Prilaku Penduduk Batak, Tionghoa, Melayu Tidak Cuma Di Dki Jakarta

Di Ibukota Jakarta, dikala kepemimpinan Anies Baswedan selaku Gubernur di DKI Jakarta, aneka macam program sudah di persiapkan termasuk dengan program pacaran untuk 6 bulan dan menikah. Kprihatinan terjadi dikala dilema itu timbul dengan sendirinya banyak sekali kebijakan yang dibuat.

Pengalaman yang mengikuti aneka macam dilema anak mudah di banyak sekali daerah di DKI Jakarta, dengan karaktertisk masyarakatnya. Suku Batak Silaban, Malau, Marpaung, Aritonang menjadi indikasi dari persoalan hal ini, tentunya dipahami dengan aspek budaya mereka, bahwa mereka terkadang memang biadab, serta tidak perlu dipahami dengan baik.

Selama berteman dengan merekja, pastinya prilaku mereka didasari berbagai berbagai hal dari rumah daerah mereka tinggal. Keburukan yang terjadi kepada mereka, dimulai dari konsumsi masakan, serta dibawa kemana untuk ditongrongin, serta aspek agama dan budaya apa yang dipraktekkan mereka selama di Kalimantan Barat.

Hal ini tentunya tidak hanya timbul saat di DKI Jakarta, dengan membuat lapak-lapak babi mereka diberbagai tempat pinggiran DKI Jakarta. Hal ini, kemudia  disalah gunakan dengan permasalahan agama yang berasimilasi pada ke agama Protestan Islam, tentunya dengan mengakses ekonomi politik, dan mengadudoma masyarakat, serta mengatakan tidak sopan dan patuh pada agama, dengan bermarga Batak Marpaung (Orang Jawa).

Temuan itu dapat dikenali timbul ketika berinteraksi dengan mereka, atau berbicara dengan bobot yang diketahui sangat rendah. Prilaku itu muncul, dengan akhlak yang dipraktekkan pada lingkungan keluarga mereka, serta mendapatkan pinjaman dari sekolah dan gereja.

Konflik yang terjadi di Kalimantan Barat, lalu mampu dibungkus saat ini dengan rancangan politik seksualitas, siapa yang berhasil dalam karier, serta pendidikan, dan  apa yang diperoleh, serta jalan baik atau tidak dipakai, serta menggunakan tata cara politik Amerika Serikat, namun partai PDI Perjuangan yang menggunakan hal ini untuk kendaraan politik mereka di Kalimantan Barat.

Fashion apa yang dikenakan untuk memahaminya, tentunya dengan ilmu kesehatan mungkin memperpendek atau memperpanjang umur manusia, serta ingin mengakses banyak sekali sumber ekonomi politik, yang dikenali ada pada kerakusan suku Batak Silaban, Orang Melayu, dan Orang Dayak berasimilasi Jawa ( Jogyakarta), PDI Perjuangan, selaku status Dosen, di Pontianak.

Mereka mendekati dikala pada politik selama 10 tahun, untuk menyanggupi pasokan upeti mereka dihasilkan dari tata cara pendidikan dan kesehatan rakyat Kalimantan Barat. Hal ini dimengerti, bahwa mereka berkoalisi dengan Golkar, dan PDI Perjuangan dalam meyakinkan apa yang dibuat selama pertentangan politik di Kalimantan Barat.

Berdasarkan data yang di ketahui, bahwa mereka yang masuk pada sistem pendidikan dan kesehatan adalah orang-orang yang pro secara politik di buat dengan sistem kesukuan dan keagamaan, namun juga pada perusak kehidupan tugas mereka bermain, label perusak pendidikan memang telah terjadi saat pada Orde Lama dan Orde Baru, Reformasi. 

Tetapi, dalam hal ini batasan yang mereka dapatkan bahwa metode politik di Amerika Serikat, tidak diperkenankan partai yang berhubungan untuk campur tangan di aneka macam daerah yang ada di dalam negeri dan mancanegara.

Organisasi keagamaan yang membawa nama Kristen, kiranya menjadi catatan adanya koalisi partai, serta kepentingan penduduk dalam mengakses sumber kesehatan, pendidikan, dan energy. Untuk investor mampu memahami berbagai masalah yang ada di berbagai daerah, dengan baik berdasarkan perekrutan mahasiswa, dan pekerja.