Legenda Gunung Bagus Bahasa Jawa

Cerita rakyat terjadinya Gunung Bagus cukup melegenda di kalangan penduduk Jawa.

Meskipun legenda gunung bagus tak seterkenal dgn terbentuknya Gunung Tangkupan Perahu yg menceritakan ihwal Sangkuriang.

Namun, kisah rakyat ini cukup menarik untuk di ketahui. Terlebih gunung bagus menjadi salah satu wisata alam sekaligus tempat ritual budaya Desa Giring.

Gunung Bagus menjadi booming pada tahun 2018, pastinya karena keindahan alamnya yg memukau.

Terlepas dr keindahan alamnya, ternyata gunung bagus menyimpan misteri terkait asal usulnya.

Seperti apa legenda gunung bagus? Darimana asal seruan nama bagus tersebut? Simak pembahasannya.

Daftar Isi

Legenda Gunung Bagus

Ada banyak versi yg menceritakan legenda gunung ini. Namun, kami mengambil dongeng yg paling lazim dr beberapa sumber.

Kisah Cinta Gusti Rara Pembayun & Jaya Ketok

Pada zaman dahulu ada Kerajaan Mataram yg di pimpin oleh seorang raja bernama Gusti Sultan Agung.

Pada dikala itu, Kerajaan Mataram mempunyai wilayah kecil yg disebut Rangga.

Salah satu wilayah kecil tersebut bernama Blimbing. Pemimpin daerahnya disebut Rangga Blimbing.

Seluruh wilayah yg dlm kekuasaan Kerajaan Mataram wajib mengeluarkan uang upeti pada Raja.

Rangga Blimbing selaku pemimpin kawasan sering meminta anaknya untuk menemani ke Kerajaan Mataram untuk memberi upeti pada Raja.

Putra Rangga Blimbing berjulukan Jaya Ketok. Jaya Ketok sungguh bahagia sekali di ajak ayahnya ke istana karena bisa berjumpa putri Raja.

Nama anak raja Mataram yaitu Gusti Rara Pembayun. Bukan hanya Jaya Ketok yg menggemari putri raja.

Putri raja sendiri pula menggemari Jaya Ketok karena ketampanannya. Keduanya tak dapat menyampaikan korelasi mereka pada Gusti Sultan.

Cintanya Tidak Direstui

Pada kesannya Gusti Sultan mengetahui hubungan mereka. Dan meminta untuk mengakhirinya.

Gusti Sultan pula meminta Rangga Blimbing agar anaknya tak menjalin relasi dgn Gusti Rara.

Namun, kedua pasangan ini tetap menjalin korelasi membisu-membisu. Sayangnya Gusti Sultan Agung mengetahui relasi mereka.

Gusti Sultan Agung murka yg mengenali relasi keduanya. Dan meminta para tentara untuk menyerang Blimbing.

Tentara Mataram belum berhasil mengalahkan tentara Blimbing. Namun sebelum itu, Gusti Sultan Agung meminta Belanda untuk menolong Mataram.

Belanda baiklah, tetapi dgn syarat Gusti Rara mesti menikah dgn pemimpin tentara Belanda.

Jaya Ketok Tewas

Atas pertolongan Belanda, Mataram berhasil mengungguli perang melawan Blimbing. Jaya Ketok meninggal di tangan Belanda.

Mendengar berita Jaya Ketok meninggal, Gusti Rara sungguh sedih. ia tak tahu bahwa ayahnya sudah mengontrol pernikahannya dgn pemimpin tentara Belanda.

Setelah mengetahuinya, Gusti Rara menolak pernikahan tersebut. Belanda yg mengenali penolakan Gusti Rara marah & menyerang Kerajaan Mataram.

Selir Baru Raja

Gusti Sultan menyembunyikan keluarganya di desa Kedunglumbu. Di desa tersebut ada seorang gadis elok.

Karena kecantikannya, Gusti Sultan Agung jatuh cinta dgn gadis tersebut. Gusti Sultan memutuskan untuk mengakibatkan si gadis sebagai selirnya.

Sebagai rakyat biasa, gadis tersebut tak dapat menolak lamaran raja Kerajaan Mataram.

Ratu Kerajaan Mataram pula mendapatkan gadis tersebut selaku selir Gusti sultan Agung.

Setelah menyebabkan gadis manis sebagai selir, ia hamil. Pada ketika yg sama istri Gusti Sultan Agung atau Ratu Kerajaan Mataram pula hamil.

Kelahiran Jaka Bagus & Jaka Trenggana

Sang selir melahirkan lebih dahulu, selang sementara waktu sang ratu pula melahirkan. Ratu & selir sama-sama melahirkan bayi lelaki.

Anak ratu kerajaan Mataram berjulukan Jaka Trenggana & anak selirnya bernama Jaka Bagus.

Gusti Sultan Agung memperlakukan mereka dgn sama rata. Meskipun Jaka Bagus anak selir, ia mendapat kasih sayang yg sama seperti Jaka Trenggana.

Jaka Trenggana & Jaka Bagus tumbuh menjadi pria yg baik. Keduanya saling membantu satu sama lain layaknya saudara kebanyakan.

Jaka Bagus Terkena Penyakit

Suatu hari Jaka Bagus menderita penyakit yg aneh. Hal ini menciptakan Gusti Sultan Agung sungguh sedih.

Dia mendatangkan banyak tabib dr aneka macam tempat. Namun tak ada yg bisa menyembuhkan penyakit Jaka Bagus.

Suatu hari Gusti Sultan Agung menjinjing Jaka Bagus ke desa Giring di wilayah Gunung Kidul untuk mendapat pengobatan.

Dia meminta sumbangan Ki Ageng Wonoboyo untuk menyembuhkan penyakit Jaka Bagus sekaligus menitipkannya.

Ki Ageng Wonoboyo mendapatkan tugas tersebut karena hal itu perintah raja yg mesti di jalankan.

Selain itu, Gusti Sultan masih memberi Ki Ageng Wonoboyo titah.

Jika Jaka Bagus tak dapat di selamatkan, maka Gusti Sultan Agung meminta semoga jasadnya di makamkan di puncak bukit yg tinggi.

Namun bila Jaka Bagus sembuh, maka Ki Ageng Wonoboyo masih di beri peran untuk mengasuhnya hingga cukup umur.

Ki Ageng Wonoboyo di ingatkan untuk betul-betul melaksanakan perintah raja.

Setelah itu, Ki Ageng Wonoboyo berupa keras untuk mengerjakan aneka macam pengobatan Jaka Bagus.

Ki Ageng pula mengumpulkan beberapa orang yg mahir di bidang pengobatan untuk mengobati Jaka Bagus.

Jaka Bagus Meninggal

Setelah berbagai upaya, Ki Ageng cukup bahagia karena kondisi Jaka Bagus yg membaik.

Namun keesokan harinya keadaan Jaka Bagus memburuk. Ki Ageng tetap berupaya memperlihatkan pengobatan terbaiknya.

Sampai pada karenanya Jaka Bagus meninggal. Sesuai dgn titah raja, jasad Jaka Bagus di makamkan di bukit tertinggi Desa Giring.

Setelah itu, Ki Ageng Wonoboyo menghadap Gusti Sultan Agung untuk menenteng kabar murung.

Terbentuknya Gunung Bagus

“Ampun Gusti Sultan Agung, maafkan hamba yg tak dapat mengobati Jaka Bagus dgn baik.

Jaka Bagus tak dapat hamba tolong & sudah hamba makamkan di bukit tertinggi desa Giring.

Hamba siap mendapatkan hukuman atas kegagalan hamba dr Gusti Sultan Agung”. Kata Ki Ageng Wonoboyo.

Namun hal yg tak terduga terjadi. Gusti Sultan menerima realita bahwa salah satu putranya meninggal dgn lapang dada. Gusti Sultan berkata:

“Tidak apa-apa Ki Ageng, jangan terlalu bersedih. Mungkin ini sudah takdir Jaka Bagus yg tak berumur panjang”.

Kejadian ini mungkin lebih baik untuk masa depan Kerajaan Mataram.

Jika Jaka Bagus sembuh & akil balig cukup akal, bukan hal yg tak mungkin bila terjadi kericuhan di Mataram.

Karena yg saya angkat menjadi penggantiku yakni putraku yg lebih muda yakni Trenggana bukan Jaka bagus”. Kata Gusti Sultan.

Perlahan Ki Ageng Wonoboyo mengerti kenapa sejak permulaan Gusti Sultan menitipkan Jaka Bagus bila ia sembuh.

Hal ini lantaran Gusti Sultan tak mau ada kudeta di Kerajaan Mataram lantaran memiliki dua putra laki-laki yg usianya sebaya.

Akhirnya gunung yg ada di tempat makam Jaka Bagus di namakan Gunung Bagus. Hingga dikala ini Gunung tersebut masih ada & kerap di datangi oleh orang-orang untuk berziarah ke makam Jaka Bagus.

Baca Juga : Cerita Gunung Bromo dlm Bahasa Jawa

Legenda Gunung Bagus Bahasa Jawa

Karena Gunung Bagus berada di provinsi Yogyakarta, tak jarang pula ada yg membuat dlm versi bahasa Jawa.

Seperti ini legenda gunung bagus dlm bahasa jawa.

Gusti Rara Pembayun lan Jaya Ketok

Ing jaman biyen ana Karajaan Mataram sing di pimpin raja yaiku Gusti Sultan Agung.

Karajaan Mataram duwe dhaerah cilik arane yaiku Rangga. Salah sijining dhaerah cilik kasebut jenenge Blimbing. Pemimpin dhaerahe jenenge Rangga Blimbing.

Sakabehane dhaerah sing dadi panguwasane Karajaan Mataram wajib menehi upeti marang raja.

Rangga Blimbing minangka pamimpin dhaerah kerep njaluk putrane supaya melu dheweke menyang Kerajaan Mataram kanggo menehi upeti marang raja.

Putrane Rangga Blimbing jenenge Jaya Ketok. Jaya Ketok seneng banget di ajak bapake menyang kraton amarga bisa ketemu karo putri raja.

Jenenge anake raja yaiku Gusti Rara Pembayun. Ora mung Jaya Ketok sing seneng karo putri.

Putri dhewe uga seneng marang Jaya Ketok amarga bagus rupane. Kekarone ora bisa nyritakake hubungane karo Gusti Sultan.

Nanging akhire Gusti Sultan ngerti yen kalorone duwe relasi. Lan dhawuh kanggo ngakhiri korelasi kasebut.

Gusti Sultan uga dhawuh marang Rangga Blimbing supaya putrane ora gawe hubungan karo Gusti Rara.

Nanging, kalorone pasangan kasebut isih duwe korelasi. Gusti Sultan Agung ngerti kekerabatan iku.

Gusti Sultan Agung murung nalika ngerti hubungane wong loro mau. Lan njaluk prajurit nyerang dhaerah Blimbing.

Tentara Mataram durung iso kasil ngalahake tentara Blimbing. Sadurunge iku, Gusti Sultan Agung njaluk pitulungan marang Belanda.

Belanda setuju nanging ana syarate yaiku Gusti Rara kudu rabi karo pimpinane tentara Belanda.

Kanthi pemberian Belanda, Mataram mampu menang perang nglawan Blimbing. Jaya Ketok mati ing tangan Belanda.

Krungu kabar yen Jaya Ketok wis seda, Gusti Rara sedhih banget. Dheweke ora ngerti yen bapake wis ngatur pernikahane karo pimpinan tentara Belanda.

Sawise ngerti, Gusti Rara ora gelem rabi. Wong Belanda sing ngerti Gusti Rara nolak lamarane banjur nesu lan nyerang Kerajaan Mataram.

Jaka Bagus lan Jaka Trenggana Lahir

Gusti Sultan ndhelikake keluargane ing desa Kedunglumbu. Ing desa kono ana bocah wadon kang ayu.

Amarga ayu, Gusti Sultan Agung tresna marang bocah wadon iku. Gusti Sultan mutusake supaya bocah wadon iku dadi selir dheweke.

Minangka warga biasa, bocah wadon mau ora mampu nolak lamarane Raja Mataram.

Ratu Kerajaan Mataram uga nampa bocah mau dadi selire Gusti Sultan Agung.

Sawise rabi karo bocah kasebut, selire dadi ngandhut. Ing wektu sing padha, garwane Gusti Sultan Agung utawa ratu Karajaan Mataram uga ngandhut.

Selir raja nglairake luwih dhisik, sawise sawetara wektu iku ratu uga nglairake. Ratu lan selir padha nglairake bayi lanang.

Putrane Ratu Kerajaan Mataram jenenge Jaka Trenggana lan putrane selir jenenge Jaka Bagus.

Gusti Sultan Agung ora beda-bedaaken kalorone anake. Sanadyan Jaka bagus iku putrane selir. Dheweke entuk rasa tresna sing padha karo Jaka Trenggana.

Jaka Trenggana lan Jaka Bagus dadi bocah kang becik. Loro-lorone padha tulung tinulung kaya sedulur.

Dhumadine Gunung Bagus

Ing sawijining dina, Jaka Bagus nandhang penyakit abnormal. Iki ndadekake Gusti Sultan Agung sedhih banget.

Dheweke nekakake tabib saka sakabehane panggonan. Nanging ora ana sing mampu nambani penyakite Jaka Bagus.

Ing sawijining dina, Gusti Sultan Agung ngajak Jaka Bagus menyang desa Giring ing tlatah Gunung Kidul kanggo di obati.

Dheweke njaluk tulung marang Ki Ageng Wonoboyo kanggo nambani penyakite Jaka Bagus uga nitipake dheweke.

Ki Ageng Wonoboyo nampa peran kasebut amarga prentah sing kudu di tindakake dening Raja.

Kajaba iku Gusti Sultan isih dhawuh marang Ki Ageng Wonoboyo. Yen Jaka Bagus ora mampu slamet, banjur Gusti Sultan Agung njaluk supaya jasade di kubur ing pucuk gunung sing dhuwur.

Nanging yen Jaka Bagus waras, Ki Ageng Wonoboyo isih di paringi tugas ngasuh Jaka Bagus nganti diwasa.

Ki Ageng Wonoboyo di wanti wanti kanthi eling supaya nindakake dhawuhe raja.

Sakwise kuwi, Ki Ageng Wonoboyo sregep nindakake perawatan kanggo Jaka Bagus.

Ki Ageng uga nglumpukake sawetara wong sing jago babagan obat kanggo nambani Jaka Bagus.

Sawise ngelakoni upaya, Ki Ageng rada seneng amarga kahanane Jaka Bagus wis apik.

Nanging sesuke kahanane Jaka Bagus tambah parah. Ki Ageng tetep nyoba menehi perawatan sing paling apik.

Nganti pungkasane Jaka Bagus seda. Salaras karo dhawuhe Gusti Sultan. jasade Jaka Bagus di kubur ing gunung paling dhuwur sing ana ing Desa Giring.

Sawise iku, Ki Ageng Wonoboyo nemoni Gusti Sultan Agung nggawa kabar kang sedhih.

“Pangapuntene Gusti, kulo nyuwun pangapunten amarga kulo mboten saget ngrawat Jaka Bagus kanthi sae.

Jaka Bagus ora bisa kula tulung banjur daksarekake ing puncake gunung desa Giring.

Kulo siap nampi paukuman saking Gusti Sultan Agung”. Ujare Ki Ageng Wonoboyo.

Nanging ana kedadeyan sing ora di sangka. Gusti Sultan nampi kahanan kasebut yen salah siji putrane seda. Gusti Sultan ngandika:

“Mboten napa-napa Ki Ageng, sampun sedhih panjenengan. Menawi menika takdire Jaka Bagus umure mboten dowo.

Kedadeyan iki bisa uga luwih apik kanggo masa depane Kerajaan Mataram.

Yen Jaka Bagus wis waras lan gedhe ora mokal yen ana geger ing Mataram.

Amarga sing daktetepake dadi penggantiku anakku sing ragil yaiku Trenggana dudu Jaka Bagus”. Ujare Gusti Sultan.

Alon-alon Ki Ageng Wonoboyo ngerti sebabe kenapa Gusti Sultan masrahake Jaka Bagus yen wis sehat marang dheweke.

Iki amarga Gusti Sultan ora pengin ana perebutan kekuwasaan ing Kerajaan Mataram. Amarga duwe putra loro sing umure meh padha.

Akhire gunung ing tlatah makame Jaka Bagus diarani Gunung Bagus. Nganti saiki gunung kasebut isih ana lan asring di tekani wong kanggo ziarah ing pasareyane Jaka Bagus.

Penutup

Nah, itulah kisah rakyat terbentuknya gunung bagus. Gunung tersebut di ambil dr nama Jaka Bagus yg dikala itu di makamkan di puncak gunung.

  Penerapan Ragam Hias