wargamasyarakat.org, – Heat (dalam Bahasa Indonesia: Panas) Kalor yaitu jumlah energi yang mengalir secara impulsif dari benda yang lebih hangat ke yang lebih hambar. Lebih umum lagi, kalor muncul dari banyak pergantian skala mikroskopis pada benda-benda, dan mampu didefinisikan selaku jumlah energi yang ditransfer yang tidak termasuk pekerjaan makroskopis dan pengalihan sebagian dari objek itu sendiri.
Kalor ialah konsekuensi gerakan mikroskopis partikel. Ketika panas ditransfer antara dua benda atau tata cara, energi partikel objek atau sistem meningkat. Karena hal ini terjadi, susunan antara partikel menjadi lebih dan lebih tidak teratur. Dengan kata lain, panas berafiliasi dengan desain entropi.
Daftar Isi
SATUAN
Sebagai bentuk, satuan Kalor (energi panas) yakni unit joule (J) di International System of Unit (SI). Namun, di banyak bidang terapan di bidang teknik British thermal unit (BTU) dan kalorinya sering dipakai. Unit standar untuk laju panas yang ditransfer adalah watt (W), yang didefinisikan selaku satu joule per detik.
Jumlah total energi yang ditransfer sebagai panas secara konvensional ditulis selaku Q (Quantity/Kuantitas) untuk tujuan aljabar. Panas/kalor yang dilepaskan oleh sebuah metode ke dalam lingkungannya ialah dengan konvensi kuantitas negatif (Q <0); Ketika sistem menyerap panas dari sekitarnya, positif (Q> 0).
KALOR LATEN
Kalor laten (Bahasa Inggris: Latent Heat) yaitu energi termal yang dilepaskan atau diserap, oleh badan atau tata cara termodinamika, selama proses suhu konstan – biasanya ialah transisi fase orde pertama.
Kalor laten mampu diketahui selaku energi panas dalam bentuk tersembunyi yang disuplai atau diekstraksi untuk mengganti keadaan suatu zat tanpa mengganti suhunya. Contohnya yaitu Kalor laten fusi dan Kalor laten penguapan yang terlibat dalam pergeseran fasa, yakni sebuah zat yang mengembun atau menguapkan pada suhu dan tekanan yang ditentukan.
Istilah ini diperkenalkan sekitar tahun 1762 oleh hebat kimia Inggris Joseph Black. Ini berasal dari bahasa Latin latere (tersembunyi).
Berbeda dengan Kalor laten, kalor/panas yang masuk logika melibatkan transfer energi yang menciptakan perubahan suhu pada tata cara.
HUBUNGAN ANTARA SUHU DENGAN KALOR (PANAS)
Istilah temperatur atau suhu udara dan tekanan tolok ukur (Inggris: standard temperature and pressure, disingkat STP) ialah sebuah kondisi persyaratan yang dipakai dalam pengukuran eksperimen. Temperature yaitu kondisi panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajad panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Sebelum ditemukannya hukum termodinamika, jumlah energi yang ditransfer sebagai Kalor diukur dengan perubahan di bab badan yang aktif.
Sebagian besar tubuh, pada rentang suhu yang paling, bermetamorfosis dipanaskan. Sebagian besar, memanaskan tubuh dengan volume konstan mengembangkan tekanan yang diberikannya pada dinding penghambatnya, dan mengembangkan suhunya. Juga kebanyakan, memanaskan badan pada tekanan konstan akan memajukan volumenya, dan mengembangkan suhunya.
Di luar ini, kebanyakan zat memiliki tiga keadaan zat, padat, cair, dan gas biasa, dan yang keempat kurang dikenal, plasma. Banyak yang mempunyai lebih jauh, lebih banyak dibedakan, keadaan bahan, mirip contohnya kaca, dan kristal cair. Dalam banyak kasus, pada suhu dan tekanan tetap, zat mampu ada di beberapa keadaan bahan yang berlawanan dalam apa yang mungkin dipandang selaku ‘tubuh’ yang sama. Misalnya, es mampu mengambang di segelas air. Kemudian es dan air dibilang membentuk dua fase di dalam ‘tubuh’. Aturan niscaya dimengerti, menceritakan bagaimana fase yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam ‘badan’. Sebagian besar, pada tekanan tetap, ada suhu yang pasti dimana pemanasan menjadikan padatan meleleh atau menguap, dan suhu yang pasti dimana pemanasan mengakibatkan cairan menguap. Dalam masalah tersebut, pendinginan mempunyai efek sebaliknya.
Semua ini, perkara yang paling umum, sesuai dengan peraturan bahwa pemanasan dapat diukur dengan pergeseran keadaan tubuh. Kasus mirip itu menyuplai apa yang disebut tubuh termometrik, yang memungkinkan definisi suhu empiris. Sebelum 1848, semua suhu didefinisikan dengan cara ini. Dengan demikian ada korelasi yang akrab, yang sepertinya secara logis diputuskan, antara panas dan suhu, walaupun mereka dikenali secara konseptual secara menyeluruh berbeda, utamanya oleh Joseph Black di masa kedelapan belas.