Peneliti Inggris Melakukan Proyek Di Balikpapan, Ibukota Gres ?

Peneliti dari Universitas Heriot-Watt di Edinburgh Inggris mengatakan penduduk pesisir menjadi paling berisiko alasannya tak ada sistem perayaan dini tsunami. Hal ini tentang pembangunan infrastruktur yang di para peneliti mengaku masih harus menyaksikan apakah sebuah insiden longsor dahsyat itu akan terjadi lagi.

Peneliti Universitas Heriot-Watt, Uisdean Nicholson mengatakan pihaknya masih mempunyai banyak pekerjaan yang mesti dikerjakan untuk menganggap suasana itu dengan benar. “Ini ialah sesuatu yang mungkin harus dimasukkan oleh pemerintah Indonesia pada daftar risiko di sebuah kawasan, masuk ke tingkat yang tinggi,” ujar Nicholson.

Tim analisis Inggris-Indonesia-nya menerapkan fakta-fakta seismik untuk menilik sedimen dan strukturnya di dasar bahari Makassar. Ibukota Indonesia akan pindah dari Jakarta di pulau Sumatra ke Kalimantan. Nicholson menyampaikan insiden semacam itu dapat terkonsestrasi dan terjadi di Teluk Balikpapan, lokasi yang diseleksi untuk ibu kota gres Indonesia.

Peringatan dini perihal tsunamsi dan tragedi disekitar wilayah Kalimantan, sampai mempunyai pengaruh pada pelabuhan di Australia. Resiko tragedi akan terjadi dengan demikian aneka macam duduk perkara terkait Nicholson dan timnya sudah menemukan bukti setidaknya 19 tanah longsor kuno di dasar laut Selat Makassar.

Rachel Brackenridge, yang mengambil bagian dalam observasi itu  mengaku pihaknya menemukan bukti tanah longsor kapal selam terjadi lebih dari 2,5 juta tahun. Fenomena itu terjadi setiap 160.000 tahun atau lebih dan berukuran sungguh besar. Tanah longsor terbesar berisikan 600 kilometer kubik sedimen, sedangkan yang terkecil yang kami identifikasi adalah lima kilometer kubik,” ujar Brackenridge.




 

  Partai Memiliki Masalah : Ketika Golkar Kembali Memimpin Kalimantan Barat