Kesehatan Sosial, Ruang Seksualitas Silaban 2008 – 21 Pontianak

Tingkat konsumsi, keperluan lokal, yang ada di masyarakat secara khusus akan diketahui melalui tata cara ekonomi sosial mereka di penduduk sampai ketika ini menjadi penting dalam menyaksikan kesehatan sosial yang ada di masyarakat secara khusus.

Berbagai kepentingan ekonomi, dapat diterima berdasarkan metode budaya dan agama yang melatarbelakangi aneka macam kehidupan sosial mereka menurut sistem pendidikan dan kesehatan yang ingin mengendalikan kekuasaan malau (Jawa, Yogyakarta), khususnya turut campur orang Batak dan Tionghoa di Pontianak – Jakarta, hasil dari metode ekonomi politik PDI Perjuangan.

Apa yang menjelaskan selama mereka hidup di perkotaan, dan prilaku budbahasa serta akhlak mereka selama kehidupan sosial di Pontianak. Tentunya dengan latarbelakang kehidupan budaya dan agama yang menjadi persepsi kepada agama Protestan dan Islam (Indonesia), pada kepentingan ekonomi budaya.

Hal ini diketahui bahwa keperluan kelas sosial menjadi dasar dari kehidupan mereka selama di Kalimantan Barat kepada kebutuhan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang dilangsungkan kepada perjuangan kelas pada tahun 2013 – 21.

Berbagai hal terkait dengan sistem budaya yang melekat pada dinamika budaya akan diketahui dengan seksualitas yang mereka ciptakan berdasarkan hasil seleksi alam dan agama. Hal ini dengan rancangan agama yang mumpuni pada tahun 2000 – 2011.

Dengan menerangkan dengan adanya kepentingan, dan momen dalam memanfaatkan setiap momen ekonomi politik pada partai PDI Perjuangan dengan para suku Batak Sihombing, tidak lepas dari ketidakmaluaan budaya dan agama  terhadap etika dan budpekerti mereka selama hidup politik di Kalimantan Barat dan DKI Jakarta 2008 – 2017.

Dengan langkah seperti itu, berbagai tugas serta masyarakat yang berada pada keadaan seksualitas mereka pada suku di Indonesia, pergantian sosial dengan perpindahan pendudukan dengan urbanisasi yang menjelaskan aneka macam kepentingan ekonomi dan perlawanan PDI Perjuangan kepada pembangunan seksualitas perkotaan dan Desa.

Pembangunan fisik kota, Desa, dan insan yang tidak lepas dari kepentingan ekonomi para elit politik di kota Pontianak Tionghoa – Dayak – Jawa – Batak ( suku ) dengan status pekerjaan mereka selaku kapal, pendidik, dan dokter dan aturan yang memang berasal dari karakteristik prilaku mereka terhadap ekonomi politik mereka dapatkan, terhadap pembangunan di Kalimantan Barat 1980 – 1990an berlanjut pada 2000 – 2011.

Berlanjut pada catatan babtis selaku administrasi, pada kring 6 Siregar – Tionghoa, dengan diketahui adanya politik tubuh dan seksualitas pada agama Protestan dengan desain seksualitas politik, tidak mempunyai sopan santun dan etika selama di Pontianak contohnya menjadi catatan bagi insan kepada indek pembangunan, dan berlanjut pada jabatan sebelumnya Orang Dayak – Jawa, di MRPD Pancasila.

Perubahan itu muncul dengan adanya kesehatan sosial pada tabiat yang harus diterima mereka, sesuai dengan kebijakan dan pemerintah kota dan provinsi pada masa itu tepatnya pada tahun 2000 – 21 apa yang bisa dijual dalam hal ini produknya, yaitu sumber daya insan dengan  kualitas rendah yang diciptakan. 

Berdasarkan perjuangan kelas sosial ekonomi, dan persaingan kepada kontrol pendidikan pada kekuasaan, oleh Sihombing, Silaban GKE Kalimantan 2008, maka orang bersembunyi pada tembok gereja Protestan dan Islam (Indonesia), dengan cara menghukum siswa Hutagalung, dan Universitas Tanjungpura 2008 Pontianak, Indonesia. 

Untuk menjangkau ruang seksualitas, untuk problem percintaan dengan cara memaksa oleh Silaban (Perompak Kapal, Dosen dan Dokter 2011 – 21, diikuti oleh Arizona juga demikian) djan terus datang kerumah, serta seksualitas tanpa budaya ekonomi politik mereka saat tiba diberbagai kota. 

Maka digunakan uang pada pendidikan dokter sebuah bidang pekerjaan mereka untuk hidup beragama dan budaya politik selama di pontianak, Kalimantan Barat, dengan keadaan ekonomi sosial dan kehidupan rumah tangga, dan pendidikan mereka ( Batak – Jawa ) suku dan agama di Kalimantan Barat, Dayak – Tionghoa.