Dibangun oleh Bupati Sedo Laut
Masjid Jami Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yg berlokasi di sentra kota Rembang ini merupakan salah satu kebanggaan masyarakat lokal. Dengan arsitektur bangunannya yg tampak megah & manis itu, menambah kesegaran kota Rembang yg terkenal selaku kota garam.
Masjid Jami Rembang ini oleh kaum muslimin lokal diyakini selaku salah satu masjid bersejarah yg ada di tanah Jawa. Dibangun pada era ke-18 oleh Bupati Rembang, Pangeran Sedo Laut. Tanah & pekarangan masjid yg terletak di Kampung Kauman Rembang ini pun merupakan wakaf dr Bupati Sedo Laut tersebut.
Jika ditelusuri sejarah hidupnya, Pangeran Sedo Laut itu tak saja dikenal rakyatnya sebagai bupati, melainkan pula sebagai ulama. Sebab, di tengah-tengah kesibukannya melaksanakan tugas selaku bupati, ia masih meluangkan diri untuk mengaji & mengajarkan agama Islam di masjid yg dibangunnya itu setiap usai shalat asar. Kaum muslimin yg mengikuti pengajian pun senantiasa luber sehingga menciptakan ia sungguh akrab dgn rakyatnya.
Mengapa pendiri Masjid Jami Rembang tersebut dijuluki selaku Bupati Sedo Laut? Karena hampir setiap hari, kecuali bila berhalangan, ia senantiasa berkujung ke pinggir Laut Rembang. Dan kebetulan, kota Rembang sendiri dengan-cara geografis termasuk kawasan pantura (pantai utara) Laut Jawa. Sedangkan, motivasi Pangeran Sedo Laut pergi ke pantai itu yaitu dlm rangka mandi & melaksanakan shalat tahajud di sana.
Di samping itu, pada waktu-waktu tertentu, bupati yg gemar melaksanakan plesir di pinggir maritim itu pula kerap menyelenggarakan perjumpaan dgn Nabi Khidir. Wallohu a’lam.
Karena begitu gemarnya plesir & mandi di laut, pendiri Masjid Jami Rembang itu pun menemui ajalnya di bahari. Ceritanya, seperti biasa bupati yg gemar shalat tahajud di tepi bahari ini sedianya akan pulang ke Ndalem Kadipaten bila waktu shalat subuh sudah datang. Namun, pada subuh 27 Rabi’ul Awal itu sang bupati tak kunjung pulang sampai pagi & siang harinya. Akhirnya, oleh Punggawa Ndalem dgn dibantu penduduk setempat mengadakan penelusuran. Setelah ditemukannya, Pangeran Sedo Laut kedapatan sudah dlm kondisi tak bernyawa lagi alias sudah wafat. Diperkirakan ia mati tenggelam ketika sedang mandi di laut.
Bupati yg sudah banyak berjasa, terutama pada umat Islam Rembang ini, oleh masyarakat setempat & keluarganya kemudian dimakamkan di Kompleks Masjid Jami Rembang, tepatnya di belakang pengimaman masjid.
Sedangkan, untuk melestarikan amal jariahnya, pada tahun 1994 bangunan masjid bersejarah peninggalannya itu direnovasi oleh Pemerintah Daerah Rembang tolong-menolong umat Islam setempat. Renovasi tersebut di¬targetkan menelan biaya sebesar Rp800 juta.
Dan, sebab renovasi itulah sehingga bila dilihat dr arah depan, masjid kuno yg mengandung nilai-nilai sejarah tersebut tampak selaku bangunan terbaru. Tetapi, jikalau kita masuk ke ruang utama masjid maka di sana kita akan memperoleh bekas-bekas peninggalan bersejarah yg masih terlihat jelas kekunoannya. Antara lain, berbentukempat tiang penyangga utama masjid yg yang dibuat dr kayu jati tua berukuran besar & tinggi, mimbar khotbah kuno berukir motif Jepara pula dr kayu jati, langit-langit (plafon) masjid, serta blandar mihrab pengimaman masjid.
Di samping bukti-bukti di atas, bukti lain yaitu keberadaan Masjid Jami Rembang yg terletak di sebelah barat alun-alun ini merupakan ciri khas penataan kota di Jawa tempo dulu yg terpisahkan dr sentra pemerintahan kadipaten, pohon beringin, serta alun-alun.
Karena letaknya yg sangat strategis di jantung kota Rembang itulah sehingga bila tiba waktu shalat, masjid ini selalu dipadati oleh umat Islam yg akan menunaikan shalat berjamaah di masjid ini, baik jamaah dr golongan pegawai negeri, swasta, belum dewasa sekolah, penarik becak, maupun para musafir yg sedang singgah di Terminal Bus Rembang. Karena kebetulan, masjid ini letaknya berdekatan dgn terminal bus, kurang lebih 100 meter ke arah selatan. Kegiatan lain yg memeriahkan masjid ini yaitu pengajian selapanan yg diselenggarakan oleh penduduk se-Kabupaten Rembang.