HAKEKAT PENELITIAN
Secara teoritis ada beberapa permasalahan yang sering berhubungan dengan hakikat observasi, diantara hakikat penelitian dimaksud yakni “Apakah penelitian itu?! Apakah sumber-sember ilmu pengetahuan?! Bagaimanakah membedakan antara tipe-tipe penelitian yang ada?! dan sebagainya.
A. HAKEKAT ILMU
Pada dasarnya ilmu memiliki hakikat tertentu, yakni: ontologi ilmu, epistimologi ilmu, aksiologi ilmu (Yuyun S, 1991). Ketiga hal ini menjadi persyaratan utama dari karya ilmiah. Adapun versi pendekatan penulisan karya ilmiah dibedakan menjadi tiga hal, yakni: deduktif, induktif dan campuran dari keduanya.
1. Ontologi Ilmu
Ontologi Ilmu berkenaan dengan segala sesuatu yang kita ketahui yang dinamakan wawasan. Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua hal, ialah: pengetahuan yang bersifat fisik dan metafisik. Pengetahuan yang bersifat metafisik ialah yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat non-fisik atau yang tak terlihat , tidak dapat diperhatikan dengan indera insan dan tidak dapat diukur. Hal-hal yang bersifat metafisik adalah perihal dosa, nirwana, neraka dan lain sebagainya. Semua yang bersifat metafisik tidak mampu dibuktikan keberadaannya. Sampai saat ini belum ada yang dapat pertanda kondisi-kondisi di neraka, surga ataupun alam awet bagi arwah yang mungkin dapat kembali ke dunia. Kebenaran yang mampu diterima pada wawasan yang bersifat metafisik ialah didasarkan pada keyakinan/dogma masing-masing.
Pengetahuan fisik didapatkan menurut observasi yang menyimpulkan tanda-tanda alam yang konkret secara empiris, misalnya perihal adanya sebuah rumus dalam matematika yang kalau ragu ihwal rumus tersebut dapat dibuktikan kembali. Pengetahuan yang berdasarkan observasi yang konkret itulah yang dapat menjadi dasar ilmu yang ilmiah, bila menyanggupi sifat yang lainnya.
2. Epistimologi Ilmu
Epistimologi Ilmu berkenaan dengan Ilmu yang diperoleh dengan proses tertentu yang disebut dengan metode ilmiah yang memakai logika insan. Nalar ialah proses berpikir manusia. Yuyun. S (1991) menyatakan bahwa secara umum tiap kemajuan dalam ilham, konsep dan sebagainya dapat disebut berfikir. Oleh alasannya itu, berfikir ialah kemajuan ide dan rancangan. Berfikir keilmuan adalah pemikiran yang benar-benar, ialah suatu cara berfikir yang berdisiplin dimana seseorang yang berfikir tidak membicarakan pandangan baru dan rancangan yang sedang difikirkannya tetapi dalam kawasan yang luas yang semua itu diarahkan pada tujuan tertentu yang dalam hal ini yaitu pengetahuan. Berfikir keilmuan ialah cara berfikir yang berdisiplin dan diarahkan kepada wawasan.
Ada dua arah cara berfikir manusia, yaitu berfikir dengan acuan induktif dan berfikir dengan teladan deduktif. Berfikir dengan teladan induktif yaitu dimulai dari fakta/data yang menurut wawasan lapangan/ empiris. Data disusun, dimasak kemudian ditarik maknanya dalam bentuk kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya, berfikir deduktif ialah kesimpulan dari pernyataan lazim lalu meyimpulkan karakteristik masalah-masalah atas dasarnya. Contoh: sebuah benda bila dipanaskan akan memuai. Hal-hal khusus mirip besi, tembaga, aluminium dll, kalau dipanaskan akan memuai.
Berfikir ilmiah bantu-membantu yaitu memakai kedua logika, adalah deduktif dan induktif sekaligus dalam sebuah nalar yang utuh. Suatu kegiatan ilmiah mesti didahului oleh suatu duduk perkara. Ada empat langkah pokok dari suatu karya tulis ilmiah yakni:
1. Adanya problem.
2. Adanya tanggapan sementara atas persoalan.
3. Adanya data yang akan dianalisis untuk menguji balasan sementara.
4. Adanya kesimpulan.
3. Aksiologi Ilmu
Aksiologi ilmu yakni bagaimana ilmu itu dimanfaatkan. Pemanfaatan ini lebih banyak berhadapan dengan etika. Kemajuan ilmu dan teknologi dalam rekayasa genetika sungguh pesat perkembangannya sehingga bisa menghasilkan insan pintar/unggul, atau sudah banyak dihasilkan rekayasa genetika mirip bayi tabung. Namun demikian, argumentasi-alasan etika masih belum mentolerir pemanfaatan ilmu dengan tujuam yang melanggar norma dan akhlak. Secara lazim tidak ada yang menyangkal bahwa tujuan ilmu yaitu untuk kemaslahatan insan, hal ini yang dinamakan aksiologi ilmu.