Gaya Kepemimpinan Laissez-faire: Kapan harus digunakan?

Gaya kepemimpinan Laissez-faire

Gaya kepemimpinan Laissez-faire, pula diketahui selaku gaya kepemimpinan “hands-off”, memfokuskan pada memberikan kebebasan & otonomi pada anggota tim untuk menentukan bagaimana peran & proyek mesti teratasi. Gaya kepemimpinan ini sangat cocok untuk situasi di mana anggota tim memiliki tingkat keahlian & pengalaman tinggi, & membutuhkan sedikit pengawasan atau isyarat.

Table of Contents

Kelebihan & Kelemahan Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Berikut adalah beberapa kelebihan & kelemahan gaya kepemimpinan Laissez-faire:

Kelebihan

  • Meningkatkan kreativitas & penemuan: Laissez-faire membiarkan anggota tim mengejar-ngejar inspirasi & kreativitas mereka, memotivasi mereka & mengembangkan kreativitas & penemuan dlm organisasi.
  • Meningkatkan kepercayaan diri & semangat: Laissez-faire membiarkan anggota tim bekerja sesuai dgn minat & bakat mereka, memperkuat rasa percaya diri & semangat mereka.
  • Meningkatkan otonomi & kelonggaran: Laissez-faire memberikan keleluasaan & kelonggaran pada anggota tim, membantu mereka menangani tugas & duduk perkara dgn cara mereka sendiri.

Kelemahan

  • Kurangnya pengawasan & aba-aba: Laissez-faire kurang memberikan isyarat & pengawasan pada anggota tim, yg dapat menyebabkan kurangnya kerjasama & kesalahan dlm pekerjaan.
  • Kurangnya motivasi: Laissez-faire kurang memberikan motivasi & pertolongan pada anggota tim, yg mampu mengakibatkan rendahnya produktivitas & kinerja.
  • Kurangnya tanggung jawab: Laissez-faire membiarkan anggota tim mengejar peran & dilema dgn cara mereka sendiri, yg dapat menimbulkan kurangnya tanggung jawab & keterlibatan mereka dlm organisasi.

Konsep Dasar Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Laissez-faire Leadership Style berdasarkan pada kepercayaan bahwa anggota tim memiliki keterampilan & wawasan untuk menuntaskan tugas & proyek dgn efisiensi & efektivitas yg baik tanpa banyak campur tangan dr pemimpin.

Baca juga: Organizational Citizenship Behavior: Defenisi & Konsep

Gaya kepemimpinan ini sangat cocok untuk suasana di mana anggota tim memiliki tingkat keahlian & pengalaman tinggi, & memerlukan sedikit pengawasan atau instruksi.

Bagaimana Gaya Kepemimpinan Laissez-faire melakukan pekerjaan ?

Laissez-faire Leadership Style bekerja dgn membiarkan anggota tim melakukan pekerjaan sesuai dgn minat & talenta mereka. Pemimpin memiliki kiprah selaku penunjang & mediator, bukan sebagai pemimpin yg mengatur & memerintah, membiarkan anggota tim melakukan pekerjaan dgn otonomi & kelonggaran yg tinggi, & memfasilitasi kreativitas & penemuan mereka.

Baca juga: Guru Penggerak: Pengertian, Tujuan, & Keuntungan

Pemimpin Laissez-faire memastikan bahwa anggota tim mengerti tujuan & visi organisasi, namun membiarkan mereka memilih cara untuk mencapai tujuan tersebut, pula memperlihatkan dukungan & sumbangan pada anggota tim dikala dibutuhkan, namun jarang memberikan aba-aba & pengawasan.

Gaya kepemimpinan Laissez-faire bekerja dgn baik tatkala anggota tim mempunyai keterampilan, wawasan, & kepercayaan diri yg tinggi, & mampu bekerja dgn mandiri & efektif. Namun, gaya ini mampu menjadi tak efektif jikalau anggota tim memerlukan banyak aba-aba & pengawasan, atau jika ada persoalan yg memerlukan intervensi pemimpin.

Baca juga: Transformational Style of Leadership and Psychological Capital: The Mediating Role of Work Engagement

Secara keseluruhan, Laissez-faire Leadership Style menawarkan kesempatan bagi anggota tim untuk berkembang & melakukan pekerjaan sesuai dgn minat & bakat mereka, memotivasi mereka & mengembangkan kreativitas & penemuan dlm organisasi. Namun, pemimpin mesti memahami suasana & anggota tim & menggunakan gaya ini dgn bijak untuk mencapai hasil terbaik.

Kapan Gaya Kepemimpinan Laissez-faire mesti digunakan?

Gaya kepemimpinan Laissez-faire harus digunakan tatkala situasi & anggota tim membutuhkan otonomi & keleluasaan yg tinggi.

Ini adalah gaya yg cocok untuk suasana di mana anggota tim memiliki kemampuan, pengetahuan, & kepercayaan diri yg tinggi & dapat bekerja dgn berdikari & efektif. Beberapa situasi di mana Laissez-faire Leadership Style mampu dipakai meliputi:

  • Proyek kreatif & inovatif: Gaya kepemimpinan Laissez-faire memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk melakukan pekerjaan sesuai dgn minat & talenta mereka & mengembangkan kreativitas & inovasi.
  • Tim yg mempunyai pengalaman & keahlian yg berpengaruh: Anggota tim yg memiliki pengalaman & keahlian yg berpengaruh akan lebih efektif bekerja dgn otonomi & keleluasaan yg tinggi.
  • Tim yg bekerja pada peran yg telah dikenal: Jika peran yg dijalankan oleh tim sudah diketahui & memiliki mekanisme yg terang, anggota tim mungkin tak memerlukan kode & pengawasan yg terus-menerus.

Namun, Laissez-faire Leadership Style mungkin tak efektif kalau suasana atau anggota tim memerlukan banyak aba-aba & pengawasan, atau jikalau ada duduk perkara yg memerlukan intervensi pemimpin.

Baca juga: Profile Pelajar Pancasila: Pengertian, & 6 Dimensi

Pemimpin mesti mengerti suasana & anggota tim & menggunakan gaya ini dgn bijak untuk meraih hasil terbaik.

Contoh Gaya Kepemimpinan Laissez-faire dlm dunia faktual

Berikut ini adalah beberapa contoh gaya kepemimpinan Laissez-faire dlm dunia positif:

Perusahaan Startup

Dalam perusahaan startup, pemimpin sering memakai Laissez-faire Leadership Style untuk memotivasi anggota tim & membiarkan mereka mengejar wangsit & kreativitas mereka. Ini membantu mempercepat proses pengembangan produk & memperkuat rasa percaya diri anggota tim.

Industri Kreatif

Laissez-faire Leadership Style sangat cocok untuk industri inovatif seperti desain, film, & musik. Pemimpin dlm industri ini menawarkan kebebasan & fleksibilitas pada anggota tim untuk memburu wangsit-pandangan baru mereka & menciptakan karya yg hebat.

Proyek Konsultasi

Dalam proyek konsultasi, pemimpin sering menggunakan Laissez-faire Leadership Style untuk membiarkan anggota tim mengejar-ngejar solusi yg inovatif & efektif untuk persoalan klien. Gaya ini menolong memperkuat keahlian & kemampuan anggota tim & membantu mereka menyelesaikan proyek dgn berhasil.

Organisasi Nirlaba

Dalam organisasi nirlaba, pemimpin sering memakai Laissez-faire Leadership Style untuk memotivasi anggota tim & membiarkan mereka bekerja sesuai dgn minat & bakat mereka. Ini menolong memperkuat rasa percaya diri & semangat anggota tim & membantu mereka menyelesaikan peran dgn lebih baik.

Bagaimana Gaya Kepemimpinan Laissez-faire menghipnotis kinerja tim

Gaya kepemimpinan Laissez-faire mempunyai efek yg kuat pada kinerja tim, baik positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa cara di mana gaya ini dapat mensugesti kinerja tim:

  • Kreativitas & inovasi: Memungkinkan anggota tim untuk bekerja sesuai dgn minat & talenta mereka & mengiklankan kreativitas & penemuan.
  • Motivasi & akad: Memperlakukan anggota tim sebagai individu yg berkompeten dapat mengembangkan motivasi & kesepakatan mereka.
  • Kemampuan untuk bekerja berdikari: Anggota tim yg bekerja dgn otonomi & keleluasaan yg tinggi dapat memperkuat kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan mampu berdiri diatas kaki sendiri & meningkatkan produktivitas.

Namun, Laissez-faire Leadership Style pula dapat mempunyai efek negatif pada kinerja tim, khususnya kalau pemimpin tak menyediakan cukup pertolongan & pengawasan. Beberapa efek negatif dapat termasuk:

  • Kurangnya aba-aba & pengawasan: Hanya berfokus pada otonomi & fleksibilitas dapat mengurangi aba-aba & pengawasan, yg dapat menghipnotis kualitas pekerjaan & hasil.
  • Keraguan & pertentangan: Jika anggota tim tak mengetahui peran & tanggung jawab mereka, atau jikalau ada masalah yg tak diselesaikan, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat menimbulkan keraguan & pertentangan.
  • Kinerja yg tak konsisten: Tanpa instruksi & pengawasan yg jelas, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat menimbulkan kinerja anggota tim menjadi tak konsisten & tak memenuhi tolok ukur.

Penting bagi pemimpin untuk mengerti pengaruh dr gaya kepemimpinan Laissez-faire pada kinerja tim & menggunakan gaya ini dgn bijak untuk meraih hasil terbaik.

Cara menganalisa efektivitas Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Untuk mengevaluasi efektivitas gaya kepemimpinan Laissez-faire, pikirkan kinerja tim, tingkat motivasi & rasa percaya diri anggota tim, & tingkat kepuasan anggota tim dgn bagaimana tugas & proyek diatasi. Jika kinerja tim membaik, motivasi & rasa percaya diri anggota tim meningkat, & anggota tim puas dgn bagaimana tugas & proyek diatasi, gaya kepemimpinan Laissez-faire efektif.

Apa yg perlu diperhitungkan sebelum memakai Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Sebelum memakai Laissez-faire Leadership Style , pikirkan tingkat keahlian & pengalaman anggota tim, & apakah mereka memiliki rasa percaya diri & kemandirian untuk menangani tantangan tanpa banyak campur tangan dr pemimpin. Juga pertimbangkan apakah proyek & peran membutuhkan aba-aba yg jelas atau pengawasan yg lebih intensif.

Apakah Gaya Kepemimpinan Laissez-faire cocok untuk Anda?

Gaya kepemimpinan Laissez-faire cocok untuk suasana di mana anggota tim mempunyai keahlian & pengalaman yg mencukupi, & memerlukan lebih banyak keleluasaan & kreativitas untuk menuntaskan peran & proyek.

Namun, jika suasana memerlukan aba-aba yg terang atau pengawasan yg intensif, gaya kepemimpinan ini mungkin tak cocok. Oleh sebab itu, sungguh penting untuk memikirkan suasana & anggota tim sebelum memutuskan untuk menggunakan Laissez-faire Leadership Style .

Kesimpulan

Gaya kepemimpinan Laissez-faire mampu memberikan faedah positif bagi tim & anggota tim kalau dipakai dgn benar. Namun, pemimpin harus menegaskan bahwa gaya kepemimpinan ini cocok dgn situasi & anggota tim, & menimbang-nimbang efektivitas gaya kepemimpinan ini dengan-cara terencana untuk menegaskan bahwa anggota tim mampu berkinerja dgn baik & mencapai hasil yg diinginkan.

Referensi

Northouse, P. G. (2020). Leadership: theory and practice. Sage publications.

Robbins, S. P., Judge, T. A., & Millett, B. (2017). Organizational behavior. Pearson.

Hersey, P., & Blanchard, K. H. (2017). Management of organizational behavior: utilizing human resources. Pearson.

Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational leadership (2nd ed.). Psychology Press.

Kouzes, J. M., & Posner, B. Z. (2007). The leadership challenge (4th ed.). John Wiley & Sons.

Yukl, G. (2010). Leadership in organizations (7th ed.). Prentice Hall.

  Mengembangkan Psychological Capital Pada Diri Sendiri