Cerita rakyat Roro Mendut atau Rara Mendut terbilang cerita yg cukup melegenda.
Kisah ini menceritakan ihwal seorang perempuan sungguh anggun yg di kagumi banyak orang.
Tak secantik parasnya, kisah hidup Roro Mendut tak berakhir senang.
Ceritanya terbilang cukup tragis alasannya di tamat hayatnya ia memutuskan untuk bunuh diri.
Nah, kira-kira apa yg menciptakan Rara Mendut memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri?
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya sehingga menjadi legenda? Simak ceritanya berikut ini.
Daftar Isi
Cerita Rakyat Roro Mendut
Zaman dahulu di wilayah Kesultanan Mataram yg di pimpin Sultan Agung, ada desa nelayan berjulukan Teluk Cikal.
Di desa tersebut ada seorang gadis bagus rupawan anak dr nelayan yg berjulukan Roro Mendut.
Selain bagus rupawan, Roro di kenal sebagai gadis yg teguh pada pendiriannya.
Teryata gadis manis ini sudah memiliki kekasih yg ganteng dr desa seberang. Kekasih Roro berjulukan Pranacitra, anak dr Nyai Singabarong yg kaya raya.
Meskipun sudah memiliki kekasih, banyak laki-laki yg masih berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Bahkan banyak pula laki-laki yg melamar Roro.
Namun, Roro dgn tegas menolak lamaran para laki-laki yg menyukainya.
Dengan lantang Roro menyatakan bahwa ia sudah mempunyai kekasih & menutup pintu hati untuk laki-laki lain.
Adipati Pragolo II Melamar Roro Mendut
Seiring berjalannya waktu, keayuan Roro Mendut terdengar oleh penguasa Kadipaten Pati.
Nama penguasa tersebut ialah Adipati Pragolo II, ia berniat menimbulkan Roro sebagai selirnya.
Tanpa mengulur waktu, sang Adipati langsung melamarnya. Namun dgn tegas Roro menolak lamaran penguasa Kadipaten Pati.
Rara Mendut tetap setia menyayangi kekasihnya yg tampan. Meskipun di lamar sang penguasa, ia tetap tak terpesona.
Sang Adipati tak mengalah, ia terus menerus tiba ke tempat tinggal Rara untuk membujuknya menjadi selir.
Namun, berkali-kali pula Rara Mendut menolak lamaran sang Adipati.
Roro Mendut Diculik
Hingga suatu hari, Pranacitra kekasih Rara kesal lantaran sang Adipati terus menerus mengganggu kekasihnya.
Tanpa rasa takut, dgn lantang Pranacitra menantang sang Adipati bertandingdengannya.
Adipati murka dgn tantangan yg di berikan Pranacitra & meminta pengawalnya untuk menculi Roro Mendut.
Di waktu pagi tatkala Roro yg anggun sedang menjemur ikan asin, pengawal Adipati datang, sambil berkata:
“Dasar pengecut, melawan kekasihku saja tak berani! Tak sudi gue ikut ke Keraton & menjadi selir Adipatimu!” Ucap Roro dgn bunyi lantang & berani.
“Tugas kami yaitu membawamu ke Keraton! Kami akan membawamu dengan-cara paksa ke Keraton”. Jawab sang pengawal sambil menarik tangan Roro dgn garang.
“Lepaskan aku! Lepaskan saya! Aku tak akan pernah mau menjadi selir Adipatimu!”. Teriak Roro sambil meronta-ronta kesakitan karena di bawa dengan-cara bergairah.
Pengawal Adipati menenteng Roro dgn paksa, mulutnya di bekap dgn kain sehingga tak mampu berteriak.
Tangannya terus di tarik dgn kasar & di paksa untuk naik kereta kuda.
Terjadi Keributan di Kadipaten Pati
Ketika tiba di Keraton, Roro Mendut di pingit dlm Puri Kadipaten Pati.
Disana Roro di jaga oleh seorang dayang bernama Genduk Duku & Ni Semangka.
Selama Roro di pingit, di dlm Kadipaten Pati sedang terjadi kericuhan. Sultan Agung menuding Adipati Pragolo II sebagai pemberontak.
Alasannya karena sang Adipati tak mengeluarkan uang pajak atau upeti pada Kesultanan Mataram. Karena itu, Sultan Agung menyerang penguasa Kadipaten Pati.
Namun, Sultan Agung tak mampu menyerang Adipati Pragolo II lantaran di sedang menggunakan baju zirah atau kere waja.
Baju zirah sang Adipati terkenal sakti lantaran mampu mencegah aneka macam serangan dr senjata apapun.
Ki Nayadarma sang abdi pemegang payung Sultan yg mengetahui hal ini secepatnya mengambil tindakan.
“Baik abdiku, gue mengizinkanmu menghadapi Adipati Pragolo II. Tolong bantu gue untuk mengalahkan sang pemberontak ini”. Jawab sang Sultan.
Dengan memakai tombak pusaka Baru Klinting, Ki Nayadarma menyerang Adipati Pragolo II. Namun, sang Adipati masih dapat menghalangi serangan Ki Nayadarma.
Ketika Adipati Pragolo II sedang lengah, Ki Nayadarma dgn gesit menyerang pecahan tubuh Adipati yg tak di lindungi baju zirah.
Ki Nayadarma menyerang Adipati menggunakan tombak pusaka Baru Klinting. Saat itu pula Adipati Pragolo II tewas di tangan Ki Nayadarma.
Roro Mendut Ingin Dijadikan Selir Tumenggung Wiraguna
Setelah pertarungan antara Keraton Mataram dgn Kadipaten Pati yg menewaskan Adipati Pragolo II.
Prajurit Mataram secepatnya merampas harta Kadipaten Pati dgn menggeledah seisi istana. Prajurit tersebut di komandani panglima perang Keraton Mataram yakni Tumenggung Wiraguna.
Ketika menggeledah Kadipaten Pati, Tumenggung Wiraguna memperoleh Roro Mendut di Puri Kadipaten Pati.
Seketika itu, pada pandangan pertama sang panglima pribadi jatuh hati pada Roro.
Sang panglima dgn sigap memberi penawaran pada Roro untuk menjadi selirnya & tinggal di Mataram.
Namun, Roro Mendut dgn tegas menolak lamaran sang panglima perang Tumenggung Wiraguna.
Panglima terus berupaya membujuk Roro dgn memberi penawaran yg mempesona.
Dengan tegas & lantang Roro menolak & menyatakan bahwa ia mempunyai kekasih.
Sikap Roro yg keras kepala & teguh pendirian ini menciptakan sang Panglima murka sehingga ia mengancamnya.
Roro Mendut tak takut dgn ancaman sang panglima. ia berkata:
“Aku sama sekali tak takut dgn ancamanmu! Akan gue bayar upeti Adipati yg menunggak! Tapi ananda harus menjauh dariku & jangan timbul lagi di depanku lagi! Aku tak sudi melihatmu!”. Jawab Roro sambil membentak.
“Baik jika itu pilihanmu! Selama belum lunas, ananda harus tinggal denganku di Keraton Mataram”. Jawab Tumenggung Wiraguna.
Akhirnya Roro Mendut tinggal di Keraton Mataram dgn di jaga pengawal Tumenggung & dayangnya.
Di dlm istana, Roro bertemu dgn dua selir Tumenggung Wiraguna yg lain yaitu Nyai Ajeng & Putri Arumardi.
Roro Mendut Menjual Rokok
Kekasih Roro memang kaya raya, sehingga bisa saja ia mendapatkan duit dgn simpel tatkala meminta pada kekasihnya.
Namun Roro mempunyai pendirian untuk menuntaskan seluruhnya sendiri tanpa menyibukkan siapapun.
Demi membayar upeti Kadipaten Pati yg di bebankan ke dirinya, ia memasarkan rokok tembakau.
Roro memberikan dagangannya pada setiap orang yg ia temui. Beruntungnya beliau, karena rokok yg di jual laku manis.
Banyak orang yg membeli jualan Roro karena terpesona oleh kecantikannya. Bahkan para pria rela mengeluarkan uang rokok bekas isapan Roro Mendut.
Pada sebuah hari, Pronocitro kekasih Roro tiba menemuinya. ia membawakan duit biar Roro mengeluarkan uang upeti yg di bebankan padanya.
Namun, Roro menolak santunan dr kekasihnya. ia beralasan tak ingin menyibukkan kekasihnya.
Karena menolak bantuannya, Pranacitra kemudian menimbang-nimbang jalan keluar semoga kekasihnya mampu keluar dr Keraton Mataram.
Rara Mendut menjajal minta santunan pada selir Tumenggung & mengatakan bahwa ia ingin keluar dr Keraton Mataram.
Mendengar hal tersebut, Nyai Ajeng & putri Arumardi mendukung keputusan Roro untuk keluar istana.
Mereka pula memikirkan cara biar Roro lepas dr pengawasan para pengawal Tumenggung Wiraguna.
Dan sesungguhnya mereka tak sepakat jikalau Tumenggung hendak memiliki selir gres.
Rencana Kabur dr Mataram
Setelah berpikir, kesannya Nyai Ajeng & Putri Arumardi menemukan pandangan baru.
Mereka mempersiapkan untuk menciptakan keributan di malam hari. Tujuannya biar para pengawal lengah dlm pengawasannya.
“Baik Nyai & Putri, gue akan segera memberi tahu planning ini pada kekasihku”. Jawab Roro Mendut sambil menangis lantaran sudah di bantu.
Keesokan harinya, seperti hari lazimRoro keluar istana untuk menjual rokok & bertemu dgn kekasihnya dengan-cara membisu-diam.
Sesuai dgn rencana Putri Arumardi, Roro meminta kekasihnya yakni Pronocitro untuk menanti di luar istana tatkala petang.
Malam hari sudah tiba, rencana akan dikerjakan. Nyai Ajeng & Putri Arumardi pura-pura berseteru untuk memperebutkan Panglima Tumenggung Wiraguna.
Ketika kericuhan terjadi, Roro bergegas kabur melewati pintu belakang untuk bertemu kekasihnya.
Mereka berdua kemudian menuju Desa Teluk Cikal untuk berjumpa ayah Roro. Sesampai di Desa Teluk Cikal, Pranacitra berniat menikahi Roro agar tak ada yg mengganggunya lagi.
Namun rencana mereka berhasil di gagalkan para pengawal Tumenggung. Mereka tertangkap para pengawal yg dr permulaan sengaja mengikuti mereka membisu-diam.
Para pengawal bermaksud membawa Roro kembali ke Keraton Mataram. Pranacitra yg ada disana berupaya keras untuk melawan para pengawal Tumenggung.
Karena terlalu banyak, Pranacitra gagal melawan para pengawal. Pranacitra kemudian di bawa ke sebuah tempat lalu di bunuh oleh pengawal Tumenggung sesuai perintahnya.
Roro Di Paksa Menjadi Selir Tumenggung Wiraguna
Setelah membunuh Pranacitra, Tumenggung memaksa Roro untuk menjadi selirnya. Namun seperti biasa, dgn tegar Roro menolak.
“Beraninya ananda melawanku! Apa ananda kira kekasihmu akan kesini & menyelamatkanmu?”. Ucap Panglima Tumenggung dgn menjambak rambut Roro.
“Tentu saja ia akan datang menyelamatkanku! Bahkan ia tak ragu untuk membunuhmu jika ananda menyentuhku!”. Jawab Roro dgn tegas & bersuara lantang.
“Tapi Roro, ananda harus tau bahwa kekasihmu sudah gue bunuh! Itulah eksekusi untuk orang keras kepala sepertimu.” Ucap Tumenggung dgn senyuman licik.
“Aku yakin kekasihku masih hidup! Pranacitra akan menyelamatkanku! Aku tak percaya dgn omong kosongmu itu!”. Lawan Roro tanpa rasa takut.
“Jika ananda tak percaya, gue akan membawamu ke jasad kekasih yg sangat kamu-sekalian cintai itu”. Ajak Tumenggung.
Roro menerima undangan Tumenggung. Tatkala Roro menyaksikan jasad kekasihnya itu, ia eksklusif lemas & jatuh tersungkur.
Dia tak percaya bahwa kekasihnya sudah meninggal. Roro pun menangis histeris atas kepergian kekasihnya.
“Sudahlah Roro, tak ada gunanya ananda menangisi kekasihmu yg telah tiada! Kita lewati saja tempat ini & jadilah selirku! Aku jamin hidupmu akan bahagia”. Ucap Tumenggung sambil tertawa licik.
“Setelah membunuh kekasihku, ananda pikir gue mau menjadi selirmu? Sampai kapanpun, bahkan hingga ajalku tiba gue tak akan menjadi selirmu! Perbuatan keji ini akan gue laporkan pada Sultan Agung. Tunggu pembalasanku!”. Ancaman Roro Mendut kepada Tumenggung.
Tumenggung tak takut dgn ancaman Roro. ia menyeret Roro yg lemah untuk kembali ke Keraton Mataram.
Dengan sisa tenaga yg dimiliki, Roro mengambil keris milik Tumenggung yg terselip di celananya.
Saat itu pula Roro mengarahkan kerisnya ke Tumenggung Wiraguna & berlari ke jasad Pranacitra.
“Kekasihku, kenapa mereka tega sekali membunuhmu? Bagaimana gue bisa hidup kalau tanpamu?”. Ucap Roro sambil menangis histeris.
Roro Mendut Bunuh Diri
“Dari pada gue menjadi selirmu, lebih baik gue mati saja. Keris ini akan menjadi saksi kematianku”. Ucap Roro sambil mengarahkan keris ke perutnya.
“Buang kerisku itu Roro, gue tak akan memaksamu lagi! Hentikan itu! Tidak ada gunanya kau bunuh diri!”. Bujuk Tumenggung.
Rara Mendut sama sekali tak mendengarkan bujukan Tumenggung. Dengan cepat ia menusuk perutnya dgn keris milik Tumenggung beberapa kali.
“Kekasihku, gue akan menyusulmu, gue hanya ingin bersamamu.” Ucap Roro Mendut di final hayatnya.
Roro pun meninggal sempurna di samping jasad kekasihnya. Tumenggung yg melihat kejadian itu meratapi perbuatannya.
“Ya Tuhan, maafkan aku. Jika saja gue tak memaksanya untuk menjadi selirku, kejadian ini tak akan terjadi”. Sesal Tumenggung sambil menitikan air mata.
Untuk menebus kesalahannya, Tumenggung memutuskan untuk mengubur Roro Mendut satu liang lahat dgn kekasihnya yakni Pranacitra.
“Kisah cinta Roro Mendut & Pranacitra akan infinit selamanya. Maafkan saya, mudah-mudahan kalian tenang disana”. Ucap Tumenggung dgn penuh penyesalan.
Baca Juga : √ Cerita Rakyat Aji Saka dlm Bahasa Jawa & Indonesia
Cerita Rakyat Roro Mendut dlm Bahasa Jawa Singkat
Jaman biyen ing tlatah Kasultanan Mataram sing di pimpin dening Sultan Agung. Ana desa nelayan sing jenenge Teluk Cikal.
Ing desa kasebut ana bocah wadon sing ayu rupane, bocah kuwi anake nelayan sing jenenge Roro Mendut.
Saliyane ayu, Roro di kenal minangka prawan kang teguh ing kapercayan.
Pranyata cah ayu iki wis duwe pacar sing nggantheng saka desa seberang.
Kekasihe Roro jenenge Pranacitra, putrane Nyai Singabarong sing sugih.
Sanadyan wis duwe pacar, isih akeh priya kang ngupaya ngrebut atine Roro. Malah akeh wong lanang sing nglamar Roro.
Nanging Roro kanthi teges nolak lamaran wong lanang sing seneng karo dheweke.
Roro ngomong kanthi banter yen dheweke wis duwe pacar lan nutup atine kanggo wong lanang liya.
Roro Mendut Dilamar Adipati Pragolo II
Wektu lumaku, kaendahane Roro Mendut keprungu dening Panguwasa Kadipaten Pati.
Panguwasa Kadipaten Pati asmane Adipati Pragolo II, dheweke duwe rencana arep ndadekake Roro selire.
Tanpa mbuwang wektu, Adipati langsung nglamar dheweke. Nanging, Roro kanthi tegas nolak panguwasa Kadipaten Pati.
Rara Mendut tetep setya marang pacare sing nggantheng. Sanadyan wis di lamar dening panguwasa, dheweke tetep ora kasengsem.
Adipati ora nyerah, dheweke terus teka menyang omage Rara kanggo mbujuk dheweke supaya dadi selir.
Nanging Rara Mendut uga bola-bali nolak lamarane Adipati.
Adipati Pragolo II Mutusake Nyulik Roro Mendut
Nganti sawijining dina, Pranacitra yaiku kekasihe Rara jengkel amarga Sang Adipati tansah ngganggu pacare.
Tanpa wedi, Pranacitra banter nantang Adipati supaya perang karo dheweke.
Adipati nesu karo tantangane Pranacitra lan njaluk pengawale nyulik Roro Mendut.
Esuk-esuk nalika Roro kang ayu lagi njemur iwak asin, pengawale Sang Adipati teka.
Pengawale mekso Roro ben melu dheweke menyang Kadipaten Pati. Kanthi ora sopan, tangane Roro di tarik pengawale Adipati.
Ana Keributan ing Kadipaten Pati
Nalika ana ing Kraton, Roro di kurung ing Puri Kadipaten Pati. Ing kono Roro di jaga dayang-dayang sing jenenge Genduk Duku lan Ni Semangka.
Nalika Roro lagi di pingit, ana ricuh ing Kadipaten Pati. Sultan Agung nuduh Adipati Pragolo II minangka pemberontak.
Alasane amarga Adipati ora mbayar pajeg utawa upeti marang Kasultanan Mataram. Sahingga Sultan Agung nyerang panguwasa Kadipaten Pati.
Nanging Sultan Agung ora mampu nyerang Adipati Pragolo II amarga nganggo klambi waja utawa kere waja.
Klambi waja Adipati di kenal ampuh amarga bisa nyangkal kabeh serangan saka gaman apa wae.
Ki Nayadarma, abdi dalem sing mayungi Sultan kang weruh kahanan kasebut eksklusif jupuk langkah-langkah.
“Inggih Ki, tulungi kula supados saged ngalahake pemberontak menika”. Wangsulane Sultan.
Nganggo tombak pusaka Baru Klinting, Ki Nayadarma nyerang Adipati Pragolo II.
Nanging Sang Adipati isih bisa ngendhegake serangane Ki Nayadarma.
Nalika Adipati Pragolo II ora waspada, Ki Nayadarma cepet-cepet nyerang perangan awak Adipati sing ora di lindhungi kere waja.
Ki Nayadarma nyerang Adipati nggunakake tombak pusaka Baru Klinting. Nalika semana Adipati Pragolo II seda ing tangane Ki Nayadarma.
Roro Mendut Arep Didadeake Selir Tumenggung Wiraguna
Sawise perang antara Kraton Mataram lan Kadipaten Pati sing garakne Adipati Pragolo II seda.
Prajurit Mataram langsung ngrebut barang-barang Kadipaten Pati kanthi nggoleki kabeh hartae. Prajurit kasebut di prentah dening Panglima Kraton Mataram yaiku Tumenggung Wiraguna.
Nalika nggoleki hartae Kadipaten Pati sing di pimpin Tumenggung Wiraguna. Ing Puri Kadipaten nemokake bocah kang ayu banghet yaiku Roro Mendut.
Sanalika iku panglima langsung tresna marang Roro. Nanging Roro Mendut kanthi tegas nolak lamarane panglima Tumenggung Wiraguna.
Panglima terus nyoba mbujuk Roro kanthi menehi anjuran sing menawan. Kanthi tegas lan banter Roro nolak lamarane lan nyatakake yen dheweke wis duwe pacar.
Sikape Roro sing nekad lan teguh ndadeaken panglima nesu lan ngancam dheweke.
Roro Mendut ora wedhi marang ancamane panglima. Iki ndadeake Tumenggung tambah nesu lan ngelimpahe upeti sing durung di bayar Adipati marang Roro.
Roro setuju ngelunasi upeti sing durung di bayar Adipati merga dheweke ora gelem dadi selir Tumenggung.
Sawise kesepakatan kasebut, Roro Mendut manggon ing Keraton Mataram lan di jaga pengawale Tumenggung.
Dheweke iso metu saka Keraton Mataram sawise ngelunasi upeti sing durung di bayar Adipati Pragolo II.
Ing Keraton Mataram kasebut Roro ketemu marang selire Tumenggung yaiku Nyai Ajeng lan Putri Arumardi.
Roro Mendut Dodol Rokok
Kekasihe Roro pancen sugih banget, mula dheweke mudah golek duwit yen jaluk marang kekasihe.
Nanging Roro sing teguh pendirian kanggo ngerampungake masalahe ora kepingin ngerepoti sapa wae.
Kanggo bayar upeti sing di tanggung Roro, dheweke dodol rokok tembakau.
Roro nawakake dagangane marang sapa wae sing di temoni. Untunge Roro, dodolan rokoke laku banghet.
Akeh wong sing tuku dodolane Roro amarga kesengsem karo kaendahane. Malah wong lanang gelem bayar rokok bekase Roro Mendut.
Ing sawijining dina, Pranacitra kekasihe Roro ketemu Roro. Dheweke nggawa duwit supaya Roro iso mbayar upeti sing di tanggung dheweke.
Nanging Roro ora gelem lan nolak derma saka kekasihe. Jarene ora gelem ngerepoti kekasihe.
Amarga ora gelem di tulungi, Pranacitra banjur mikir piye carane supaya kekasihe iso metu saka Kraton Mataram.
Rara Mendut nyoba jaluk tulung marang selire Tumenggung lan kandha yen dheweke arep metu saka Kraton Mataram.
Kerungu kuwi, Nyai Ajeng lan Putri Arumardi dukung keputusane Roro metu saka Kraton,
Dheweke uga mikir cara supaya Roro iso metu saka Kraton lan ora ana sing weruh.
Sejatine selir-selire Tumenggung ora setuju yen Tumenggung duwe selir anyar.
Roro Arep Metu Saking Kraton Mataram
Sawise mikir, akhire Nyai Ajeng lan Putri Arumardi nemu pandangan baru. Dheweke duwe planning nggawe ribut ing wayah wengi.
Tujuane ben pengawale Tumenggung ora fokus lan Roro iso kabur saka lawang mburi.
Esuke kaya biasane Roro metu saka Kraton kanggo dodolan rokok lan ketemu kekasihe.
Kaya rancangane Nyai Ajeng lan Putri Arumardi, Roro ngajak kekasihe yaiku Pranacitra ngenteni ing njaba Kraton wayah sore.
Sore wis teka, planning bakale di tindakake. Nyai Ajeng lan Putri Arumardi gawe saisi kraton ruwet. Selir-selire tumenggung ethok-ethok rebutan Tumenggung.
Bareng keributan kasebut, Roro mlayu liwat lawang mburi lan ketemu kekasihe.
Wong loro mau banjur menyang Desa Teluk Cikal, Pranacitra duwe rencana yen arep rabi karo Roro supaya ora ana sing nganggu maneh.
Nanging rencanane kasil di gagalake dening pengawale Tumenggung.
Wong loro mau di cekel pengawal sing teka permulaan wis ngetutake dheweke.
Para pengawal mau arep nggowo Roro bali menyang Kraton Mataram. Pranacitra sing ana ning kunu nglawan pengawale Tumenggung.
Amarga pengawale akeh, Pranacitra ora kasil nglawan. Pranacitra banjur di gawa menyang panggon sepi lan di pateni pengawale Tumenggung.
Tumenggung Wiraguna Meksa Roro Dadi Selire
Sawise mateni Pranacitra, Tumenggung Wiraguna meksa Roro dadi selire. Nanging kaya biasane Roro ora gelem.
Tumenggung ngomong marang Roro yen percuma nolak tawarane. Amarga wis ora ono sing bakal nulung Roro.
Roro isih durung ngerti yen Pranacitra wis mati. Tumenggung wis ngomong marang Roro yen kekasihe mati, nanging Roro ora percoyo.
Akhire Roro di ajak menyang panggon Pranacitra dipateni. Nalika Roro weruh jasadee kekasihe, dheweke eksklusif tibo lemes.
Dheweke ora percaya yen pacare wis mati. Roro nangis histeris amarga kekasihe wis ora ana ing dunya.
Ing ngarep jasade Pranacitra, Tumenggung Wiraguna isih mekso Roro supaya dadi bojone. Nanging Roro ora gelem lan ngancam Tumenggung yen bakale di laporake marang Sultan Agung.
Tumenggung ora wedi marang ancamane Roro. Dheweke nyeret Roro sing lemes kuwi menyang Kraton Mataram.
Kanthi sisa tenagae, Roro sigap njupuk kerise Tumenggung sing ana ing celonone.
Saknalika iku Roro ngarahake kerise marang Tumenggung Wiraguna banjur mlayu menyang jasade Pranacitra.
“Tinimbang gue dadi selirmu, luwih becik yen gue mati wae. Keris iki bakal dadi saksine gue mati.” Jawabe Roro sinambi ngarahake keris menyang wetenge.
“Singkirake keris kuwi Roro! Aku ora bakal meksa kowe maneh! Mandheg! Ora ana gunane bunur diri!”. bujuk Tumenggung.
Rara Mendut ora ngrungokake pambujuke Tumenggung. Dheweke cepet-cepet nyuduk wetenge ngangg kerise Tumenggung.
“Kekasihku, gue bakal nyusul sampeyan, gue mung kepingin karo sampeyan Pranacitra”. Ujare Roro Mendut ing pungkasane uripe.
Roro ninggalake donya ing jejere jasade Pranacitra. Tumenggung sing weruh kedadean iku getun marang tumindake.
“Duh gusti, nyuwun pangapunten. Yen gue ora meksa dheweke dadi selir, ora bakal ana kedadeyan iki”.
Tumenggung getun sinambi nangis. Kanggo nebus kesalahane, Tumenggung mutusake ngubur Roro Mendut ing kuburan sing padha karo kekasihe yaiku Pranacitra.
“Cerita katresnane Roro Mendut lan Pranacitra bakal langgeng lan di kenang. Muga sakabehane padha ayem trentem ing kana”. Kandhanane Tumenggung kanthi getun.
Penutupan
Cerita rakyat roro mendut berasal dr Jawa Tengah & menjadi legenda di daerah tersebut.
Dari dongeng di atas ada beberapa pesan moral yg dapat kita petik.
Salah satunya yaitu kita tak mampu memaksakan hasratpada orang lain. Sebab jika memaksa, niscaya ada pihak yg menjadi korban.
Seperti langkah-langkah Tumenggung Wiraguna yg senantiasa memaksa Roro untuk menjadi selirnya. Hal ini membuat Roro putus asa hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya dgn bunuh diri.
Selain itu, kisah Roro Mendut & Pranacitra menjadi kisah cinta yg abadi dimana keduanya sungguh menjunjung nilai kesetiaan dlm memperjuangkan cinta.
Keduanya saling menyayangi & menghadapi rintangan bersama sampai selesai hayatnya.