Riset Dalam Bidang Akuntansi Keperilakuan Bagian 5

1. Apakah persoalan-persoalan budbahasa yang dihadapi pada riset keperilakuan?

Jawab:
Masalah-persoalan akhlak yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya yakni selaku berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang gampang. Butuh tahapan-tahapan panjang sampai risikonya terwujudlah sebuah hasil riset yang bagus. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarang pilih. Ada beberapa hal yang wajib untuk diamati. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, apalagi dulu dimengerti perihal apa itu budbahasa riset.

Apa yang dinamakan budbahasa research dalam ilmu sosial, masih belum terkodifikasi secara terang alasannya adalah setiap disiplin ilmu mempunyai kriteria tersendiri, selain bahwa dunia sosial merupakan fenomena yang kompleks dimana manusia merupakan subjek observasi. Objektifitas, peneliti harus objektif dalam setiap proses penelitian sehingga laporan yang dihasilkan merupakan hasil interpretasi empiris kepada data bukan interpretasi subjektif peneliti. Sehingga ini dapat menghindarkan bias maupun self-deception. Integritas, peneliti mesti memiliki sifat konsekuen dalam setiap langkah-langkah maupun ajaran saat meneliti. Kehati-hatian, etika ini dibutuhkan untuk menghindarkan peneliti terjebak dalam kealpaan dan kesalahan dalam observasi, mirip menghimpun data, menulis hasil wawancara, mencatat data dari korespondensi, dan lain-lain. Keterbukaan, peneliti harus mempunyai sifat terbuka kepada kritik dan masukan tentang penelitiannya.

Penghormatan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, budbahasa ini menawarkan guidance supaya peneliti menghormati dan menghargai karya orang lain dengan tidak mengutip atau parafrase tanpa izin maupun mencantumkan sumbernya, alasannya adalah jika tidak, peneliti telah melaksanakan plagiarisme. Konfidensialitas, peneliti harus menjamin kerahasiaan data-data yang off the record, selain menjaga kerahasiaan nara sumber yang tak ingin dipublikasikan. Tanggung Jawab Publikasi, observasi sepatutnya bukan ialah ambisi eksklusif atau untuk kepentingan pribadi semata tetapi penelitian sepatutnya memperlihatkan nilai manfaat bagi publik, dan untuk itu harus dipublikasikan pada khalayak. Penghargaan pada Kolega, hormati kolega dan perlakukan mereka sama dalam setiap proses observasi. Tanggung Jawab Sosial, penelitian selayaknya dilakukan untuk meningkatkan publik dan menghalangi kesemrawutan sosial. Non-Diskriminasi, hindari diskriminasi terhadap co-peneliti dan informan dalam basis seks, ras, etnis, maupun aspek lain yang tidak berhubungan dengan kompetensi dan integritas keilmuan mereka. Kompeten, peneliti mesti mempunyai kompetensi di bidangnya sehingga observasi tersebut membuahkan laporan yang kredibel dan maksimal. Kompetensi ini dapat dibangun dengan terus belajar dan memperbanyak referensi yang berada dalam skop disiplinnya. Legalitas, peneliti mesti mengenali aspek-faktor legal yang dikontrol dalam hukum dan kebijakan pemerintah lokal. Perlindungan Terhadap Manusia, penelitian yang dilakukan jangan hingga menyebabkan ancaman, resiko, dan side-effect kepada populasi insan dimana peneliti mengambil sampel penelitian. Konflik Kepentingan, peneliti harus bisa membatasi dan menyingkir dari konflik kepentingan yang mungkin muncul dalam proses penelitiannya, jadilah peneliti yang profesional.

  Pengertian, Ciri Atau Karakteristik Dan Perbedaan Organisasi Sektor Publik Dengan Organisasi Swasta
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan tolok ukur akhlak dan krisis doktrin. Krisis iktikad ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengontrol dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi heboh. Cara yang lebih baik dan ideal dalan menangani dilema ini yakni dengan memikirkan kecukupan dari potensi yang ada berikutnya menawarkan reaksi kepada apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
2. Bagaimana desain riset berhubungan dengan temuan duduk perkara?
Jawab:
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang hendak digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain riset berhubungan dengan temuan masalah selaku berikut. Desain penelitian/riset (research design) merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui rancangan inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya yang diperlukan. Desain observasi yang diseleksi hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, ialah untuk mengenali, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian masing-masing adalah rancangan eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan yaitu membantu merumuskan problem yang mesti diatasi. Riset cuma mampu dirancang secara sistematis untuk menawarkan info berharga jika dilema yang dihadapi telah dirumuskan secara jelas dan akurat. Proses perumusan dilema meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dikerjakan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibentuk kerangka untuk melaksanakan observasi. Di dalamnya menampung secara rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan model analisis yang dipergunakan.

3. Sebagai seorang peneliti, bagaimana anda dapat mengatasi temuan masalah?

Jawab:
Sebagai seorang peneliti, sikap aku dalam menangani temuan dilema yaitu sebagai berikut. Ketika berada dalam proses menemukan masalah, peneliti sering mengalami hambatan maupun hambatan-kendala. Kendala ini acap kali mengakibatkan stres yang mampu menurunkan motivasi saya selaku seorang peneliti untuk melanjutkan riset/penelitian. Jika ditelusuri lebih terperinci, terdapat aneka macam kesalahan yang aku lakukan selaku seorang peneliti dalam mendapatkan dilema, alasannya itu aku mesti menghindari dan/atau menanggulangi dilema-persoalan/beberapa kesalahan lazim yang mampu saya kerjakan sebagai berikut.
Peneliti menghimpun data tanpa planning atau tujuan riset yang jelas
Peneliti mendapatkan sejumlah data dan berupaya merumuskan problem riset sesuai dengan data yang tersedia
Peneliti merumuskan persoalan riset dalam bentuk yang terlalu lazim dan ambigu sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan kesimpulan riset
Peneliti memperoleh masalah tanpa apalagi dahulu menelaah hasil-hasil riset sebelumnya dengan topik sejenis sehingga problem riset tidak disokong oleh kerangka teoretis yang baik
Peneliti menentukan dilema riset yang risikonya kurang menawarkan bantuan terhadap pengembangan teori atau pemecahan duduk perkara mudah.

  Biaya Dalam Hubungan Dengan Produk
4. Bagaimana data sekunder dan data primer mampu dibilang valid?

Jawab:
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi usulandalam penentuan tata cara pengumpulan data.
Data sekunder yaitu sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak pribadi melaui media mediator. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang sudah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder ialah lebih mengurangi ongkos dan waktu, mengklasifikasikan persoalan-urusan, membuat kriteria untuk memeriksa data primer, dan menyanggupi kesenjangan-kesenjangan berita. Jika isu telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dikesampingkan dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder yaitu bahwa seorang peneliti mampu menemukan isu lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara eksklusif dari sumber orisinil atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa usulan subjek riset (orang) baik secara individu maupun golongan, hasil pengamatan kepada sebuah benda (fisik), kejadian, atau acara, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer yaitu bahwa bagian-bagian kebohongan tertutup kepada sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat. Bagaimanapun, untuk menemukan data primer akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya, pengumpulan data melalui cara mengamati sikap, melakukan survei, atau eksperimen laboratorium.

Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, cuma isu-isu esensial yang sebaiknya dibutuhkan dari responden. Para peneliti seharusnya memilih dasar dari keinginan informasi dan menentukan sebuah format pertanyaan yang hendak menawarkan isu dengan sedikit pembatasan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan mampu bersifat terbuka (open ended) atau telah diputuskan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk sebuah balasan yang bebas. Pertanyaan close-ended menunjukkan bermacam-macam opsi balasan terhadap responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih opsi balasan. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan mempermudah tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
5. Apakah seharusnya alat ukur riset valid dan jago?

Jawab:
Alat ukur riset valid dan andal akan diterangkan selaku berikut. Tinggi fisik seseorang mampu diukur dengan memakai inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan telah memadai dikala kita mengacu pada tinggi dan berat badan seseorang. Namun, saat kita tertarik untuk mengukur sifat dan sikap seseorang, alat ukur apa yang akan kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau kesuksesan secara sempurna. Oleh karena itu, seorang peneliti mesti berbagi instrumen risetnya untuk mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut.

  Pengertian Aset Tidak Berwujud
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan penyusunan rencana riset perilaku, yang pertama adalah yang diukur berhubungan dengan hal-hal yang sah (validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak representatif (andal). Dua hal tersebut dinilai dengan validitas dan keandalan.

Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Peneliti ingin melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan persoalan risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah sebuah teknik khusus jika dipakai di lapangan dan waktu yang berlainan akan menciptakan sesuatu yang serupa. Dalam hal itu, peneliti mengacu pada konsistensi  dari sebuah alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan namun tidak tergantung pada alat ukur yang tidak andal.

Validitas ada berbagai jenis, adalah (1) validitas isi—desain duduk perkara yang diukur; (2) validitas prediktif—pengujian prediksi sikap; (3) validitas konkuren—alat ukur kruteria sekarang atau kala lalu; dan (4) validitas konstruksi—pengukuran sesuai dengan teori atau tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang mahir akan menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.

Hanya gosip-info esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti sebaiknya menentukan dasar dari keinginan gosip dan menentukan suatu format pertanyaan yang mau menyediakan gosip dengan sedikit pembatasan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau telah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk sebuah jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended memperlihatkan beragam opsi jawaban terhadap responden. Responden diminta untuk menentukan satu atau lebih opsi balasan. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk membuat lebih mudah balasan dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.