Masjid Jami Assalafiyah Jatinegara

Dibangun oleh Pangeran Ahmad Jayakarta

masjid jami assalafiyahPada sekitar tahun 1619 M terjadi peperangan yg melibatkan prajurit Pangeran Jayakarta dgn serdadu Pemerintah Hindia Belanda yg pada waktu itu dipimpim oleh Gubemur Jenderal Jaan Pieter Zoon Coen di kawasan Mangga Dua (wilayah Jakarta Pusat).

Pada pertempuran itu serdadu Pangeran Jayakarta terkepung dr beberapa arah. Dengan cara melepas jubah & kemudian dibuang ke sebuah sumur tua, akhimya Pangeran Jayakarta mampu meloloskan diri. Akan halnya serdadu Belanda, begitu melihat jubah Pangeran ada di dlm sumur, mereka menerka Pangeran Jayakarta sudah meninggal. Akhimya, sumur itu pun ditimbun.

Karena suasana yg tak memungkinkan, akhimya Pangeran Jayakarta hijrah ke Jakarta Timur. Sampailah ia di daerah hutan jati yg sungguh lebat, sekarang diketahui sebagai kawasan Jatinegara. Di hutan jati & di seberang Kali Sunter—pada waktu ifu-inilah, Pangeran Jayakarta lalu mendirikan sebuah masjid.

Masjid ini persisnya diresmikan pada tahun 1620 M. Pada awalnya didirikan untuk menghimpun para jawara (preman, satria) & ulama untuk meneruskan perjuangannya melawan Pemerintah Belanda & untuk menyiarkan agama Islam di tanah Sunda Kelapa.

Masjid yg tepatnya berada didaerah Jatinegara Kaum ini mengalami renovasi berkali-kali. Renovasi pertama kali dijalankan oleh Pangeran Sugeri pada tahu 1700 M. Pangeran Sugeri yaitu putra Sultan Fatah (Sultan Banten). Anak danbapak ini hijrah, kemudianbergabung dgn Pangeran Jayakarta, karena mereka berselisih dgn saudaranya, Sultan Haji yg diangkat menjadi Penguasa Banten oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Mengingat Pangeran Jayakarta yaitu seorang pejuang, maka kelestarian Masjid Assalafiyah yg dibangunnya pun menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Segala bentuk pembangunan maupun perbaikan masjid menjadi wewenang Pemerintah Daerah DKI. Terutama renovasi terhadap cungkup makam Pangeran Jayakarta itu sendiri.

  Masjid Agung Tuban

Benda Pusaka

Pangeran Jayakarta dimakamkan bersebelahan dgn masjid yg didirikannya. Pada bangunan cungkup terdapat makam Pangeran Jayakarta itu sendiri dgn anak & cucunya, pula Pangeran Sugeri. Sedangkan, di halaman belakang masjid merupakan makam para andal waris keturunannya. Sampai sekarang tanah makam tersebut khusus diperuntukan bagi keturunannya.

Masjid ini memiliki beberapa benda pusaka, di antaranya sebuah tasbih & sebuah gobang. Konon kisah tasbih tersebut berciri terdapat mata uang VOC yg tengahnya berlubang. Sedangkan, pusaka yg berupa gobang, dahulunya lebih mirip selaku tanda perayaan jikalau ancaman tiba. Kini, kedua benda pusaka tersebut raib alias hilang tak dimengerti rimbanya.

Sedangkan, benda peninggalan yg ada dlm masjid tersebut yaitu keempat tiang penyangga yg menghubungkan menara atas, merupakan bangunan asli yang dibuat dr kayu jati asli.

Adapun menara itu sendiri mempunyai keunikan. Pada sisi tepi menara di dalamnya terdapat gesekan karakter Arab berupa sarang tawon. Kedua bentuk tersebut hingga sekarang tetap dipertahankan keasliannya.