Makalah Manajemen Laba – Akuntansi Administrasi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi keuangan yang berkualitas merupakan info penting dalam pengambilan keputusan ekonomi atau investasi. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Ikatan akutansi Indonesia (1994) dinyatakan bahwa tujuan pembukuan keuangan yaitu menyediakan info yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Agar berguna, laporan keuangan perlu memiliki karaktristik selaku laporan keuangan yang berkualitas.
Meskipun kebermanfaatan informasi keuangan mensyaratkan mutu, hasil-hasil observasi mengambarkan bahwa ternyata gosip keuangan tidak senantiasa berkualitas. 

1.2 Pengertian mutu keuntungan 
Kualitas laba ialah jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu era dengan menjaga kesanggupan perusahaan pada awal dan tamat periode tetap sama. ( Schipper dan Vincent 2003)
Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat aneka macam pengertian kualitas keuntungan dalam perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) menggolongkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan mutu laba, ialah berdasarkan: sifat runtun-waktu dari keuntungan, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, kekerabatan keuntungan-kas-akrual, dan keputusan implementasi.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Manajemen keuntungan mampu terjadi alasannya adalah penyusunan statemen keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada ketika transaksi atau kejadian lain tersebut terjadi bukan pada ketika kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu perioda mampu mengandung komponen kas dan akrual (non kas).
Unsur akrual mampu terjadi menurut kebijakan administrasi (discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary accruals). Peningkatan pemasaran secara kredit seiring dengan perkembangan perusahaan (tanpa pergeseran kebijakan) dapat merupakan contoh nondiscretionary accruals, sedangkan pergeseran ongkos kerugian piutang yang disebabkan oleh pergantian kebijakan akuntansi yang dikerjakan oleh administrasi dalam penentuan biaya kerugian piutang mampu dijadikan contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini memiliki implikasi bahwa keuntungan akuntansi antara lain ditentukanoleh besaran akrual baik yang discretionary maupun nondiscretionary.
Manajemen keuntungan dilaksanakan dengan tujuan tertentu. Misalnya, administrasi laba yang dilaksanakan dengan memakai akrual yang menaikan laba untuk tujuan menerima harga saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham. Hasil observasi bahwa terdapat manajemen keuntungan dalam statemen keuangan perusahaan sebagai go public dengan memakai akrual yang menaikan laba.
Manajemen keuntungan mampu juga dilaksanakan dengan tujuan menerima laba terkait dengan kepemilikan saham administrasi. Hal ini mampu dilakukan, contohnya, dalam rangka program opsi saham karyawan. Dalam program ini, harga pengambilan opsi biasanya diputuskan pada ketika penawaran program. Hal ini mendorong menajemen untuk melaksanakan manajemen laba sebelum tanggal hibah opsi yakni penurunkan keuntungan supaya supaya menghipnotis harga saham dan dengan demikian administrasi mampu mendapatkan opsi pada waktu harga saham relatif rendah.
Manajemen keuntungan juga mampu dijalankan untuk tujuan-tujuan tertentu yang lain, 
1. Dalam rangka menerima bonus berbasis laba.
2. Untuk menghindari pelanggaran kontrak utang
3. Menghindari ongkos politis (political cost).
4. Mengkomunikasikan info privat secara efesien.
Manajemen laba mempunyai pengaruh pada kebermanfaatan berita keuntungan dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi garang (positive discretionary accruals) mempunyai ongkos modal lebih tinggi daripada perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary accruals).
Manajemen laba mampu sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan namun mampu juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan banyak sekali alternatif solusi atas dilema yang timbul akhir manajemen keuntungan yang mampu tidak cocok dengan kebermanfaatan keuntungan dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan duduk perkara gres.
Salah satu alternatif adalah pemberlakuan patokan akuntansi yang lebih ketat tetapi masih memberi potensi bagi manajemen dalam melaksanakan penyeleksian kebijakan akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, contohnya untuk mengkomunikasikan isu privat yang mampu memajukan keinformasian laba, atau untuk tujuan efficient contracting berbasis laba. Standar akuntansi yang lebih ketat dapat meningkatkan mutu laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa tolok ukur akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat mengembangkan administrasi laba total (manajemen laba akuntansi dan administrasi laba real) serta  mengembangkan biaya manajemen laba.
Di samping itu, untuk menangkal manajemen laba yang berlebihan, penerapan good corporate governance (GCG) diharapkan. Struktur corporate governance yang bagus mampu menghemat administrasi keuntungan. Lee et al. (2007) menemukan bahwa administrasi keuntungan berhubungan kasatmata dengan keter¬kaitan organisasional (manajemen laba condong terjadi pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi). Manajemen laba tersebut berkurang pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi yang dibarengi proporsi direksi eksternal yang besar dan kepemilikan ekuitas institusional yang tinggi (struktur corporate governance relatif baik). Penerapan GCG memungkinkan keputusan-keputusan operasional yang relatif baik, contohnya pemilihan auditor sesuai dengan keutamaan auditor dalam industri yang diaudit. Balsam et al. (2003) mendapatkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri memiliki discretionary accruals lebih rendah dan koefisien respon laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis. Temuan ini menawarkan bahwa kompetensi auditor yang tinggi dalam industri yang diaudit mampu menghemat administrasi laba (mengembangkan kualitas laba) dan menambah faedah informasi keuntungan.
Perluasan pengungkapan merupakan alternatif untuk menghalangi atau meminimalkan administrasi laba berlebihan. Sebagai teladan, keharusan pengungkapan perihal efek penyeleksian kebijakan akuntansi yang memaksimalkan atau menurunkan laba, contohnya pengaruh untung penghentian aset, biaya kerugian piutang, atau rugi penghentian asset.
BAB III
KESIMPULAN
  1. Kualitas laba berfaedah dalam pengambilan keputusan ekonomi, bisnis, atau investasi.
  2. Kualitas keuntungan dapat mengurangi ongkos modal yang merupakan unsure penting dalam pengambilan keputusan investasi.
  3. Kualitas keuntungan dapat memajukan return saham dalam keterkaitannya dengan kenaikan keuntungan.
  4. Manajemen keuntungan mampu dikerjakan dengan tujuan mendapatkan laba terkait dengan kepemilikan saham manajemen.
  5. Manajemen laba mampu sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan namun mampu juga tidak.
  6. Perluasan pengungkapan mampu mempermudah keputusan pemanfaatan berita di samping keuntungan dalam pengambilan keputusan investasi, contohnya info ajaran kas pada waktu tingkat administrasi laba semakin tinggi.
  Pengertian Pembukuan Keuangan, Jenis – Jenis Laporan Keuangan

REFERENSI
Balsam, S., J. Khrisnan, dan J. S. Yang. 2003. Auditor industry specialization and earnings quality. Auditing  22 (2): 71-97.
Cheng, Q., dan T. D. Warfield. 2005. Equity incentives and earnings management.
Gumanti, T. A. 2001. Earnings management dalam pena¬waran saham perdana di Bursa
Schipper, K., dan L. Vincent. 2003. Earnings quality. Accounting Horizons 17: 97-110.