Penerbitan Aset Tak Berwujud (Intangible Asets)

Aset tak berwujud dalam bisnis/perusahaan adalah mampu dicontohkan selaku berikut: (1) Hak cipta, mirip dalam bentuk karangan buku; (2) Seorang musisi yang mempunyai hak cipta terhadap sebuah lagu yang di ciptakan; (3) rancangan mesin dari suatu pabrik kendaraan beroda empat yang mampu menciptakan keuntungan bagi perusahaan (paten); (4) obat-obatan dari perusahaan farmasi, untuk rentang waktu tertentu mampu menciptakan keuntungan yang besar bagi perusahaan (Paten); (5) individu/perusahaan berkeinginan/mau berbelanja suatu aset dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai buku (Goodwill); (6) Merk dagang yang ialah hak sebuah perusahaan dalam memasarkan produk yang mereka buatan dan jual.
Hal-hal yang demikian itu, menurut Kieso disebut sebagai aset tak berwujud. Kieso (2010) aset tak berwujud yaitu aset teridentifikasi non-moneter yang tidak mampu disentuh/diukur secara fisik. “Intangible asset are defined as indentifiable non-monetary asset that can not be seen, touch or physically measured”.
Definisi aset tak berwujud berdasarkan para jago yakni selaku berikut:
Menurut Menurut Obaidullah Jan, CPA, aset tak berwujud adalah aset jangka panjang perusahaan yang teridentifikasi namun tidak hadir secara fisik. “Indentifiable long term assets of a company having non physical existence are called intangible assets”. Menurut Steven Bragg, CPA, aset tak berwujud adalah aset non fisik yang mempunyai era manfaat lebih dari satu tahun. “An intangible asset is a non-physical asset having a useful life greater than one year”. Menurut Harold Averkamp, CPA, MBA, aset tak berwujud ialah aset yang tidak mampu disentuh. “An intangible asset is an asset that you cannot touch”. Menurut para mahir yang tergabung dalam WebFinance, Inc, aset tak berwujud ialah sumber daya jangka panjang yang dimiliki semua entitas namun tidak nampak secara fisik. “Intangible assets are the long-term resources of an entity, but have no physical existence”.
Karakteristik
Aset tak berwujud memiliki tiga aksara utama.
1. Teridentifikasi.
Agar teridentifikasi, aset tak berwujud harus dapat dipisahkan dari perusahaan (dapat dijual atau ditransfer), atau meningkat dari persetujuan atau kontraklegal dimana keuntungan secara ekonomi mengalir ke perusahaan.
2. Tidak berfisik.
Aset berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan mempunyai bentuk fisik. Aset tak berwujud,  sebaliknya, derive memperoleh nilai mereka dari hak istimewa (the rights and privilages) yang diberikan kepada perusahaan yang memakainya.

3. Bukan aset keuangan.
Aset seperti deposito bank, piutang, dan investment obligasi jangka panjang dan saham juga termasuk tidak mempunyai substansi fisik. Bagaimanapun, aset keuangan mendapatkan nilai dari  hak istimewa (right) untuk mendapatkan kas atau setara kas di abad depan. Aset keuangan tidak terklasifikasi sebagai tak berwujud.  Dalam kebanyakan kasus, aset tak berwujud memberikan laba lebih dari satu masa. Oleh alasannya itu, perusahaan biasanya mengklasifikasikannya sebagai Aset tidak tanpa gangguan.
Penilaian 
Pembelian intangibles (aset tak berwujud)
  1. Pembelian intangibles dari pihak lain dicatat pada ongkos perolehan yang semua ongkos pengakuisisian (pengukuhan) ditambah ongkos-biaya untuk membuat  aset tak berwujud siap untuk digunakan (mirip biaya perijinan dan beban isidentil lainya). 
  2. Perolehan aset tak berwujud dengan cara menukarkannya dengan saham atau aset yang lain.  Biaya dari aset tak berwujud dinilai pada nilai wajar dari evaluasi (pertimbangan) yang diberikan atau pada nilai wajar dari aset tak berwujud yang diterima, yang mana diantara keduanya  yang lebih layak.
  3. Pembelian  beberapa aset tak berwujud atau kombinasi dari aset tak berwujud dan aset berwujud. Perusahaan harus mengalokasikan biaya didasarkan pada nilai wajarnya. Esensialnya , perlakuan akuntansi untuk pembelian aset tak berwujud hampir seperti dengan pembelian aset berwujud.
  Cara Menentukan Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud

Penciptaan internal aset tak berwujud
Bisnis acap kali menciptakan biaya pada bermacan-macam sumber daya yang tidak berwujud mirip wawasan atau teknologi, riset pasar, kekayaan intelektual, dan merk.  Biaya ini pada umumnya mengacu pada ongkos riset dan pengembangan (R&D). 
Amortisasi aset tak berwujud
Alokasi  ongkos dari aset tak berwujud secara sistematis disebut amortisasi. Aset tak berwujud ada yang memiliki umur faedah terbatas dan tak terbatas.
Aset tak berwujud dengan abad faedah terbatas
Perusahaan melaksanakan amortisasi atas aset tak berwujud dengan era manfaat terbatasnya dengan biaya sistematis untuk membebankan periode keuntungannya. Masa manfaat sebaiknya merefleksikan abad aset ini akan berkontribusi kepada arus kas.
Hal-hal yang dapat menjadi faktor-aspek sebagai pertimbangan untuk memperkirakan periode manfaat aset tak berwujud, meliputi :
  1. Penggunaan aset yang diharapkan oleh perusahaan.
  2. Efek dari  keusangan, permintaan, persaingan dan faktor ekonomi yang lain. Termasuk stabilitas  industri, perkembangan teknologi, tindakan legislatif yang menimbulkan ketidakpastian atau perubahan lingkungan pengaturan dan pergantian jalur distribusi yang diperlukan.
  3. Ketentuan-ketentuan (hukum, peraturan, atau kontraktual) yang memungkinkan pembaharuan atau perpanjangan aset hak atau kurun perjanjian tanpa biaya besar.
  4. Tingkat pengeluaran pemeliharaan yang diharapkan untuk memperoleh arus kas yang diperlukan dari aktiva tersebut.
  5. Tindakan aturan, seperti peraturan, atau kesepakatan ketentuan yang mungkin menghalangi kala manfaat.
  6. Masa manfaat yang diperlukan dari aktiva lain atau golongan aset yang kala faedah aset tidak berwujud mungkin berafiliasi (seperti hak sewa untuk studio).

Asset tidak berwujud yang tidak terbatas
Jika tidak ada faktor-aspek (hukum, peraturan, kontraktual, kompetitif, atau lainnya) yang membatasi manfaat dari asset tidak berwujud, perusahaan menganggap umurnya tidak terbatas. Umur tidak terbatas maksudnya ialah bahwa tidak ada batas yang dapat disangka dalam era waktu dimana asset tidak berwujud diperlukan untuk menghasilkan arus kas. Perusahaan tidak mengamortisasi asset tidak berwujud dengan umur yang tidak terbatas.

Jenis-jenis Aset Tak Berwujud
Ada banyak macam dari aset tak berwujud, tetapi biasanya diklasifikasikan ke enam kategori berikut:
  1. Pemasaran aset tidak berwujud yang terkait (marketing-related intangible asset). Perusahaan-perusaahan utamanya menggunakan penjualan aset tidak berwujud yang terkait (marketing-related intangible asset) di penjualan atau penawaran spesial atau produk-produk atau jasa-jasa. Contoh-contohnya yaitu merek dagang atau nama jualan , Koran mastheads, nama domain internet, dan persetujuan non kompetisi.
  2. Pelanggan aset tidak berwujud yang terkait (customer-related intangible asset). Pelanggan terkait aset tidak berwujud hasil dari interaksi dengan pihak luar. Contohnya termasuk daftar konsumen,pesanan atau produksi backlog, dan kedua hubungan konsumen kontrak dan noncontractual.
  3. Artistik aset tidak berwujud yang terkait (artistic- related intangible asset). Artistik terkait aktiva tidak berwujud melibatkan hak kepemilikan untuk drama, karya sastra, karya musik, gambar, foto, dan video dan bahan audiovisual. Hak cipta (hak Swadaya yang diberikan terhadap semua penulis, pelukis, musisi, pematung, dan seniman lainnya dalam kreasi dan lisan) melindungi hak milik.
  4. Kontrak aset tidak berwujud yang terkait ( contract- related intangible asset). Kontrak aset tidak berwujud yang terkait merupakan nilai hak yang muncul dari kesepakatan kesepakatan, Contoh persetujuan atas fanchise dan perizinan, konstruksi, izin, hak siaran, dan perjanjian layanan atau pasokan.
  5. Teknologi aset tidak berwujud yang terkait ( technology-related intangible asset). Teknologi yang berafiliasi dengan intangible asset terkait dengan penemuan atau perkembangan teknologi. Contohnya yaitu teknologi yang sudah dipatenkan dan diam-diam jualan yang “granted by a governmental body”.
  6. Goodwill. Goodwill merupakan aktiva yang paling tidak berwujud dari aktiva tak berwujud lainnya alasannya adalah goodwill hanya mampu diidentifikasi pada bisnis secara keseluruhan. Satu-satunya biar goodwill itu mampu dijual yakni dengan menjual bisnis secara keseluruhan.
  Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk Cacat Pada Metode Harga Pokok Pesanan

Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud
a. Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud dengan Masa Manfaat Terbatas
Aset atau aktiva tiak berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dianggap menurun nilainya apabila peristiwa atau perubahan situasi memberikan bahwa jumlah tercatat atau nilai buku aktiva tidak mampu dipulihkan. Pengujian kesanggupan pemulihan dilakukan supaya perusahaan dapat mengestimasi arus kas periode depan yang diperlukan akan diperoleh dari penggunaan aktiva dan disposisi jadinya. Jika jumlah arus kas higienis yang diharapkan di abad depan lebih rendah dari nilai buku aktiva, maka kerugian penurunan nilai akan diukur dan diakui. Kemudian, perusahaan memakai pengujian nilai wajar. Pengujian ini mengukur kerugian penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar aktiva dengan nilai bukunya. Kerugian penurunan nilai ialah jumlah di mana nilai buku aktiva kurang dari nilai masuk akal aktiva yang menurun nilainya. Kerugian pada aktiva tak berwujud dengan umur terbatas dilaporkan selaku bagian dari laba operasi yang berjalan terus-menerus. Ayat jurnalnya muncul pada beban dan kerugian lain-lain.

b. Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud dengan Umur Tidak Terbatas Selain Goodwill
Aktiva tak berwujud dengan umur manfaat tak terbatas selain goodwill harus diuji penurunan nilainya. Pengujian penurunan nilai untuk aktiva dengan umur manfaat tidak terbatas selain goodwill ini ialah pengujian nilai masuk akal. Pengujian nilai wajar akan membandingkan nilai masuk akal aktiva tak berwujud dengan jumlah yang tercatat. Jika nilai masuk akal dari aktiva yang tak berwujud lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang tercatat, maka penurunan nilainya diakui. Perusahaan menggunakan pengujian satu tahap ini karena banyak aktiva dengan umur faedah tidak terbatas dengan mudah lolos uji pemulihan. Oleh karena itu, pengujian pemulihan tidak digunakan.

c. Penurunan Nilai Goodwill
Aturan penurunan nilai untuk goodwill adalah proses dua tahap. Pertama, perusahaan mesti membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap jumlah yang tercatat, tergolong goodwill. Jika nilai masuk akal unit yang dilaporkan melebihi jumlah yang tercatat, maka penurunan nilai goodwill tidak dipertimbangkan. Namun, jikalau nilai wajar lebih kecil ketimbang jumlah yang tercatat aktiva bersihnya, maka perusahaan harus melakukan langkah kedua untuk menentukan penurunan nilai yang mungkin terjadi. Pada tahap kedua ini, perusahaan menentapkan nilai masuk akal goodwill dan membandingkannya dengan jumlah yang tercatat.
Biaya Penelitian dan Pengembangan
Dua kesusahan yang timbul dalam akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan ini adalah :
1. Mengidentifikasi ongkos-biaya yang berafiliasi dengan acara, proyek, atau pencapaian tertentu, dan
2. Menentukan besarnya manfaat di kala depan serta lamanya waktu manfaat tersebut dapat direalisasi.
Biaya yang berkaitan dengan kegiatan Penelitian dan Pengembangan dan perlakuan akuntansi terhadap biayanya ialah sebagai berikut :
1. Bahan, Peralatan, dan Fasilitas. Catat keseluruhan ongkos selaku beban, kecuali jika pos-pos itu berguna alternative di kala depan, kemudian catatlah selaku persediaan dan alokasikan dikala dikonsumsi, atau kapitalisasi dan susutkan saat dipakai.
2. Personil. Gaji, upah, dan ongkos lainnya yang bekerjasama dengan personil yang terlibat dalam observasi dan pengembangan  harus dibebankan dikala terjadi.
3. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli. Catat keseluruhan biaya selaku beban, kecuali bila pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di abad depan, lalu kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa Kontrak. Biaya jasa yang dilaksanakan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan penelitian dan pengembangan perusahaan harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya Tak Langsung. Alokasi yang sempurna atas ongkos tak eksklusif harus termasuk dalam biaya observasi dan pengembangan, kecuali untuk biaya manajemen dan umum, yang secara jelas mesti berhubungan agar mampu dimasukan dan dicatat sebagai beban.
Biaya-biaya yang mempunyai karakteristik serupa dengan ongkos observasi dan pengembangan meliput :
Biaya start up, dikeluarkan dalam satu kali acara untuk mengawali operasi gres dikeluarkan dalam satu kali acara untuk mengawali operasi baru yang mencakup ongkos organisasional, yaitu ongkos yang dikeluarkan untuk mengorganisasikan entitas gres, seperti banyak sekali jenis biaya hukum dan ongkos pemerintah daerah. Akuntansi untuk ongkos start-up bersifat langsung, maksudnya yaitu ongkos start-up dibebankan saat dikeluarkan. Beberapa ongkos yang terkait dengan kegiatan start-up yaitu:
  1. Biaya yang berhubungan dengan perjalanan; ongkos yang berafiliasi dengan honor karyawan, dan ongkos yang bekerjasama dengan studi kelayakan, akuntansi, pajak, serta persoalan pemerintah.
  2. Pelatihan karyawan setempat yang berafiliasi dengan produk, pemeliharaan, tata cara computer, keuangan, dan operasi.
  3. Perekrutasn, pengorganisasian, dan pembinaan yang berhubungan dengan penetapan jaringan kerja distribusi.
  Tanya Jawab Akuntansi Persediaan Perusahaan (Inventory)

Kerugian operasi permulaan yang terjadi dalam memulai sebuah bisnis harus dikapitalisasi. Oleh karena itu, hal tersebut tidak mampu disingkirkan dan merupakan biaya untuk mengawali suatu entitas gres. Standar Akuntansi Internasional menyatakan bahwa kerugian operasi tidak boleh dikapitaliasasi selama tahun-tahun pertama. Singkatnya, akuntansi dan standar pelaporan dihentikan berbeda antara perusahaan yang mencoba untuk membangun suatu bisnis baru dengan perusahaan yang lain.
Biaya iklan. Perusahaan membebankan sebagian besar ongkos iklan ketika iklan dikeluarkan atau pertama kali iklan dimuat di media. Aktiva berwujud yang digunakan dalam iklan, mirip banner perusahaan, dicatat sebagai aktiva alasannya hal itu memiliki kegunaan alternative di masa depan.
Penyajian Pos-Pos Tak Berwujud Dan Pos Yang Berhubungan
Perusahaan mesti melaporkan semua aktiva tak berwujudnya selain goodwill selaku pos terpisah di dalam neraca. Goodwill mesti dilaporkan terpisah, jika ada, sebab goodwill dan aktiva tak berwujud lainnya sungguh berlainan dengan jenis aktiva yang lain, pengungkapan ini akan berguna bagi para pengguna laporan keuangan perusahaan, utamanya neraca.
Pada laporan laba-rugi, perusahaan harus menampilkan beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai untuk aktiva tak berwujud selain goodwill sebagai bagian dari operasi berlangsung. Kerugian penurunan nilai goodwill mesti disajikan dalam pos terpisah pada bagian operasi berjalan, kecuali jikalau penurunan goodwill tersebut terkait dengan operasi yang sudah tidak lagi berjalan.
Catatan pada pembukuan keuangan harus meliputi gosip tentang aktiva tak berwujud yang diakuisisi, termasuk beban amortisasi keseluruhan untuk setiap tahun berikutnya selama 5 tahun. Catatan tersebut mesti mencakup informasi mengenai pergeseran dalam jumlah yang tercatat goodwill selama kurun tersebut. Praktek akuntansi yang dapat diterima menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan pada pembukuan keuangan perihal total ongkos penelitian dan pengembangan yang dibebankan ke beban setiap periode di mana laporan laba-rugi disuguhkan.