermitosis membentuk oosit primer (2n). Pembentukan oosit primer terjadi pada kurun fetus dan akan terhenti hingga memasuki usia akil balig cukup akal. Ketika telah memasuki usia remaja, dimana hormon – hormon reproduksi telah meningkat , oosit akan meneruskan pembelahannya. Oosit primer akan membelah secara meiosis. Tahapan meiosis pertama akan menciptakan dua sel yang asimetris. Polosit adalah sel yang berukuran kecil, sementara sel yang berskala besar akan menjadi oosit sekunder (2n). Tahap final yaitu meiosis kedua, akan terjadi dengan rangsangan dari enzim akrosom sperma, artinya hanya dilanjutkan saat terjadi fertilisasi. Baik oosit sekunder maupun polosit akan membelah menjadi dua. Oosit sekunder menghasilkan sel yang asimetris, polosit dann ootid. Sementara polosit akan menghasilkan polosit sekunder. Ootid kemudian akan menjelma ovum yang haploid dan fungsional. Sementara tiga sel polosit lainnya akan mati. Dengan demikian, pada oogenesis hanya akan menciptakan satu sel yang fungsional.
Sumber https://www.kakakpintar.id