Daftar Isi
Tertua di Kalimantan
Masjid Sultan Suriansyah adalah masjid tertua di Pulau Kalimantan. Pasalnya, masjid yg terletak di tepi Sungai Kuin, Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjar Kota, Kodya Banjarmasin ini dibangun antara tahun 1525-1550 M, pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama yg memeluk agama Islam.
Bangunan masjid tua yg berskala 26,1 x 22,6 m ini memiliki keunikan antara lain atapnya masih asli, cuma puncaknya yg mengalami pergeseran, diganti dlm bentuk kubah. Akan tetapi, wujud aslinya yakni atapnya yg berbentuk tumpang empat masih terlihat dgn terperinci.
Masjid tua ini saat belum dipugar, pada potongan atas atau puncaknya terdapat “sungkul” yg yang dibuat dr kayu ulin. Sungkul itu keadaannya masih baik walaupun usianya sudah empat abad lebih. Sungkul tersebut sekarang disimpan di Museum Lambung MangkUrat Banjar Baru, sekitar 35 km dr Banjarmasin.
Karena letaknya di tepi Sungai Kuin maka setiap mereka yg naik transportasi air, mirip bus air, longboat, maupun speedboat senantiasa melihat masjid tertua di Kalimantan ini. Jalan darat yg persis melalui tepi masjid, pula mempermudah para wisatawan berziarah ke masjid ini.
Apalagi letak Masjid Suriansyah ini pula tak terlalu jauh dr makam Sultan Suriansyah. Jaraknya hanya sekitar 500 meter sehingga para wisatawan yg berkunjung ke masjid selalu meluangkan ziarah ke makam Sultan Suriansyah. Atau, sebaliknya mereka yg duluanberziarah ke makam selalu meluangkan mengunjungi masjid karena letaknya memang tak terlalu jauh.
Cukup Banyak
Bagi wisatawan yg memasuki kompleks Masjid Sultan Suriansyah, sering berdecak kagum, terutama melihat peninggalan-peninggalan antik yg masih dapat disaksikan kendati usianya telah empat periode.
Barang-barang antik tersebut memang dekat relevansinya dgn sejumlah barang dr bagian masjid tertua tersebut. Peninggalan yg masih dapat disaksikan antara lain pada mimbar yg yang dibuat dr kayu ulin, salah satu kayu yg berkembang di Kalimantan & diketahui sebagai kayu yg paling berpengaruh. Orang awam menyebutnya “kayu besi”.
Pada lingkungan di wajah mimbar dihiasi kaligrafi aksara Arab bertuliskan kalimat thayyibah: laa ilaha illallah, Muhamaddur Rasulullah. Selain itu, pada bagian kanan terdapat tanggal yg berhubungan dengan
pembangunan Masjid Sultan Suriansyah, yaitu hari Selasa tanggal 27 bulan Rajab tahun 1296 H.
Peninggalan kuno yg pula masih dapat disaksikan ialah pada undak-undak di bawah daerah duduk mimbar yg jumlahnya sembilan buah dgn gesekan bermotif tanaman (tumbuh-tumbuhan). Sedangkan, pada tiap undakan terdapat gesekan medali berupa bunga.
Sejumlah daun pintu yg ada di masjid pula masih ada yg dipertahankan karena kondisinya memang masih baik. Pada daun pintu sebelah timur terdapat lima baris inskripsi Arab. Demikian pula daun pintu sebelah barat, terdapat inskripsi sebanyak lima baris.
Kendatipun sudah tua, eksistensi masjid ini makin penting, karena aktivitasnya tak kalah dgn aktivitas masjid lain yg ada di Kalimantan Selatan. Bahkan, dgn usianya yg ratusan tahun, keberadaan Masjid Sultan Suriansyah bagi para pelancong, terutama wisata ziarah, merupakan salah satu obyek wisata yg mesti dikunjungi.
Tentu saja kehadiran para pelancong ini pula memiliki pengaruh positif bagi warga lokal sebab bagaimanapun pula lingkungan & penduduk sekitar masjid akan “kecipratan” rupiah yg dikeluarkan para pelancong untuk membeli makanan, minuman, & ongkos transportasi.