Pola Jurnal Pengelolaan Metode Info Akademik Perguruan Tinggi Tinggi Berbasis Teknologi Isu Dan Komunikasi (Tik)

Pengelolaan Sistem Informasi Akademik Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)
PENDAHULUAN 
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada bidang layanan manajemen akademik di akademi tinggi menjadi sebuah kebutuhan, bukan hanya sekedar prestise atau lifestyle manajemen pendidikan tinggi terbaru. Namun dalam implementasi-nya, banyak hambatan yang ditemui akademi tinggi dalam menerapkan TIK dalam proses pengelolaan kelembagaan ini baik aspek teknis maupun non teknis. 
Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik forum pendidikan tinggi akan bermuara pada meningkatnya kinerja lembaga pendidikan tinggi dan mutu produk. Kebijakan ini akan memiliki arti manakala dikaitkan dengan upaya pemenuhan layanan administrasi lembaga pendidikan yang bermutu, program pengajaran yang bermutu, kemudahan pendidikan yang berkualitas, dan staf pendidikan yang berkualitas pula. 
Terkait dengan konteks kontemporer, pemanfaatan TIK dalam pelaksanaan kebijakan penguatan manajemen, akuntabilitas, dan gambaran publik forum pendidikan tinggi, implementasi sistem isu dalam pelayanan manajemen pendidikan tinggi sudah tentu bisa dibilang sungguh sempurna. 
Pada prakteknya, hampir mampu dijumpai di banyak perguruan tinggi tinggi implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) bisa didapati dengan berbagai bentuk, baik yang sungguh sederhana bahkan sampai dengan tingkat kerumitan yang sangat tinggi. Efektivitas implementasi TIK dalam pengelolaan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih mengingat kiprahnya yang cukup sentral dalam proses pengambilan keputusan manajerial ataupun keputusan-keputusan lainnya. 
Untuk meningkatkan efektivitas implementasi ini, yang terperinci akan kuat pada efektivitas pencapaian penyelenggaraan pendidikan yang dijalankan lembaga, maka aspek-aspek yang kuat pada efektivitas implementasi TIK pada pengelolaan kelembagaan, khususnya dalam hal manajemen akademik perlu diteliti lebih lanjut. Ini ditujukan semoga proses manajemen akademik di akademi tinggi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga bisa menunjang pencapaian kinerja tinggi dari forum. 
Selanjutnya dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, observasi ini mencoba untuk menemukan data empirik yang cukup lengkap dan dapat mengemban amanah untuk menggambarkan wacana keadaan faktor-faktor yang terkait dengan pengelolaan Sistem Informasi Akademik berbasis TIK terhadap kinerja sekolah tinggi tinggi dan dampaknya kepada prestasi akademik mahasiswa. Data yang sudah diperoleh juga mampu dipakai untuk berbagi alternatif versi Sistem Informasi Manajemen Akademik yang mampu memberi sumbangan pada setiap proses pelayanan akademik maupun pengambilan keputusan baik di lingkungan internal maupun yang terkait dengan stakeholders. Hal ini dipandang penting dalam rangka mensinkronkan dinamika keperluan pengguna info dan dinamika pertumbuhan tata cara informasi administrasi selaku penghasil gosip bagi kebutuhan aneka macam pelayanan dan pengambilan keputusan 
KAJIAN PUSTAKA 
Berdasarkan entitas dan propertiesnya, sistem berita akademik merujuk pada seperangkat metode dan acara yang digunakan untuk menata, memproses, dan menggunakan info selaku sumber dalam organisasi (Sprange & Carlson, 1982). Adapun keluaran berupa info yang dihasilkan oleh tata cara ini akan mensuplai gosip kepada para pimpinan atau pembuat keputusan yang dapat diklasifikasikan pemanfaatan dan maksud yang berbeda-beda (dalam Levin, Kirkpatrick, Rubin, 1982) mirip di bawah ini: 
  • Sistem berita akademik untuk menghasilkan laporan di banyak sekali bidang kegiatan seperti akademik, keuangan, personel, distribusi mahasiswa di aneka macam jurusan, dan lain-lain; 
  • Sistem gosip akademik untuk menjawab pertanyaan “what if”. Sistem isu ini memanfaatkan berita tersimpan yang perlu untuk mempertimbangkan konsekuensi tindakan; dan 
  • Sistem informasi akademik untuk mendukung pengambilan keputusan, penilaian, dan pengembangan sistem. 
Sistem ini mensuplay info untuk semua jenjang organisasi akademi tinggi. Dalam kenyataannya, sistem info akademik sering ditafsirkan salah. Kesalahan tafsir ini berpangkal pada dua hal; pertama, tata cara gosip sering diartikan hanya selaku komputerisasi pekerjaan ketatausahaan; dan kedua, tata cara berita diartikan cuma selaku “an all knowing computer which will provide answer and decision for complex problems when a manager simpley presses a few buttons” (Murdick dan Ross, 1982). 
Secara spesifiki, sistem informasi akademik memiliki beberapa huruf yang cukup luas, yakni: 
  • Sistem info akademik bermakna selaku pendekatan-pendekatan dalam melaksanakan proses administrasi; 
  • Komputer cuma ialah bagian, atau alat bukan fokus sentral dari tata cara info akademik; 
  • Pimpinan berperan aktif dalam rangka sistem selaku pengguna berita bukan sebagai tenaga teknis ataupun operator komputer; dan 
  • Esensi tata cara informasi manajemen terletak pada metode terpadu dan sistem berkala, bukan hanya persoalan mekanisme pembuatan data. 
Sebagian besar keputusan manajemen yang ada dalam penyelenggaraan perguruan tinggi tinggi, selaku mana forum-forum profit yang lain, bersifat berulang dan rutin. Menurut sebuah survei (Murdick dkk. 1995) menyebutkan bahwa sekitar 90% dari keputusan administrasi merupakan keputusan berkala . Jika mengacu pada survei di atas, maka telah saatnya akademi tinggi memiliki kebutuhan mendesak mengotomasi atau memprogram-kan keputusan-keputusan itu. 
Dengan bisa diprogramkannya keputusan-keputusan manajerial di sekolah tinggi tinggi, maka para pimpinan di setiap unit mampu mencurahkan pekerjaan mereka terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bergotong-royong ialah mengambil keputusan-keputusan jangka panjang dan mencari upaya kenaikan mutu layanan forum jangka panjang. Sistem Informasi Akademik (SIA) dihimpun dari aneka macam macam data yang dikontrol dan diproses se-otomatis mungkin dengan alat dan metoda sehingga menciptakan info yang diperlukan bagi terlaksananya kegiatan akademis. 
Sistem ini dibagi ke dalam beberapa subsistem: 
  • Seleksi dan registrasi mahasiswa gres; 
  • Kurikulum dan bidang studi; 
  • Perkuliahan, peran, cobaan; 
  • Pengelolaan dan pengembangan dosen; dan 
  • Kelulusan, wisuda, alumni 
Penggunaan TIK dalam mendukung proses ini merupakan salah satu bentuk kepekaan lembaga dalam meraih keberhasilan. Terkait dengan kepekaan ini, Webb dan Pettigrew (Hoyt, 2007: 1) menyatakan bahwa kepekaan forum (organizational responsiveness) ialah info utama yang menentukan keberhasilan dalam berusaha. 
Selain itu, Kuratko et. Al (2001: 44) dan Liao et. Al. (2003) juga menyatakan bahwa kesanggupan forum dalam menjawab pergantian lingkungan dunia luarnya merupakan faktor utama yang memilih kinerja forum. Kepekaan organisasi menciptakan lembaga mampu mendeteksi secara dini pergeseran pasar, mendesain ulang proses transformasi yang selama ini sudah berlangsung dalam rangka memenuhi tuntutan pasar, aneka macam isu dengan dunia luar, mengambil laba optimal dari sistem berita, dan lebih dulu dalam mengadopsi proses dan produk teknologi gres dalam rangka mengungguli kompetisi. 
Maka dari itu, pemahaman kondisi lembaga dalam berkontribusi, mendukung, atau kemampuan menyikapi secara cepat dan efektif merupakan langkah kritis dalam rangka menyesuaikan dengan permintaan lingkungannya ( Daft et al., 1988). 
Adapun nilai yang disediakan oleh TIK pada sekolah tinggi tinggi antara lain: 
  1. Pendaftaran secara online menggunakan situs web, sehingga calon mahasiswa di seluruh dunia mampu melakukannya tanpa mesti secara fisik datang ke akademi tinggi yang bersangkutan; 
  2. FRS online yang memungkinkan manajemen pengambilan mata kuliah dijalankan dimanapun dengan memakai perangkat digital seperti komputer, PDA (Personal Digital Assistant), tablet PC, dan lain sebagainya; 
  3. Peserta ajar (mahasiswa) dapat menyaksikan nilai ujian maupun hasil final studi lewat internet atau perangkat telepon genggam yang dimilikinya; 
  4. Manajemen kelas mulai dari pengalokasian mata kuliah dan pengajar hingga dengan absensi mahasiswa dikerjakan secara otomatis dengan memakai aplikasi khusus; 
  5. Sistem dokumentasi dan kearsipan yang tersimpan dalam format elektronik secara rapi dengan meggunakan perangkat aplikasi berbasis EDMS (Electronic Document Management System); 
  6. Pengelolaan sumber daya insan yang terintegrasi menyangkut rekam data dan info mahasiswa, dosen, dan alumni; 
  7. Pustaka buku dan jurnal ilmiah yang dapat diakses dari manapun dan kapan pun (24 jam sehari, 7 hari sepekan); 
  8. Sistem gosip terpadu yang terkait dengan fungsi penjualan, manajemen, sumber daya insan, keuangan dan akuntansi, pengelolaan aset, dan alin sebagainya;
  9. Administrasi terpadu antar perguruan tinggi tinggi biar mahasiswa dapat mengambil mata kuliah antar fakultas maupun antar perguruan tinggi yang berlainan; 
  10. Aplikasi pelaksanaan riset dan pelayanan penduduk yang dimulai dari proses pengajuan usulan sampai dengan evaluasi hasil kajian maupun pelaksanaan program terkait; 
  11. Perangkat lunak untuk mengatur metode penjenjangan karir karyawan maupun kepangkatan dosen; 
  12. Portal informasi yang yang memudahkan para civitas akademik akademi tinggi mencari banyak sekali data dan berita penting di sekolah tinggi tinggi maupun pada institusi kawan yang lain; dan 
  13. Alat pendukung mahasiswa dalam membuat dan mengecek planning studinya dan lain sebagainya. 
Menurut Lasar (2008) mengidentifikasi dua aspek penghambat ini, yakni: aspek teknis dan non teknis. Faktor teknis mencakup: 
  1. Teknologi dan infrastruktur. Manajemen Sistem Informasi Akademik memerlukan perangkat komputer, jaringan internet dan teknologi yang sempurna. Persoalan dikala ini ialah belum semua Perguruan Tinggi mempunyai teknologi dan infrastruktur tersebut, terutama di tempat pelosok; 
  2. Desain bahan. Penyampaian konten-konten data akademik melalui Sistem Informasi Akademik perlu dibungkus dalam bentuk yang berpusat pihakpihak yang terlibat dalam proses pembelajaran (mahasiswa-dosen-stakeholder). Saat ini masih sungguh sedikit desainer Sistem Informasi Akademik yang berpengalaman dalam membuat sebuah paket Sistem Informasi Akademik yang memadai; 
  3. Finansial. Persoalan finansial ialah persoalan yang pelik di Indonesia. Pengadaan kemudahan Sistem Informasi Akademik membutuhkan budget yang tidak sedikit dan hal ini belum tentu mampu dijangkau oleh semua lembaga pendidikan di Indonesia; 
  4. SDM. Sumber Daya Manusia yang bisa dan terampil dalam mendukung penerapan Sistem Informasi Akademik masih terbatas, utamanya di Luar Jawa. 

Faktor non-teknis meliputi : 

  1. Budaya. Pemanfaatan Sistem Informasi Akademik berbasis TIK memerlukan budaya terusan dan mencar ilmu berdikari dan kebiasaan untuk berguru atau mengikuti perkembangan lewat komputer/internet. Persoalan saat ini, apakah budaya berguru berdikari sudah dimiliki oleh semua pihak yang terkait dengan proses Sistem Informasi Akademik pembelajaran, yaitu staff, dosen, dan mahasiswa; 
  2. Buta teknologi (technology illeteracies). Kalau jujur, masih banyak, staf manajemen, bahkan praktisi pendidikan dan mahasiswa yang belum menguasai teknologi komputer dan internet, atau yang terkait dengan ICT lainnya. 

Hal ini bergotong-royong bukan hanya dikarenakan tidak adanya minat atau kemauan untuk belajar, tetapi juga diakibatkan oleh tidak adanya akomodasi komputer dan layanan internet yang mencukupi atau ketiadaan biaya ongkos internet, terutama yang kurang mampu secara finansial (daerah pelosok). Permasalahan yang bisa dirumuskan dalam observasi ini yaitu seberapa besar pengaruh efektivitas administrasi tata cara berita akademik, budaya TIK lembaga, ketersediaan akomodasi, dan kualitas SDM sistem berita akademik terhadap kinerja perguruan tinggi se-kota Bandung. 

Selanjutnya dari rumusan di atas, untuk kepentingan penelitian dijabarkanlah rumusan tersebut kedalam pertanyaan penelitian di bawah ini: 
(1) Apakah ada pengaruh langsung antara aspek-aspek penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem gosip akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan mutu SDM SIA) secara simultan kepada kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa, sementara dampak secara parsial mencakup: 
  1. Seberapa besar efek efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik kepada kinerja forum?; 
  2. Seberapa besar pengaruh budaya TIK kepada kinerja forum?; 
  3. Seberapa besar pengaruh ketersediaan akomodasi TIK terhadap kinerja forum?; dan 
  4. Seberapa besar dampak kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja forum?; dan 
  Pemahaman Dan Klarifikasi Anomali Efek Piknik
(2) Apakah ada dampak tidak langsung antara efektivitas administrasi SIA, budaya TIK, ketersediaan akomodasi SIA dan Kualitas SDM SIA kepada kinerja forum? Berdasarkan uraian urusan di atas, maka observasi yang dikerjakan ini bermaksud untuk: 
1. Menjelaskan imbas eksklusif dan tidak eksklusif antara aspek-aspek penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan metode info akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan mutu SDM SIA) secara simultan kepada kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa, sementara efek secara parsial meliputi: 
  1. Pengaruh efektivitas administrasi Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja forum; 
  2. Pengaruh budaya TIK kepada kinerja forum; 
  3. Pengaruh ketersediaan kemudahan TIK terhadap kinerja lembaga; dan 
  4. Pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga
2. Menjelaskan imbas tidak eksklusif efektivitas manajemen SIA, budaya TIK, ketersediaan kemudahan SIA dan Kualitas SDM SIA kepada kinerja lembaga Hipotesi penelitian, penelitian ini akan menguji beberapa hipotesis yang terkait dengan persoalan yang hendak diteliti. Adapun hipotesis yang hendak diuji ini yaitu: 
  1. Terdapat pengaruh efektivitas administrasi tata cara berita akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik, dan mutu SDM tata cara isu akademik secara simultan kepada kinerja lembaga; 
  2. Terdapat efek pribadi dan tidak langsung efektivitas manajemen sistem info akademik, budaya TIK, ketersediaan akomodasi Sistem Informasi Akademik, dan mutu SDM metode info akademik secara gotong royong kepada kinerja forum; 
  3. Terdapat efek eksklusif dan tidak eksklusif efektivitas manajemen metode gosip akademik, budaya TIK, ketersediaan kemudahan Sistem Informasi Akademik, dan kualitas SDM tata cara isu akademik secara bahu-membahu kepada prestasi akademik mahasiswa; 
  4. Terdapat efek efektivitas administrasi Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja forum; 
  5. Terdapat imbas budaya TIK kepada kinerja forum; 
  6. Terdapat imbas ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik kepada kinerja lembaga; 
  7. Terdapat efek mutu SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja forum; 
  8. Terdapat dampak efektivitas administrasi Sistem Informasi Akademik terhadap budaya TIK; 
  9. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap ketersediaan akomodasi Sistem Informasi Akademik;
  10. Terdapat imbas efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik kepada kualitas SDM Sistem Informasi Akademik; 
  11. Terdapat efek budaya TIK terhadap ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik; dan 
  12. Terdapat dampak ketersediaan fasilitas 
Sistem Informasi Akademik terhadap kualitas SDM Sistem Informasi Akademik; Kerangka aliran observasi, observasi ini didasari oleh kerangka pikir yang menyatakan bahwa penyelenggaraan dan segala perjuangan yang dilaksanakan sekolah tinggi tinggi akan berujung atau didedikasikan bagi para klien atau pelanggan mereka, utamanya yang utama, yaitu mahasiswa. Upaya administrasi, teaching and learning, riset, ataupun CSR (Community Service Resposibility) atau yang lebih diketahui dengan pengabdian pada masyarakat, akan berujung pada bagaimana melayani para pengguna jasa utama mereka, yaitu mahasiswa. 
Prestasi akademik ialah salah satu indikator kinerja sekolah tinggi tinggi disamping pencapaian 3 misi utama perguruan tinggi tinggi, ialah Tri Dharma Pendidikan yang meliputi misi pendidikan, penelitian, dan dedikasi pada masyarakat. Kinerja sekolah tinggi tinggi inilah yang menjadi teladan utama dalam proses manajemen kelembagaan. Manajemen kelembagaan seperti yang lazimnya dijalankan di sekolah tinggi-perguruan tinggi tinggi meliputi ranah akademik, kemudahan, keuangan, dan kemahasiswaan. Upaya administrasi atas ranahranah itu dilakukan dengan mentransformasi segala sumber daya yang dimiliki (man, materials, machine, methode) untuk menyelenggarakan bidang-bidang tersebut. 
Keterlibatan ICT atau diterjemahkan menjadi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam upaya manajemen kelembagaan ini ialah dalam rangka efektivitas dan efisiensi. Seperti diketahui secara lazim, kedatangan TIK dalam proses manajemen kelembagaan, forum apapun bentuknya, termasuk forum non profit seperti sekolah tinggi tinggi, sangat menolong efektivitas dan efisiensi upaya pencapaian yang dilakukann alasannya fungsinya selaku tools enabler. 
Karena kehandalannya, endurance, dan kemampuan mengingat yang tidak terbatas, kecepatannya, serta irit, TIK menjadi salah satu pilihan lembaga dikala ini dalam menolong penyediaan dan manajemen, ataupun pertukaran data yang hendak sungguh berguna dalam pembuatan keputusan. Bagaimanapun, setiap kegiatan manajemen kelembagaan ini akan terkait dengan proses pembuatan keputusan, mulai dari yang sungguh sederhana, sampai dengan yang kompleks, dari yang berkala hingga dengan yang generik. 
Sebagaimanapun canggihnya atau lengkapnya TIK yang dimiliki dan diinstalkan forum dalam mendukung proses pembuatan keputusan, efektivitas implementasi ini ditentukan oleh beberapa faktor penentu, adalah budaya, mutu SDM, dan sistem manajemen TIK-nya itu sendiri. Budaya memberikan landasan sosiologis, antropologis, dan psikologis secara tidak pribadi terhadap penerimaan TIK sebagai supporting device pengerjaan keputusan yang dilaksanakan bagian manusia. Kepercayaan (belief), perilaku (attitude), cita-cita (intention), dan kekerabatan sikap pengguna (user behaviour relationship) yang terkait dengan TIK akan memperlihatkan landasan bagi diterimanya TIK dan digunakan secara efektif. 
Faktor mutu SDM TIK ialah juga aspek penentu lainnya. Sebaik atau selengkap apapun mesin yang ditawarkan lembaga dalam menolong pekerjaan manajerial ataupun yang operasional tidak akan berarti atau memiliki manfaat yang sedikit jikalau SDM yang melaksanakan, mengoperasikan, atau mengurus TIK tersebut berkualitas rendah. Untuk itu, efektivitas penggunaan TIK selain mempersiapkan nilai dan norma yang tercakup dalam budaya, juga perlu merencanakan SDM yang bermutu tinggi. Yaitu SDM yang well-educated, well tranined, memiliki etos kerja yang tinggi, motivasi yang tinggi. 
Yang terakhir, tata cara administrasi TIK. Penataan dan pendayagunaan sumber daya dalam implementasi TIK ialah faktor penentu lainnya. Mulai dari penyusunan rencana sistem, alat, insan, dan pemilihan taktik sampai dengan tata cara implementasi perlu dipikirkan dan dikelola sebaik mungkin. Proses implementasi yang selalu dimonitor dan diperbaiki dan ditingkatkan secara berkesinambungan juga menjamin TIK diimplementasikan secara efektif. Untuk itulah manajemen TIK sungguh dibutuhkan. Secara garis besar, kerangka pikir ini digambarkan dalam dalam gambar di bawah ini:
Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber dan lokasi observasi, Populasi dalam penelitian ini yaitu akademi tinggi di Kota Bandung yang mempunyai persyaratan sebagai berikut: 
  • PT yang mengadaptasikan TIK dalam metode manajemen akademik; dan 
  • PT yang mengurus program strata-1 (S1) mencakup: Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas. 
Penyebarannya Perguruan Tinggi di Kota Bandung baik PTN (PTN) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta) mampu dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel. Penyebaran Populasi Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang dipakai yakni Proportionate random sampling (Sampel Acak secara Proporsional) berdasarkan bentuk perguruan tinggi tinggi (Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas). Sampel akan diambil dari setiap bentuk sekolah tinggi tinggi secara proporsional. Tidak semua perguruan tinggi tinggi yang diidentifikasi telah menerapkan TIK dapat dijadikan responden. Beberapa perguruan tinggi sedang melakukan upgrading system sehingga menolak/keberatan untuk dijalankan penilaian jadi perguruan tinggi tinggi yang layak dijadikan populasi dalam penelitian ini berjumlah 22. Selanjutnya penentuan jumlah sampel memakai rumus Yamane (1967: 258) selaku berikut: 
Dimana: 
n = jumlah sampel 
N = jumlah populasi 
d2= presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat iman 95%). 
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel selaku berikut: n = 18.033 (dibulatkan menjadi 18). Jumlah sampel hasil perhitungan di atas kemudian dijalankan perhitungan proporsi jumlah sampel pada setiap golongan berdasarkan bentuk sekolah tinggi tinggi adalah : 
  1. Jumlah sampel pada bentuk akademi tinggi Universitas yaitu : 9 
  2. Jumlah sampel pada bentuk akademi tinggi Institut ialah : 2 
  3. Jumlah sampel pada bentuk perguruan tinggi Sekolah Tinggi adalah : 7 
Perguruan tinggi yang dapat dijadikan sampel yaitu 18 sekolah tinggi tinggi. Selanjutnya pada masing-masing akademi tinggi dikerjakan pengambilan sampel yang mencakup dosen dan mahasiswa.
Subjek dari observasi sebagai responden dalam penelitian ini ialah para pengurus TI khususnya dibidang sistem info akademik mulai dari pimpinan hingga dengan pelaksana, dosen dan mahasiswa. 
METODE PENELITIAN 
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang berjenis survei dengan pendekatan kuantitatif untuk mengkaji hubungan dan imbas antar variabel yaitu wacana dampak efektivitas manajemen SIA (X1), budaya TIK (X2), ketersediaan fasilitas TIK X3), dan mutu SDM SIA (X4) terhadap kinerja akademi tinggi (Y) dan dampaknya kepada prestasi akademik mahasiswa (Z) pada akademi tinggi di Kota Bandung yang dijadikan objek penelitian. 
Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik, baik statistik deskriptif ataupun inferensial untuk eksplanasi. Statistik deskriptif dipakai untuk menggambarkan/ menghidangkan data perihal keterlaksanaan sistem gosip akademik yang berbasis TIK di forum (perguruan tinggi tinggi), serta deskripsi perihal efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualitas SDM Sistem Informasi Akademik, kinerja perguruan tinggi tinggi, dan prestasi akademik mahasiswa. Statistik inferensi dipakai untuk menguji beberapa hipotesis yang diajukan. Analisis inferensial yang dilaksanakan terhadap hipotesis penelitian dinyatakan dalam bentuk hipotesis nihil. Teknik statistik ini tidak eksklusif untuk menguji hipotesis alternatif, namun akan digunakan untuk menolak atau mendapatkan hipotesis nihil. 
Metode pengumpulan data yang dipakai ialah angket dan studi dokumentasi. Angket menjadi alat utama, yang terdiri dari angket untuk para kepala pengelola distributor akademik dan pengelola metode isu kelembagaan, para pelaksana tata cara berita akademik, dosen dan mahasiswa. Metode dokumentasi untuk menjaring data data yang berkaitan dengan subjek observasi yang telah terdokumentasikan, seperti hasil studi mahasiswa, organigram, dan dokumen terkait yang lain. Data kualitatif yang didapat, juga akan dijadikan sandaran dalam melaksanakan pemaknaan secara logis melalui induktif atas penafsiran data kuantitatif. Ini juga ditujukan untuk mendapatkan pola atau kecenderungan dan sebagainya. 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Penelitian ini mengkaji aspek-faktor penentu kinerja forum yang berasal dari Manajemen Sistem Informasi akademik yang berisikan variabel Efektivitas Manajemen Sistem Informasi Akademik (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas (X3), Kualitas SDM (X4), pengaruhnya terhadap variabel Kinerja Perguruan Tinggi (Y). 
Berikut hasil resume deskripsi variabel-variabel penelitian yang telah dikaji yakni: 
  • Variabel efektivitas administrasi SIA (X1) dikategorikan tinggi oleh kelompok administrasi lembaga, dosen ataupun mahasiswa; 
  • Variabel budaya TIK (X2) dikategorikan tinggi oleh lembaga, dosen dan mahasiswa; 
  • Variabel ketersediaan akomodasi SIA (X3) dikategorikan kurang tinggi; 
  • Variabel kualitas SDM SIA (X4) dikategorikan tinggi oleh semua kelompok sampel; dan 
  • Variabel kinerja perguruan tinggi tinggi (Y) dikategorikan kurang tinggi oleh semua golongan sampel, dan Hasil pengujian hipotesis menawarkan bahwa: 
  1. Pengaruh variabel efektivitas manajemen SIA (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas TIK (X3), dan Kualitas SDM SIA (X4) terhadap Kinerja Perguruan Tinggi secara bahu-membahu menurut evaluasi administrasi lembaga menunjukkan imbas yang signifikansebesar 71,35%; 
  2. Pengaruh variabel efektivitas manajemen SIA (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas TIK (X3), dan Kualitas SDM SIA (X4) kepada Kinerja Perguruan Tinggi secara bahu-membahu berdasarkan penilaian dosen secara bahu-membahu kuat signifikan dengan besarnya pertolongan sebesar 77,5%; 
  3. Pengaruh variabel efektivitas administrasi SIA (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas TIK (X3), dan Kualitas SDM SIA (X4) terhadap Kinerja Perguruan Tinggi secara tolong-menolong berdasarkan evaluasi mahasiswa, secara gotong royong besar lengan berkuasa signifikan sebesar 83,0%; 
  4. Pada uji perorangan ternyata variabel Ketersediaan Fasilitas TIK (X3) dan Kualitas SDM Sistem Informasi Akademik (X4) yang kuat secara signifikan terhadap Kinerja Perguruan Tinggi. Variabel efektivitas manajemen SIA (X1), dan Budaya TIK (X2), tidak kuat signifikan kepada Kinerja Perguruan Tinggi (Y); 
  5. Variabel kinerja perguruan tinggi tinggi (Y) memiliki efek yang signifikan kepada prestasi akademik mahasiswa (Z) pada PT di Kota Bandung dengan total dampak yang diberikan yakni sebesar 51,4% menurut penilaian manajemen forum. 
  Administrasi Sistem Berita Dalam Memperlancar Arus Berita Untuk Mengembangkan Kualitas Penyusunan Rencana Pembangunan Tempat
Pengembangan tata cara gosip akademik yang efektif, budaya TIK, ketersediaan Fasilitas TIK, dan Kualitas SDM SIA memperlihatkan donasi yang tinggi terhadap kinerja forum secara lazim. Efektivitas administrasi SIA, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, dan Kualitas SDM SIA secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Perguruan Tinggi pada semua kategori penilaian baik berdasarkan manajemen forum, dosen dan mahasiswa. Tetapi dari sampel dosen, sesudah diuji secara simultan ternyata aspek manajemen SIA, budaya TIK, ketersediaan kemudahan, dan mutu sumber daya manusia tidak signifikan kuat kepada prestasi mencar ilmu mahasiswa. Hal ini mampu diterangkan dari konteks subjektif bahwa kedatangan tata cara isu akademik cuma mempunyai pengaruh pada metode pelayanan pada mahasiswa/dosen/atau stakeholder yang tidak terkait dengan implementasi kurikulum dimana produk alhasil adalah capaian atas serapan bahan/substansi kurikulum yang disampaikan dosen dalam bentuk prestasi akademik. Setelah dilakukan uji perorangan ternyata variabel Ketersediaan Fasilitas TIK (X3) dan Kualitas SDM Sistem Informasi Akademik (X4) yang berpengaruh secara signifikan kepada Kinerja Perguruan Tinggi. Variabel efektivitas administrasi SIA (X1), dan Budaya TIK (X2), tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perguruan Tinggi (Y). Hal ini sejalan dengan Hal ini sejalan dengan versi kinerja dari Sutermeister (1976:45) yang menyatakan bahwa produktivitas lembaga itu dipengaruhi oleh kinerja pegawai dan teknologi. Unsur teknologi yang diwakili oleh variabel kelengkapan fasilitas TIK. Variabel efektivitas administrasi SIA yang diukur melalui parameter penyusunan rencana organisasi SIA, Implementasi SIA, monitoring dan evaluasi, mutu berita yang dihasilkan serta mutu sistem memperlihatkan kontribusi efek secara langsung kepada kinerja lembaga dikategorikan rendah Pengaruh tidak eksklusif lewat variabel budaya TIK justru menawarkan donasi yang negatif. Hal ini merefleksikan bahwa efektivitas implementasi SIA berbasis TIK mensyaratkan bahwa siapa pun sudah dalam kondisi siap dalam hal ketrampilannya, sikapnya, persepsinya serta iklim kerjanya. Apabila hal tersebut belum dipenuhi maka hal ini mampu memberikan kontribusi yang negatif bagi kinerja lembaga. Hal ini sejalan dengan usulan Jasperson dkk (2005) bahwa bila implementasi TIK yang dilakukan lembaga kurang mengamati faktor budaya ialah budaya baru orang-orang ataupun organisasi alasannya kedatangan TIK dalam lingkungan mereka maka hal ini akan mengakibatkan inefektivitas dan inefisiensi implementasi TIK pada banyak sekali faktor manajemen terjadi. Efektivitas SIA dalam menunjang kinerja forum akan menyusut kontribusinya jikalau akomodasi fasilitas dan infrastruktur TIK tidak dalam kondisi yang mencukupi. Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur TIK pada beberapa akademi tinggi yang dikaji utamanya disebabkan karena keterbatasan budget dalam memenuhi perangkat-perangkat pendukung yang dipersyaratkan. Investasi TIK dalam proses administrasi SIA membutuhkan biaya yang banyak meskipun investasi TIK telah menjadi musim di setiap organisasi ketika ini. Beberapa perguruan tinggi tinggi masih dalam tahap permulaan dalam implementasi TIK ini. Budaya TIK masih memberikan kontribusi kecil kepada kinerja sebab pada sekolah tinggi tinggi yang masih gres dalam penerapan TIK pada manajemen perguruan tinggi tinggi lebih berkonsentrasi pada penyiapan investasi pada asset dan kurang memperhatikan penyiapan pada aspek budaya itu sendiri. Besarnya energi yang dicurahkan oleh forum dalam membiayai dan mengelola TIK ini menjadikan organisasi kurang begitu bisa memanfaatkan fungsi memiliki peluang dari aplikasi TIK yang mereka install dalam lembaganya. Lembaga mempergunakan fungsi sempit dari TIK, melakukan penggunaan feature TIK dalam level yang sangat minim, jarang berinisiatif technology or task related extension dari feature yang tersedia dalam TIK Jika berkaca pada pentahapan bagaimana individu menguasai TIK yang dikelompokan pentahapannya oleh UNESCO (2002: 16) maka PT yang ada di kota Bandung menyebar pada ke empat tahapan terebut, namun pada beberapa akademi tinggi civitas akademika akademi tinggi (dosen, manajemen, dan mahasiswa) sudah sampai pada tahapan penguasaan C dan D, yakni memahami bagaimana dan kapan menggunakan perangkat TIK untuk melakukan suatu peran tertentu (keahlian C), dan sudah menguasai secara spesifik kegunaan perangkat TIK (keahlian D).
Gambar. Model Pentahapan Penguasaan Keterampilan ICT dalam Pendidikan (Diadopsi dari UNESCO, 2002).  
Ketersediaan kemudahan TIK memperlihatkan kontribusi yang signifikan dan cukup besar dalam menunjang kinerja lembaga. Selama dua dekade ini sekolah tinggi tinggi sudah melaksanakan investasi besar-besaran dalam TIK. Sarana dan prasarana penunjang serta semua hal yang dibutuhkan sebagai syarat berjalannya perangkat-perangkat SIA perguruan tinggi tersedia di lembaga (contohnya ketersediaan komputer, network, metode koneksi dan bandwidth). Ketergantungan PT kepada TIK dari hari ke hari kian tinggi. TIK dianggap tulang punggung proses pelayanan akademik dan administrasi akademik terhadap mahasiswa, dosen dan stakeholder lainnya. 
Kualitas SDM SIA menawarkan kontribusi dampak yang paling dominan dibandingkan variabel-variabel lainnya pada pengelolaan SIA PT dalam mensugesti kinerja perguruan tinggi tinggi. Kontribusi tidak langsung efektivitas manajemen SIA menawarkan imbas yang faktual kepada kinerja lembaga lewat variabel SDM SIA. 
Hal ini pertanda bahwa faktor manusia memegang peranan penting dalam implementasi SIA khususnya dalam menentukan kinerja lembaga mencakup jumlah orang yang menanggulangi sistem, pendidikan dan pengalaman yang mereka miliki terkait dengan bidang yang mereka adakan. Jika dicermati donasi tidak langsung SDM SIA melalui variabel efektivitas manajemen SIA kepada kinerja perguruan tinggi tinggi bisa dikaitkan dengan kepuasan pengguna. 
Ketika para pekerja puas kepada metode informasi dan mengintegrasikan tata cara berita ke kegiatan rutin mereka, maka metode berita menjadi efektif. Kepuasaan mereka ini ditentukan oleh dua hal ialah mutu sistem berita dan kualitas informasi. Mutu sistem berita mengacu pada akomodasi penggunaannya. Jika pekerja atau pegawai menganggap sebuah metode informasi mudah digunakan maka sistem informasi tersebut bisa dibilang berkualitas tinggi. Mutu gosip, disisi lain mengukur derajat informasi yang dihasilkan metode gosip akurat dan dalam format yang diinginkan oleh pengguna. 
Kontribusi mutu SDM SIA melalui variabel budaya TIK menawarkan dampak yang aktual kepada kinerja. Kompetensi pekerja yang tinggi menunjukkan iktikad bahwa pemanfaatan metode isu berbasis TIK akan memberikan banyak kemudahan dalam menghasilkan layanan yang berkualitas. Hal ini pasti akan kian mendorong para pegawai semakin termotivasi untuk mengembangkan kinerja melalui integrasi metode dalam pelaksanaan tugas dan makin memunculkan kreativitas dalam menciptakan layanan-layanan yang bermutu kepada pengguna Berdasarkan kajian teoritis dan fakta empiris yang digali dalam observasi ini, peneliti menjajal menawarkan suatu model hipotetik perihal pengelolaan metode info akademik akademi tinggi. 
Model ini diterangkan dalam sketsa berikut ini: Sistem isu akademik perguruan tinggi ialah modul bagian dari tata cara info administrasi perguruan tinggi tinggi. Kedudukannya setara dengan modul-modul lain, seperti kepegawaian, keuangan, kemahasiswaan, atau sarana prasarana. Dalam perjalanannya, sistem gosip tersebut berjalan menurut planning strategis perguruan tinggi tinggi yang menawarkan arahan tentang hal-hal yang harus dicapai baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Peranan rencana strategis ini sungguh penting dalam rangka mengatur jalannya sistem gosip manajemen, ataupun secara biasa jalannya roda forum perguruan tinggi. 
Saat ini animo kemajuan teknologi seolah tidak terkendali, melaju dengan segera dan sangat luas cakupannya. Jika tidak ada rute dan batas-batas-batasan yang menawarkan isyarat pada proses pengelolaan berita di level manajerial atau operasional sekolah tinggi tinggi, maka ini mampu mengancam era depan pencapaian tujuan pendidikan di perguruan tinggi tinggi.
Dalam konteks lain, pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketatnya persaingan menerima calon mahasiswa dan memasarkan lulusan membuat perguruan tinggi ditantang untuk membuatkan sebuah strategi-taktik ampuh yang mampu berjalan secepatnya dan berumur efektif panjang. Mereka mesti memiliki banyak kelebihan yang bisa menjamin eksistensi lembaga lebih panjang. Semua strategi, strategis, keinginan, dan tujuan-tujuan terkumpul dalam bentuk rencana strategis. Ward dan Bond (2006) menyatakan bahwa untuk mendukung taktik bisnis suatu korporasi membutuhkan taktik metode berita. 
Untuk mencapai Sistem Informasi Akademik yang berlangsung efektif, mampu membantu stakeholder internal ataupun eksternal dengan menyediakan gosip yang akurat, cepat, dan cukup, diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. SDM metode isu akademik yang handal diputuskan oleh beberapa aspek yaitu budaya TIK nyata yang berkembang di konteks SIA itu berada (lingkungan perguruan tinggi), Pendidikan dan Pelatihan SDM, Sistem Reward, dan Standar Kompetensi personel SIA. Mengacu pada defenisi budaya TIK yang digambarkan oleh Slamet dan mitra-mitra (2008:51), budaya TIK yang konkret bisa dilukiskan dengan suatu kondisi dimana warga sekolah tinggi tinggi menganut nilai-nilai, kebiasaan, yang menggambarkan mereka melek dan sadar akan TIK. Mereka tahu fungsi, makna, dan filosofi dari TIK dan bisa mengadaptasikannya dengan keseharian mereka. 
Selain itu, suasana kerja di perguruan tinggi menggambarkan dimana unsur perguruan tinggi tinggi tersebut (orang, peran, proses interaksi, perilaku organisasi) terikat dan familiar dengan TIK. Jika budaya TIK sudah konkret meningkat di lingkungan akademi tinggi, tentu ini akan menjadi athmospher segar bagi sistem info akademik terutama, gosip administrasi kebanyakan mampu berlangsung dengan efektif. Pendidikan dan pembinaan merupakan syarat penting penciptaan sumber daya insan yang kompeten. Pendidikan dan pembinaan tidak cuma membekali wawasan keilmuan dan keahlian yang terkait dengan operasionalisai administrasi metode gosip akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai profesional profesi pengelola sistem isu akademik. Dengan pendidikan dan pelatihan, tak cuma menunjukkan ilmu baru, namun juga menunjukkan penyegaran tentang kompetensi yang dimiliki personalia sistem info akademik. 
Pendidikan dan training ini merupakan investasi jangka panjang bagi keberlangsungan sistem berita akademik perguruan tinggi tinggi. Sistem reward dimaksudkan selaku prosedur pendorong bagi para personel untuk lebih bergairah dalam bekerja, memiliki etos kerja yang tinggi, bertanggung jawab, dan tentu sejahtera. Sistem reward tidak cuma berupa sistem imbalan bahan saja, namun juga metode penawaran spesial atau demosi jenjang karir. Hal tersebut bisa memperbaiki situasi psikologis para personel tata cara berita akademik. Turn over dan brain drain merupakan salah satu target dari dari sistem reward ini. Selama ini, profesi IT merupakan profesi yang masih cukup langka. Salah satu taktik yang cukup bisa menjaga para tenaga berpengalaman ini tetap tinggal di lembaga yakni dengan metode reward tersebut. 
Standar kompetensi merupakan hal penting terkait dengan profesionalisme sumber daya manusia metode isu akademik. Standar kompetensi ialah pernyataan-pernyataan tentang pelaksanaan tugas-tugas di kawasan kerja yang berisikan hal-hal yang diperlukan bisa dilakukan oleh para petugas sistem gosip akademik. Tak hanya itu, patokan kompetensi ini juga memuat wacana deskripsi tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diperlukan dari para petugas SIA. Selain itu, kriteria kompetensi juga mampu dijadikan anutan penilaian kesanggupan personel. 
Tambahannya, Standar kompetensi profesi SIA berkhasiat untuk efisiensi dan membuat pendidikan dan pelatihan kemampuan SIA menjadi lebih relevan. Seperti diutarakan oleh Sutermeister (1976:45) bahwa eksistensi teknologi penting bagi pencapaian peran-peran organisasi, eksistensi parangkat TIK dalam pengelolaan sistem info akademik cukup penting. Kemampuan melakukan pekerjaan yang cepat, bisa memproses data dengan amat banyak dan mampu melakukan pekerjaan 24 jam menjadi salah satu kelebihan dari sarana TIK ini. Kecanggihan atau kemutakhiran gadget TIK bukan jaminan pembuatan pekerjaan-pekerjaan SIA efektif. 
Pemilihan hardware dan software yang tepat ialah kuncinya. Selain itu, cara pemeliharaan dan penanganan metode kemanan juga mesti diamati agar keberlangsungan dari pemanfaatan fasilitas TIK ini mampu lebih usang. Peran database sebagai penampung dan mendistribusikan data yang mau dan telah dimasak menjadi informasi sangat penting sekali. Ia akan secara simultan melakukan pekerjaan melayani semua pihak yang berkepentingan dengan info akademik. Data base yang baik adalah data base yang manajemen databasenya mendukung proses pembuatan keputusan. 
Dalam proses pelayanan, pengguna yang mengakses tata cara gosip akademik akan senantiasa didukung oleh aliran-fatwa data dan isu yang berasal dari data base. Selain itu, input-input yang mereka masukan ke tata cara gosip akademik juga akan tersimpan di data base. Bagi lembaga, data base diumpamakan sebagai gudang penyimpanan harta yang sangat berharga. Gudang itu mesti benar sistem administrasi inventorinya, sistem keamanannya, dan tentunya penataan barang-barang (data) yang mau disimpan di dalamnya. Data base ini dengan melalui bantuan teknologi disuplai dari banyak sekali sumber pengguna. 
Ia menampung ihwal data kemahasiswaan, akademik, ketenagaan, keuangan, dan data penunjang lainnya. Secara bersama-sama dia akan dipakai oleh banyak sekali modul aplikasi administrasi metode informasi yang diaplikasikan forum. Dengan interface dan integrator teknologi proses input dan komunikasi data/info berjalan bolak balik dari sumber ke server dimasak dan disebarkan kembali ke pengguna. Input data berbentukprofil diri mahasiswa, profil akademiknya, beban tugas mengajar dosen, acara kuliah, atau yang lainnya diinputkan kedalam database yang terinstal di server, kemudian dengan metode dimasak menjadi banyak sekali macam gosip dan wawasan, contohnya menjadi kartu hasil studi, planning studi, pembagian penjadwalan ruangan kelas, ringkasan beban mengajar dosen, atau yang yang lain. 
KESIMPULAN 
  1. Keempat variabel yang diteliti mencakup efektivitas manajemen SIA (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas TIK (X3), Kualitas SDM SIA (X4) secara simultan memperlihatkan imbas yang signifikan dan mempunyai tunjangan yang sungguh besar kepada kinerja lembaga. Kesimpulan ini didukung oleh tiga sumber data pendukung, yaitu menajemen forum, dosen, dan mahasiswa. 
  2. Jika diteliti sumbangannya secara perorangan dari keempat variabel penelitian tersebut maka cuma variabel ketersediaan Fasilitas TIK (X3) dan Kualitas SDM SIA (X4) yang mempunyai dukungan yang besar dan signifikan. Efektivitas tata cara dan budaya organisasi tidak memiliki sumbangan yang signifikan terhadap kinerja lembaga. Keempat variabel (SIA yang efektif, budaya organisasi, ketersediaan fasilitas SIA, dan kualitas SDM SIA) memiliki derma yang besar kepada kinerja jikalau keempatnya hadir tolong-menolong. Artinya, jika cuma ada salah satu, atau beberapa saja, sedikit sumbangannya kepada kinerja lembaga. 
  Makalah Iv, Hukum Perdata Atau Yurisprudensi
Rekomendasi 
  1. Rencana strategis TIK forum harus merupakan bagian integral dari planning induk kelembagaan secara biasa . Keterkaitannya dengan setiap bidang/unit yang ada di lembaga harus dengan terang dideskripsikan. Hal ini akan berdampak pada efektivitas rensta TIK nya itu sendiri dan forum atau unit yang terkait dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Renstra TIK yang dikembangkan harus mampu menjamin proses knowledge management berjalan dengan efektif di lembaga. Menjadikan lembaga menjadi sentra penciptaan dan penyimpanan pengetahuan dan proses transfer of knowledge diantara individu dalam lembaga. 
  2. Bagi penelitian berikutnya, diusulkan untuk meneliti wacana kematangan TIK perguruan tinggi tinggi. Diharapkan hasil observasi ini akan bisa menjawab atau menerangkan sejauhmana sistem isu yang dilakukan mampu mendukung visi dan misi forum. Selain itu, sejauhmana sistem yang dikembangkan mampu mendukung kinerja dan meningkatkan mutu lembaga. 
  3. Revitalisasi sumber daya yang dimiliki, peningkatan mutu sumber daya manusia, dan reposisi visi dan misi perguruan tinggi serta sejauhmana rencana strategis itu dikawal dan mencapai sasaran yang telah ditentukan merupakan salah satu upaya yang direkomendasikan dalam memajukan kinerja akademi tinggi. 
  4. Penyiapan kebijakan terkait dengan implementasi TIK dalam metode isu sangat penting mengenang perannya sebagai anutan dan juga penguat atas proses dan produk yang dihasilkan tata cara berita akademik, termasuk kemampuannya memaksakan kebiasaan atau pola baru terhadap individu di forum yang terkait dengan sistem gosip akademik berbasis TIK. Perubahan mekanisme administrasi akademik akan lebih masuk kedalam jiwa setiap individu bila diberi penguatan dengan kebijakan yang mengikat. 
  5. Penyiapan budaya Sistem Informasi Akademik berbasis TIK juga perlu ditanamkan pada setiap individu yang ada dilembaga. Bagi para pembuat kebijakan/keputusan, termasuk para dosen, produk sistem berita akademik harus benar-benar dijadikan bahan atau sandaran dalam memecahkan problem atau menciptakan kebijakan terkait dengan kenaikan kinerja forum. Mereka diharapkan memiliki pengertian yang memadai akan filosofi diterapkannya sistem informasi akademik berbasis TIK, mengetahui prosedur dan faedah serta tahu bagaimana melakukannya. 
  6. Direkomendasikan, forum secara terpola dan bersiklus dengan baik untuk terus meningkatkan dan menjaga profesionalisme para pengelola tata cara berita akademik lewat pendidikan dan pembinaan yang terkait dengan bidang tugasnya. Selain itu, pengelolaan SDM sistem info akademik juga harus lebih baik lagi. Mulai dari man power planning, diklat, sampai dengan tata cara reward mesti dilakukan dan didesain agar sesuai dan mendukung efektivitas tata cara informasi akademik. 
DAFTAR PUSTAKA 
  • Al Rasyid, Harun, (Penyunting: Teguh Kismantoroadji, dkk). 1994. Dasar-Dasar. Statistika Terapan, Program Pascasarjana, Unpad : Bandung.
  • Daft, R.L., Sormunen, J. and Parks, D. 1988, “Chief executive scanning, environmental characteristics, and company performance: an empirical study”, Strategic Management Journal, Vol. 9 No. 2, pp. 123-39. 
  • Jasperson, J. Carter, P.E. Zmud, R.W. 2005. A Comprehensive Conceptualization of PostAdoptive Behaviors Associated with Information Technology Enabled Work Systems. MIS Quarterly, Sept. 2005; 29,3. ABI/INFORM Global pg. 525. 
  • Kuratko, D., Goodale, J. and Hornsby, J. 2001. “Quality practices for a competitive advantage in smaller firms”, Journal of Small Business Management, Vol. 39 No. 4, pp. 293-311. 
  • Levin, H.M. dan Schütze, 1983. H.G. (Ed.) Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Beverly Hills: Sage Publication. 
  • Levin,H.M. 1983 Individual Entitlements. Dalam. Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Halaman 39 – 66. 
  • Levin, H.M. dan Schütze (ed.), H.G Beverly Hills: Sage Publication. 
  • Liao, J., Welsch, H. and Stoica, M. 2003, “Organizational absorptive capacity and responsiveness: an empirical investigation of growth-oriented SMEs”, Entrepreneurship Theory & Practice, Vol. 28, pp. 63-85. 
  • Murdich, R.G., and Joel, R. 1982. Information System for Modern Management. 2nd Edition, Prentice Hall of India New Delhi. 
  • Murdick, R.G., Ross, J.E., Claggett, J.R. 1996. Sistem Informasi untuk Manajemen Modern. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh: Djamil. Jakarta: Penerbi Erlangga. 
  • Slamet, Razak Abdul, Deraman A. 2008. Mengeliminasi Resistensi Masa menuju Berbudaya ICT pada Organisasi Publik Pendekatan Kurt Lewin. Dalam Makalah-makalah Sistem Informasi. Bandung: Penerbit Informatika. Sutermeister, 
  • Robert A. (1976). People and Productivity. New York : Mc Graw Hill. Book Company 
  • UNESCO. 2002. Information And Communication Technology In Education, A Curriculum For Schools And Programme Of Teacher Development. France: UNESCO Ward, J.P. Taylor and P. Bond. 2006. Evaluation and Realisation of IS/IT Benefits: an Empirical Study of Current Practice. European Journal Information System. 4. Pages 214-225. 
  • Yamane, T. 1967. Statistics, an Introductory Analysis. 2 nd Ed. New York : Harper and Row
ABSTRAK 
Efektivitas aplikasi TIK dalam proses administrasi kelembagaan sering terhambat oleh banyak aspek non teknis yang tidak disediakan lembaga. Mulai dari penyiapan orang, budaya, mekanisme organisasi, bahkan teknis pemeliharaannya. Tak selamanya SIA yang berbasis TIK mampu meningkatkan kinerja pengelolaan administrasi akademik, manakala lembaga hanya menganggap bahwa implementasi TIK untuk SIA hanya sekedar mempersiapkan perangkat keras TIK. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauhmana derma efektivitas manajemen SIA (X1), budaya TIK (X2), ketersediaan fasilitas TIK (X3), dan kualitas SDM SIA (X4) terhadap kinerja perguruan tinggi (Y). Metode observasi yang digunakan ialah deskriptif analitik, populasi dalam observasi ini melibatkan 22 perguruan tinggi yang ada di Kota Bandung yang mengadaptasikan TIK dalam sistem manajemen akademiknya dan yang mengorganisir program strata-1 (S1). Untuk sampel kelembagaan, dengan memakai Proportionate random sampling (Sampel Acak secara Proporsional), didapat 18 perguruan tinggi yang terdiri dari 8 universitas, 3 institut, dan 7 akademi. Sampel dosen dan mahasiswa masing-masing sebanyak 988 orang dosen dan 1579 orang mahasiswa. Alat kolektordata yang digunakan ialah angket yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan analisis deskriptif analitik, sedangkan pengujian hipotesis memakai analisis jalur atau path analysis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa berdasarkan administrasi forum, semua variabel secara bersamasama kuat secara signifikan kepada variabel Y sebesar 71,35%. Menurut dosen berpengaruh signifikan dengan besarnya pemberian sebesar 77,5%, dan berdasarkan mahasiswa kuat signifikan sebesar 83,0%. 
Kata kunci: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Sistem Informasi Akademik, Budaya TIK, Fasilitas TIK, SDM SIA, Kinerja