1. Menurut pertimbangan anda, manakah faktor-aspek yang menguntungkan dari eksistensi struktur dan manakah faktor-aspek yang tidak menguntungkan?
Jawab :
Menurut saya, aspek-aspek yang menguntungkan dari keberadaan struktur ialah selaku berikut :
a. Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi mesti bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab terhadap pimpinan atau atasan yang menawarkan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
b. Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi bahwasanya membuat lebih mudah dalam melakukan kerjasama maupun relasi karena adanya keterkaitan penyelesaian sebuah fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
c. Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian peran dalam struktur organisasi sungguh membantu pihak pimpinan untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan mampu berkonsentrasi dalam melakukan sebuah pekerjaan alasannya uraiannya yang jelas.
d. Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur solusi pekerjaan akan makin efektif dan mampu saling menguntungkan.
Sedangkan aspek-aspek yang tidak menguntungkan dari eksistensi struktur yaitu selaku berikut :
a. Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan condong menjadi lebih diandalkan dibandingkan dengan wanita. Perbedaan ini mempengaruh dalam mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam penduduk .
b. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat Kuat. Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat mampu menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berhubungan dengan nilai-nilai dan adab yang berlaku. Sebagian adat tidak memperbolehkan wanita yang menjadi pemimpin.
c. Perbedaan Kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam suatu struktur organisasi mengakibatkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
2. Dapatkah sebuah organisasi perusahaan berfungsi secara efektif tanpa definisi yang terperinci tentang otoritas dan bagaimana otoritas dilatih?
Jawab :
Otoritas bisa diartikan kekuasaan resmi dan legal untuk memerintahkan/memerintah pihak lain bertindak dan taat terhadap pihak yang memilikinya. Ketaatan lahir bisa melalui persuasi, sanksi-hukuman, permohonanan, paksaan dan kekuatan. Otoritas juga berkaitan dengan kekuasaan selaku sebuah dampak yang berpengaruh yang bersifat mengatur atas pengarahan perilaku seseorang. Jadi, organisasi tidak akan dapat berfungsi efektif jikalau tidak memiliki definisi otoritas yang terang. Jika definisi otoritas telah terang dalam suatu organisasi, individu-individu dalam organisasi dapat memberikan kiprahnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Otoritas mampu dilatih sehingga otoritas mampu diterima oleh bawahan. Salah satu caranya yakni pemimpin organisasi harus mampu mendorong semangat kerja bawahan dengan alasan untuk meraih tujuan organisasi. Paculah impian bawahan untuk memperlihatkan sumbangsih terhadap sebuah tujuan yang dianggap berguna, guna menyingkir dari diterapkannya tindakan disipliner, biar langkah-langkah sesuai dengan persyaratan-standar sopan santun yang berlaku selain untuk menemukan balas jasa.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa adanya definisi yang terang perihal otoritas di dalam suatu organisasi, maka organisasi tidak akan mampu berlangsung efektif.
3. Dapatkah suatu golongan berfungsi secara efektif tanpa sebuah definisi atau relasi otoritas?
Jawab :
Walaupun kerja kalangan/tim ini sungguh diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau keberhasilan, namun kalau tidak dikendalikan secara benar akan menyebabkan sebuah kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan “social loafing”, yaitu sebuah kondisi dimana mutu kerja tim lebih rendah kalau dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diperlukan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain alasannya kurang jelasnya kenali donasi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota golongan, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil simpulan dari peran yang diberikan. Disinilah peran pentingnya suatu definisi atau relasi otoritas dalam golongan agar golongan dapat berlangsung dengan efektif.
4. Apakah birokrasi dan demokrasi bersifat kompatible?
Jawab:
Hubungan birokrasi dan demokrasi sebenarnya rapat. Istilah birokrasi dan demokrasi kerap dipertentangkan satu sama lain. Pertentangan ini berlaku baik pada tataran akademis maupun awam. Di satu sisi, birokrasi publik menempati posisi penting dalam manajemen publik yang efektif. Namun, birokrasi dianggap bersifat legalistik dan mengabaikan tuntutan serta cita-cita warga negara secara perorangan. Birokrasi cenderung diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat hirarkis bahkan bentuk pemerintahan yang otoritarian. Ini tetap terjadi meski birokrasi tercipta justru untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dibentuk, dan acap kali secara demokratis.
Konsep birokrasi dan demokrasi mungkin terkesan berlawanan. Namun, sesunggunya keduanya diharapkan demi terciptanya organisasi yang berlangsung efektif dan responsif. Keduanya menyediakan manfaat bagi anggota organisasi dan dapat berlangsung beriringan.
5. Apakah aspek-faktor fungsional dan disfungsional dari organisasi birokrasi?
Jawab:
Aspek Fungsional
- Teori birokrasi ini memiliki kekuatannya yang tersendiri, walaupun teori ini sering dikaitkan dengan pelbagai streotaip negatif, tetapi teori birokrasi ini juga banyak memberikan santunan terhadap teori dalam pengurusan sumber insan.
- Hierarki dan definisi tanggungjawab adalah ialah ciri penting birokrasi dalam menolong pengurusan tempat kerja yang tersusun. Lakaran prinsipal kepada semua peran haruslah terperinci dan harus disusun dalam bentuk hierarki.
- Ada Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi
Aspek Disfungsional
- Kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi.
- Usaha untuk memperbaiki tampilan birokrasi diajukan dalam bentuk teori birokrasi sistem perwakilan. Asumsi yang dipergunakan adalah bahwa birokrat di pengaruhi oleh pandangan nilai-nilai kalangan sosial dari mana ia berasal.
- Keengganan untuk mengakui adanya konflik di antara otoritas yang disusun secara hirarkis dan sukar menghubungkan proses birokratisasi dengan modernisasi yang berjalan di negara-negara sedang berkembang.
- Salah satu kekurangan yang sering dikaitkan dengan birokrasi adalah “red tape”. Istilah ini merujuk terhadap satu peraturan birokrasi yang sangat berlebihan sehingga menyebabkan kelewatan terhadap sesuatu permasalahan ataupun proses.
6. Mengapa golongan informal membangun patokan sikap? Apakah efek kriteria ini kepada anggota kalangan?
Jawab:
Beberapa kriteria sikap kalangan dirancang untuk melindungi para anggotanya untuk menghadapi bahaya konkret atau yang masih dibayangkan dari luar kelompok, terutama dari administrasi atasan mereka. Tetapi norma golongan informal tidak selalu negatif. Ada norma yang konkret mirip perihal produktivitas yang tinggi, relasi kerja yang baik, dan mutu. Dalam persoalan ini peran – peran manajemen menjadi lebih mudah. Kelompok informal, yang di satu sisinya disebut “pembuat kesukaran”, di sisi lain menolong administrasi dalam menanamkan disiplin.