Lokasi: Jalan Raya Goa Kreo, Gn. Pati, Kandri, Kota Semarang, Jateng 50222
Map: Klik Disini
HTM: Rp.4.000 per Orang
Buka Tutup: 05.00 – 18.00 WIB
Telepon: 0852-9179-4931
Daftar Isi
Harga Tiket Masuk—
Bagi anda yg ingin mengunjungi tempat ini tetapi takut menguras kocek, tenaang! Anda tak perlu berspekulasi berlebihan jikalau ingin mendatangi tempat eksotis yg satu ini.
Cukup mengeluarkan biaya sebesar 4 ribuan saja per orangnya untuk htm terbaru, anda sudah mampu berkunjung sekaligus menerima pengawalan asuransi.
Buka Jam Berapa—
Penasaran dgn jam berapa tutup & buka dr Goa Kreo ini? untuk berkunjung ketempat ini sendiri, waktunya cukup fleksibel.
Anda dapat mulai berkunjung ke Goa Kreo Semarang mulai dr jam buka yakni pada pukul 5 pagi & tutup pada pukul 6 sore WIB, sehingga anda tak perlu terburu-buru & takut keburu tutup untuk datang ke sini.
Sebagai suatu negara yg memiliki wilayah berbentuk gugusan kepulauan, pastinya di negeri kita tersayang Indonesia, mempunyai berbagai dongeng-kisah sejarah diluar kisah perjuangan para pendekar.
Baik cerita yg berupa mitos, maupun suatu kisah legenda yg memiliki korelasi dgn bangunan, daerah maupun wilayah tersebut.
Beragam kisah mirip Malin Kundang dr Sumatera, Legenda Sangi dr Kalimantan, Putri Tandampalik dr Sulawesi, Tanjung MarthaFons dr Maluku, Bali dgn Kebo Iwa ataupun Telaga Wekaburi dr Papua.
Di Pulau Jawa sendiri, tentunya sungguh banyak cerita yg tak kalah menarik untuk di simak. Beberapa di antaranya mirip Tangkuban Perahu dr Jawa Barat, Goa Kreo Jawa Tengah, hingga Joko Budeg di Jawa Timur.
Naah pada potensi kali ini, kita akan membahas perihal Goa Kreo yg ada di Jawa Tengah yg lekat dgn mitos para kera penjaganya. Penasaran mirip apa? Yuk simak klarifikasi yg telah kami rangkum hingga final artikel ini.
Sekilas Sejarah—
Membahas sejarah tentang asal-permintaan dr Goa Kreo, pastinya tak dapat dipisahkan dr kisah Jatingaleh yg merupakan pohon yg mampu berpindah-pindah & pula Sunan Kalijaga yg konon mampu berkomunikasi dgn hewan maupun tumbuhan.
Dikisahkan pada kala itu, Sunan Kalijaga hendak membuat Saka Guru di Masjid Agung Demak dgn bahan kayu jati.
Namun tatkala sang Sunan telah tiba di lereng bukit Gombel tempat mengambil kayu jati, tatkala akan memangkas pohon tersebut ternyata pohon jati itu tiba-tiba berpindah atau menghilang dgn sendirinya dr tempatnya.
Hal ini lah yg kemudian menjadi asal muasal penamaan Jatingaleh yg merupakan sebuah kelurahan di Candisari Semarang.
Melihat kayu tersebut tak ada ditempat, maka Sunan Kalijaga pun memutuskan untuk mencari kemana kayu tersebut berpindah. Ditengah penelusuran, Sunan Kalijaga tiba di sebuah dusun yg berada di tengah hutan.
Tak seberapa jauh, Sunan Kalijaga berhasil mendapatkan kembali pohon jati tersebut, namun sayangnya ia di hadang dgn beberapa orang yg tak sopan / sembarang.
Setelah bertarung, alhasil Sunan Kalijaga memerintahkan orang tersebut pergi & Sunan pun kembali melanjutkan perjalanannya sesudah menamai tempat tersebut JatiBarang.
Akhirnya Sunan Kalijaga sukses mendapatkan kembali Jati yg ia harapkan, agar tak kembali menghilang sebelum diiris ia melilit batang kayu Jatinya dgn selendang.
Setelah berhasil di tebang, bekas potongannya usang kelamaan semakin membengkak & kesudahannya di namai JatiOmbo oleh Sunan Kalijaga.
Kayu jati yg besar-besar itupun balasannya di hanyutkan di suatu sungai besar agar lebih gampang di bawa ke demak, sayangnya ditengah perjalanan kayu tersebut tersangkut di antara batuan tebing & sukar digapai.
Dari situ Sunan Kalijaga memutuskan untuk beristirahat & bersemedi di goa untuk mencari cara bagaimana kayu tersebut dapat sampai di demak, Goa Kreo inilah yg dipercaya menjadi tempat dimana Sunan Kalijaga bersemedi.
Setelahnya Sunan Kalijaga pun mengkonsumsi sate kambing & sisa bacokan sate tersebut di buang ke tanah yg menjadikan bunyi gemerincing.
Hal ini lah yg kemudian dijadikan penamaan bagi bambu kerincing, yg lebih uniknya lagi yakni aroma yg dihasilkan dr bambu ini tatkala dipatahkan akan tercium sekali anyir dr daging kambing.
Tak usang, Sunan pun dikagetkan dgn kedatangan simpanse dgn jumlah 4 ekor, Konon simpanse yg datang menghampiri Sunan Kalijaga mempunyai warna bulu yg berwarna-warni yakni merah, kuning, hitam & putih.
Setelah memberikan maksud kedatangan mereka pada Sunan Kalijaga, akhirnya sang Sunan menyepakati penawaran derma dr keempat monyet tersebut.
Warna-warna ini pun konon katanya memiliki arti tersendiri seperti merah yg melambangkan api yg berarti jiwa yg dipenuhi dgn keberanian, kemudian warna kuning yg menjadi lambang angin dgn maksud selaku perlambang dr kesempurnaan.
Sementara warna putihnya sendiri menjadi lambang bagi air, yg menjadi perlambang bagi kesucian, sementara hitam mewakili lambang bagi tanah dgn maksud sebagai perlambang bagi jiwa yg penuh dgn kesadaran.
Setelah proses pengambilan kayu jati tersebut selesai, Sunan Kalijaga membelah Jati tersebut dlm 2 cuilan. Untuk mempermudah perjalanan, satu bagian tetap di hanyutkan hingga meraih demak & belahan lainnya di bawa sendiri oleh Sunan Kalijaga.
Namun saat itu, empat monyet tersebut meminta untuk diperbolehkan mengikuti Sunan Kalijaga. Berhubung mereka berempat bukan lah insan, maka Sunan Kalijaga pun keberatan.
Akhirnya Sunan Kalijaga menetapkan untuk memberi empat simpanse tersebut lahan hutan yg ada di sekitar goa kreo selaku bentuk balas jasa, dgn diberi wewenang untuk memelihara maupun mempertahankan yg dlm Bahasa jawanya yakni ngreho.
Selain di yakini selaku cikal bakal dr penamaan goa tersebut, simpanse-kera yg hingga sekarang masih hidup & berkeliaran di daerah Goa Kreo dipercaya merupakan para keturunan dr empat monyet yg hidup pada masa Sunan Kalijaga.
Di erat goa kreo ini pula didapatkan sebuah monument kerikil yg dipercaya di buat oleh empat monyet tersebut.
Letak Lokasi—
Kawasan yg kini menjadi salah satu destinasi rekreasi yg hits di Kandri yg masih masuk daerah kota semarang ini, terletak pada alamat Jl.Raya Goa Kreo, Kecamatan gunungpati, 13km dr pusat kota Semarang.
Dekat pula dgn objek wisata lain, seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, Stasiun Tawang, Klenteng Sam Po Kong, Jalan Pahlawan, Simpang Lima Semarang & Masjid Agung Jawa Tengah.
Denah lokasinya sendiri mempunyai keunikan kalau dibandingkan dgn goa yang lain, jika kebanyakan goa berada di tengah hutan ataupun di kaki pegunungan, maka lain hal dgn goa kreo yg berada di tengah sebuah waduk/bendungan.
Keindahan—
Goa Kreo yg berada di tengah waduk ini, kec. gunung pati ini menjadikannya memiliki keindahan tersendiri yg berlainan dgn goa-goa lainnya.
Pemandangan pepohonan & perbukitan sekitar yg begitu hijau nan sejuk di mata ditambah lagi dgn birunya langit & pula perairan waduk, menjadikan tempat ini memiliki pesona tersendiri bagi para turis yg hendak berwisata.
Selain itu anda akan mendapatkan rute dgn anak tangga yg dapat dikatakan lumayan banyak & curam, serta jembatan yg berada ditepian yg memudahkan jalan anda menuju ke Goa yg satu ini.
Tak hanya panorama Goa & Waduknya, di potongan utara dr Goa Kreo anda akan memperoleh sebuah air terjun yg tak pernah mengering meski tengah mengalami kemarau panjang.
Hal ini disebabkan penderasan dgn air yg sungguh jernih tersebut memiliki banyak sumber mata air, sehingga tak pernah surut meski dilanda kemarau.
Selain dimanjakan dgn pemandangan alam yg begitu indah, cuaca yg teduh & sejuk, anda pula akan ditemani oleh pedoman sungai yg menyegarkan dr waduk yg ada di area bawah dr Goa Kreo.
Banyaknya monyet ditempat ini pula menjadi salah satu daya tarik yg menciptakan hadirin ingin melihatnya dengan-cara pribadi & berinteraksi dr bersahabat.
Sebab monyet-kera di tempat ini tampaknya tak terusik & sudah biasa dgn kedatangan manusia.
Tak hanya ada Goa Kreo, tempat ini pula mempunyai 1 Goa yang lain yakni Goa Landak. Goa Landak ini konon dihuni oleh Landak & Putri Landak, namun sayangnya Goa ini sekarang telah kosong tanpa ada satupun landak yg terlihat berlalu lalang.
Perbedaan Goa Kreo & Goa Landak yakni pada panjang lorong yg dimiliki, kalau pada Goa Kreo mempunyai kedalaman lorong hingga 25m. Pada kedalaman 10m dr Goa Kreo ini, anda akan menemukan rute Goa Landak yg mempunyai kedalaman 30m.
Sayangnya keindahan & keunikan Goa Kreo Semarang ini, mesti tercederai dgn isu seputar korban jiwa yg sempat karam di waduk Jatibarang ini.
Hal ini disebabkan bahtera yg ditumpangi sempat bocor, tetapi alih-alih mendayung sejauh mungkin ketepian, para pemancing yg berjumlah 5 orang ini malah melompat & mencoba berenang.
Namun sayang, salah seorang di antaranya kurang piawai soal berenang sehingga mesti meregang nyawa pada kedalaman 15 meter & ditambah dgn meninggalnya penerima trabas akibat kekurangan cairan tubuh.
Mitos & Tradisi—
Menurut kisah dr warga sekitar, kawanan simpanse yg hidup & mengisi daerah Goa Kreo ini jumlahnya selalu menjadi misteri lantaran dr dulu selalu berada di kisaran 500-650 ekor.
Masyarakat sekitar pun tak pernah menemukan bangkai kalau memang ada monyet yg mati di tempat tersebut, lantaran berdasarkan mitos yg ada monyet di tempat ini terbagi menjadi 2 golongan yakni kalangan bawah & kelompok atas dgn masing-masing kalangan mempunyai raja.
Raja-raja kera ini biasanya sangat protektif pada anggota kelompoknya, biasanya raja monyet ini acap kali tak senang jikalau ada insan yg menjamah ataupun mengganggu anggotanya.
Sehingga tak disarankan untuk memegang, jikalau ingin memberi masakan pun diusulkan untuk tak berlebihan & sebisa mungkin masakan berupa kacang-kacangan maupun buah yg masih dapat dijumpai di hutan sehingga kera ini tak melupakan kebiasaan aslinya.
Di tempat Goa Kreo ini biasanya di adakan upacara yg sudah menjadi tradisi oleh masyarakat sekitar, yakni tradisi Rewanda.
Rewanda ini merupakan bentuk syukur atas hasil bumi yg di mampu dengan-cara berlimpah, sekaligus memberi masakan bagi para kera yg hidup di tempat ini, selaku bentuk saling menyayangi antar makhluk hidup.
Makanan yg ditujukan untuk kera ini, meski selayaknya masakan yg dapat di konsumsi manusia namun tidak boleh untuk mengambilnya.
Karena konon katanya, ada seorang pengunjung yg menjajal melanggar dgn mengambil masakan tersebut, kemudian mengalami gangguan serta merasa gila pada tubuhnya.
Diluar mitos yg ada, upacara ini pula menjadi ajang mempererat tali silaturahmi baik bagi masyarakat sekitar maupun dgn para pengunjung sehingga para wisatawan dapat terhibur.
Fasilitas & Festival—
Selain mempunyai panorama yg indah & pula air yg menyegarkan, anda pula dapat menikmati beberapa fasilitas yg tersedia untuk melengkapi liburan anda di tempat yg satu ini.
Di Goa Kreo Semarang ini, selain mampu menambah wawasan & menikmati panorama di dlm Goa, anda pula mampu menaiki speedboat untuk berkeliling waduk Jatibarang.
Selain speedboat, di Goa Kreo ini anda pula mampu berfoto dgn performa yg instagenik yakni pada akomodasi negeri iatas awan.
Di akomodasi yg satu ini anda bisa berfoto sepantasnya berada di atas sebuah awan yg yang dibuat dr busa berwarna putih & berbahan halus dgn latar belakang pengambilan gambar yakni pemandangan yakni Waduk Jatibarang.
Di tempat ini pula tersedia gardu pandang berbentuk love yg kian melengkapi kemudahan untuk berselfie ria.
Diluar dr akomodasi yg ada, di Goa Kreo Semarang ini pula biasanya di selenggarakan Festival Durian mirip yg dilaksanakan pada februari silam.
Menurut info yg kami mampu, panitia menawarkan 20 ribu durian dr ratusan pedagang & petani yg tak hanya berasal dr kota semarang tetapi pula berasal dr kawasan yang lain di pulau jawa, bahkan pula dr wilayah diluar pulau jawa seperti Sumatera & Kalimantan.
Cara Menuju Lokasi—
Bagi anda yg ingin berkunjung ke Goa Kreo Semarang ini, rute yg akan anda tempuh cukup mudah. Bagi anda yg datang dr arah ungaran, mampu mengarah menuju pertigaan Jl.Diponegoro & berbelok kearah kanan.
Dari situ anda tinggal mengikuti jalur & berbelok kiri di polsek ungaran, kemudian berbelok kembali ke kanan ketika tiba di perempatan menuju Jl.Kartini.
Dari situ anda tinggal terus mengikuti jalan & baru berbelok menuju ke Jln Raya Manyaran-Gunungpati dgn kriteria M.I Al-islam Gunungpati.
Terus mengikuti jalan hingga mendapatkan tikungan ke arah kiri dgn nama Jl Raya Goa Kreo hingga tiba di tujuan.
Sementara bagi anda yg berkendara dr Salatiga, mampu mengikuti rute memakai Jl.Semarang-surakarta.
Terus saja mengikuti jalan hingga menemukan tikungan ke kiri menuju Jl.Cempaka III & berbelok kembali ke kanan menuju Cempaka I & ke kanan sekali lagi untuk kembali ke Jl.Diponegoro.
Dari situ anda dapat terus mengikuti jalan & baru berbelok ke kiri di Jl.Slamet Riyadi, terus ikuti Jl.Slamet Riyadi hingga tiba di Jl.Kartini & ikuti rute yg sama seperti rute di atas.
Sementara buat anda yg berkendara dr Kalibanteng, cukup mengambil arah ke Jl.Abdul Rahman Saleh & terus ikuti jalan yg mengarah ke Gunung Pati.
Selepas anda tiba di Desa Sadeng, anda akan memperoleh Desa Wisata Kandri yg ditulis pada suatu gerbang. Dari situ ini belok ke kanan & ikuti rute yg bagi para pesepeda akan sangat menantang dgn trek berupa jalur naik-turun.
Untuk lebih gampangnya, anda mampu memakai aplikasi peta jaman now yg mengandalkan keakuratan Gps & paket data tentunya seperti google maps.
Cukup masukan lokasi anda dgn fitur lokasi di smartphone anda & masukan tujuan pada aplikasi tersebut, maka map akan otomatis memberi rute tercepat & menyingkir dari kemacetan kalau memungkinkan untuk tiba di tujuan yg anda kehendaki dgn waktu tempuh yg lebih cepat.
Jadi, tunggu terlebih? Yuk kunjungi tempat yg bersejarah ini & tambah pengetahuan anda mengenai sejarah Goa Kreo & keterkaitannya dgn Sunan Kalijaga serta 4 simpanse & keturunannya yg hingga sekarang tetap setia dgn titah dr sang Sunan.
Yuk visit Goa Kreo! Yuk visit Semarang!