Politik, Kekuasaan & Moralitas ?

Berbagai pengertian mengenai aspek moralitas medis dalam aneka macam hal terkait dengan kekuasaan, dan moralitas pada aspek pendidikan dan kesehatan yang ada di Pontianak, dengan moralitas seorang buruh kapal, andal aturan, elit politik yang mencakup orang Batak – Dayak – Jawa, di Pontianak menjelaskan hal ini.

Maka, mampu dipahami dengan baik adanya sistem ekonomi dan moralitas pada mistik agama Nasrani – Budha  di Pontianak, menerangkan bahwa agama dan kesehatan (mistik) yang mereka terapkan dikarenakan belum adanya wawasan yang bagus, mirip Negara maju.

Persaingan pengetahuan diberbagai Negara, memang berada keadaan yang begitu menjijikan Tionghoa – Batak – Dayak di Pontianak, menerangkan  bagaimana mereka hidup di masyarakat, dan sampah medis – pendidik di Pontianak, hasil dari elit politik PDI Perjuangan – Golkar, dan budaya massa itu.

Hal ini menjadi temuan aku dikala berada disini, sehingga moralitas dan etika dalam tata cara kekuasaan perlu dipraktekkan selaku jalan kepada kehidupan sosial, dan banyak sekali hal terkait dengan cinta dan kekuasaan yang menjadi awal dari tubuh kepada seksualitas. 

Setelah menciptakan kejahatan dan kemudian tobat menurut “sakramen tobat”, masih mending di Nasrani, terlebih di Protestan yang tidak memiliki moralitas, kaum pribumi disini.

Orang yang mempunyai moralitas rendah seperti Batak – Budha alasannya adalah tidak ada pertobatan dalam hal ini, selaku agama Nasrani Protestan di Pontianak dan Jakarta pastinya pada HKBP dan GKE. 

Menjadi catatan kriminal seksualitas mestinya bagi mereka yang menyadang dokter 1930an Sihombing sebagai budaya makan orang yang begitu brutal pada periode Kolonial Belanda dalam kehidupan sosial mereka di penduduk telah membuktikan dalam hal ini.

Hukum di Indonesia akan menjelaskan banyak sekali pengetahuan yang mereka terima pada aspek psikologis perihal riwayat kehidupan moralitas mereka selama di Pontianak, para suku dan pendidikan serta problem kekuasaan yang begitu rendah moralitas dengan kehidupan sosial mereka di tengah masyarakat.

Misalnya dalam hal ini bahwa “ia ingin menyetuh aku, apakah itu baik atau jelek dalam hal ini“, banyak sekali pandangan wawasan kepada agama Islam menjadi permulaan dari pemahaman agama yang baik kepada stigma yang muncul.

Dari hal tersebut timbul dengan adanya perkembangan mental yang mencakup dengan banyak sekali hal terkait dengan pengetahuan, atau masalah mengenai di bakar hidup – hidup, mala ingin bakar rumah di RT 003 pada problem konflik, dan lainnya pada metode kekuasaan dan Cinta, dimainkan oleh okunum dan sampah sebab moralitas orang renta yang rendah, Sihombing – Siregar.

Dalam hal ini peraturan tentang moralitas tradisional dalam hal ini ialah pada kesalehan orang bau tanah, dan sikap tunduk pada lingkungan keluarga. Dalam hal ini akan dibentuk selaku dilema anarkis, dan lainnya dalam lingkungan keluarga, kelompok, dan gereja. Tahapan seperti muncul dengan adanya tahapan kekuasaan, keinginan, dan kenikmatan, serta balasannya harapan dan kekuasaan.

Semakin enak dalam sebuah perkotaan dan kekuasaan, serta ekonomi, maka akan semakin ingin berkuasa, dan menyimpang pada setiap hukum dan kebijakan yang dilangsungkan sampai ketika ini, begitu juga manusia yang hidup di Pontianak – Jakarta, dengan budaya dan moralitas yang rendah Batak – Tionghoa – Dayak, dalam konteks agama dan moralitas etnik 2000 – 2017.