Pantun Minang – Warga negara Indonesia sudah sepantasnya berbangga. Hampir setiap tempat di penjuru nusantara menyimpan kekayaan sastra lama selaku bentuk cagar budaya. Sastra lama, termasuk pantun bersumber dr persepsi hidup & pengalaman jiwa.
Begitu pula dgn pantun Minang yg tak bisa dipisahkan dr kehidupan masyarakat Sumatera Barat.
Daftar Isi
Berkenalan Dengan Pantun Minang
Julukan selaku suku seribu syair yg tersemat bagi masyarakat Minang memang bukan omong kosong belaka. Suku asli nusantara ini sudah sejak lama diketahui lantaran kekayaan syair unik yg dimilikinya.
Tidak heran warga Minang banyak yg berprofesi sebagai penyair, pujangga, pencipta lagu hingga novelis ternama. Sebagaimana yg telah dibilang oleh salah satu sastrawan besar Minang, A.A. Navis.
Bahwa pantun merupakan sastra lisan yg sudah mendarah daging selaku tradisi di Minang. Pantun tersebut berasal dr ekspresi pikiran, perasaan, perasaan & saran serta filosofi kehidupan Minang.
Penggunaannya banyak bersentuhan dgn budpekerti istiadat & tradisi khas Minangkabau. Misalnya pada program-program formal & sakral, seperti upacara pernikahan, pidato akhlak, makan sirih, upacara melepas mayat, hingga mengantar jamaah haji.
Pantun kawasan Minang yg digunakan dlm program formal & sakral ini dikenal dgn sebutan pantun orang bau tanah. Jenisnya ialah pantun rekomendasi, agama & pantun budpekerti.
Ada pantun orang renta, ada pula pantun orang muda. Pantun jenis ini digunakan pada acara non-formal yg tak ada relevansinya dgn akhlak & tradisi sakral.
Misalnya pantun dagang, pantun jenaka, pantun nasib, hingga pantun berkasih.
Sumber Penyebaran Pantun Minang, Dimana Bisa Ditemui?
Pantun tempat Minangkabau lahir & meningkat dengan-cara verbal di tengah-tengah masyarakat. Secara mudah mampu dijumpai dlm kisah-dongeng kaba, persembahan, pidato adab, maupun nyanyian/syair serta saluang.
Sebagai teladan, pantun erat kaitannya dgn kisah kaba. Kaba atau dongeng prosa liris – sejenis hikayat, banyak memakai pantun selaku suplemen & selingan untuk memperindah jalan kisah.
(Pantun Pembuka Kaba)
Antah sapek antah mantilau
Ramo-ramo di dlm gantang
Antah dapek antah moh tido
Kaba lah lamo tak baulang
(Pantun Penutup Kaba)
Kalau ado sumua di ladang
Buliah juo manompang mandi
Kalau ado umua panjang
Nan lain pulo diulang lai
Pantun tersebut acap kali digunakan sebagai pembuka & epilog sebuah kaba. Tujuannya tak lain untuk memperindah jalan dongeng.
Selain kaba, penggunaan pantun dgn tujuan serupa pula sering ditemukan pada saluang. Saluang yakni alat tiup instrumen musik klasik khas Minangkabau pengiring dendang.
Pantun daerah Minangkabau tersebut digubah ke dlm bentuk dendang & nyanyian. Salah satu ciri khasnya, pantun-pantun tersebut bertema perasaan duka, iba, & hal-hal yg berhubungan dgn nasib.
Baca Juga: Pantun Minta Maaf
Indikator Pantun Minang Sebagai Tanda Pengenal Khusus
Sebagaimana sebuah pantun, khususnya pantun tempat, pantun tempat Minangkabau pula memiliki indikator pengenal khusus. Indikator ini mampu ianggap selaku ciri khas yg melekat & sangat menunjukkan jati diri pantun tersebut.
Bila disimak lebih mendalam, pantun daerah Minang mempunyai penanda-penanda yg membedakannya dgn pantun umum & tempat lainnya. Indikator tersebut selaku berikut:
1. Dilahirkan & Berkembang di Tengah Masyarakat
Indikator pertama dr pantun berbahasa Minang ialah lahir & meningkat di tengah masyarakat Minang. Bisa dikatakan, pantun ini datang dr, oleh & untuk masyarakat Minang itu sendiri. Keberadaan pantun tersebut bisa dipakai untuk mengungkapkan pikiran, perasaan & membangun komunikasi yg sukses antar sesama.
Sulit rasanya mendapatkan penduduk Minang yg tak ahli berpantun. Bahkan, bisa dibilang semua warga Minang mampu berpantun, walaupun tak mahir. Sampai-hingga, masyarakat Minang punya pantun tersendiri yg ditujukan khusus untuk orang yg kurang paham pantun.
2. Menggunakan Perumpamaan yg Dikenal Masyarakat Minangkabau
Pantun tempat Minang sungguh dikenal oleh pemiliknya, yakni warga Minang. Hal ini karena cuilan sampiran pantun khas Minang sungguh identik dgn sesuatu yg berbau Minangkabau. Misalnya saja benda, lokasi, maupun kejadian khas yg dikenal masyarakat Minang.
Janieh aienyo Sungai Tanang
(Jernih airnya Sungai Tanang)
Minuman urang Bukittinggi
(Minuman orang Bukittinggi)
Tuan kanduang tadanga sanang
(Tuan kandung terdengar senang)
Baolah tompang tubuh kami
(Bawalah tumpang tubuh kami)
Perumpamaan dlm pantun tersebut merefleksikan Minangkabau dr beberapa pemilihan kata. seperti sungai Tanang & Bukittinggi.
Selain itu, pada kepingan isi dituangkan suasana hati yg berhubungan dgn dunia rantau sebagai salah satu prinsip kaum muda.
3. Menggunakan Bahasa Daerah Minangkabau
Sebuah pantun dapat dikategorikan pantun Minang tentunya jikalau menggunakan bahasa daerah Minangkabau. Bahasa tempat yg dimaksud disini ialah bahasa Minang dengan-cara khusus & lazim.
Bahasa Minang lazim ialah bahasa yg tak tercampur dgn ialek. Bahasa umum/tolok ukur banyak dipakai oleh penduduk perkotaan.
Sedangkan bahasa Minang khusus sangat dipengaruhi oleh ialek & idiolek golongan tertentu. Banyak ditemukan pada penduduk yg tinggal di pedesaan.
4. Diyakini selaku Asset Budaya & Hak Milik Warga Minangkabau
Pantun daerah sungguh dipengaruhi oleh budaya & kebiasaan masyarakat lokal. Oleh alasannya itu, tak berlebihan bila menyebut pantun suatu daerah ada hak milik tempat tersebut. Begitupula dgn pantun daerah Minang yg menjadi hak milik sepenuhnya warga Minangkabau.
Rasa kepemilikikan ini muncul karena berpantun merupakan tradisi mulut yg sudah ada semenjak zaman nenek moyang. Konsisten masyarakat Minang dlm melestarikan pantun wilayahnya tetap dgn cara ekspresi patut iacungi jempol.
Orang Minang percaya, nilai-nilai & makna asli dr sebuah pantun akan hilang kalau disampaikan dgn cara lain, misalnya dengan-cara tertulis.
5. Memenuhi Aspek Lahiriah & Batiniah
Maksud dr faktor lahiriah & batiniah yakni ciri yg menandakan pantun tersebut berasal dr Minang. Aspek lahiriah tercermin dr bentuk fisik pantun. Dapat dilihat dgn kasat mana & tercetak terang.
Misalnya gaya bahasa, struktur penulisan & metafora mirip yg telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan aspek batiniah, mirip namanya, aspek ini tak kasat mata namun mampu dicicipi.
Aspek non-fisik ini cerminan dr pola pikir masyarakat kepada dinamika kehidupan yg dijalani. Hasil pemikiran tersebut dituangkan dlm suatu pantun yg sarat akan pedoman hidup tentang norma, kaidah & tata hukum.
Ragam Bentuk Pantun Minang
Setelah mengulas sedikit ihwal asal permintaan pantun tempat Minang & indikator yg menjadi ciri khasnya. Tibalah sekarang pada pembahasan ragam bentuk pantun. Beberapa ragam bentuk pantun khas Minang mirip di bawah ini:
1. Pantun Minang Lawak/Jenaka
Seperti namanya, pantun lawak atau jenaka mempunyai arti lucu & mengundang tawa. Ciri khasnya yaitu penggunaan kata yg tak biasa & condong menggelikan bagi pendengarnya.
Namun jangan salah, dibalik kata-kata lucu & menghibur tersebut, ada suatu makna tersirat berbentuksaran atau sindiran. Contohnya mirip berikut:
Buruang Alang inggok di Barak
(Burung Elang hinggap di Barak)
Pupuak dibali samo jo dadak
(Pupuk dibeli bersama dedak)
Satiok tabayang senum manih adiak
(Setiap terbayang senyum anggun adik)
Karupuak dikunyah raso martabak
(Kerupuk dikunyah rasa martabak)
Sindiran halus di atas ditujukan untuk orang yg dimabuk asmara. Diumpamakan orang yg makan kerupuk berasa martabak cuma karena terbayang senyum anggun kekasihnya.
Secara nalar, kerupuk & martabak yakni dua hal yg sangat berlawanan. Hal bodoh tak masuk budi ini banyak ialami oleh orang lain yg pula sedang jatuh cinta.
2. Pantun Minang Sedih
Ada pantun jenaka penebar tawa, ada pula pantun sedih sebagai kebalikannya. Pantun khas Minang ini memiliki aura menyedihkan.
Maksudnya makna tersirat dlm pantun tersebut sering kali berbentukpelajaran hidup ataupun tanggapan atas perbuatan tak menggembirakan orang tersebut sebelumnya. Contoh pantun sedih sebagai berikut:
Ka pasa Tabiang naiak Bendi
(Ke pasar Tabing naik Bendi)
Pulangnyo harilah sanjo
(Pulangnya hari sudah senja)
Galak tabahak di meja judi
(Tertawa terbahak di meja judi)
Menangih surang dlm pinjaro
(Menangis sendiri dlm penjara)
Pantun duka tak hanya berisi ratapan, tapi tersemat pula saran di dlmnya. Seperti pola di atas, pantun tersebut berkisah tentang seseorang yg ajaib judi.
Saat bermain di meja judi, sungguh menggembirakan hingga tertawa terbahak-bahak. Namun ada pesan perihal ancaman sebagai tanggapan di kemudian hari. Yakni menangis sendirian dlm penjara.
Baca Juga: Pantun Mobile Legend
3. Pantun Minang Nasehat
Bagaimanapun bentuknya & dr mana asalnya, setiap pantun pasti memiliki unsur-unsur usulan & pelajaran kehidupan. Entah untuk kehidupan dunia, ataupun alam baka.
Pantun usulan Minang termasuk ke dlm klasifikasi pantun orang bau tanah. Agar lebih paham, berikut ini umpamanya:
Urang Sijunjuang pandai manumih
(Orang Sijunjung pandai menumis)
Tumih kol jo kacang panjang
(Tumis kol & kacang panjang)
Bahemaik-hemaik dlm bapitih
(Berhemat-hemat memakai duit)
Balanjo usah nan dagang-gadang
(Belanja jangan boros-boros)
4. Pantun Minang Gombal/Cinta Kasih
Membahas perihal pantun cinta memang tak ada habisnya. Banyak elemen penunjang, mirip romantisme, saling merayu, mengungkapkan perasaan terpendam, hingga rasa sakit akan kehilangan.
Pantun cinta berbahasa Minang bisa dijadikan sebagai bahan gombalan merayu pacar, tapi ingat untuk tetap menambahkan arti lantaran belum tentu pasangan mampu berbahasa Minang.
Musajik Rayo ado di Padang
(Masjid Raya ada di Padang)
Payakumbuah punyo Pandai Sikek
(Payakumbuh punya Pandai Sikek)
Kok angan lah mulai panjang
(Kalau angan sudah mulai panjang)
Baa caro adiak ka dapek
(Bagaimanapun caranya adik harus dimiliki)
Pantun di atas mempunyai makna perasaan seseorang yg sedang menggemari lawan jenisnya. Disampaikan bahwa, jika angan sudah panjang maka adik mesti dimiliki, bagaimana pun caranya.
Menggambarkan sifat dasar insan yg senantiasa menginginkan sesuatu & akan melakukan segala macam cara untuk mewujudkannya.
Baca Juga: Pantun Nasehat Belajar
5. Pantun Minang Rantau
Umumnya pria muda Minang akan pergi merantau ke kota lain jauh dr kampung halaman. Budaya merantau ini sudah semenjak usang dilaksanakan masyarakat Minang hingga saat ini.
Tidak heran kalau dimanapun berada, bahkan di banyak sekali belahan negeri ini, akan sungguh gampang mendapatkan perantau dr tanah Minang ini. Merantau sama artinya jauh dr kota kelahiran dlm kurun waktu yg tak sebentar.
Pasti ada perasaan rindu & ingin kembali bersua dgn keluarga. Namun bagi orang Minang, jika belum berhasil maka pantang untuk pulang.
Perasaan rindu kampung halaman seperti ini diungkapkan melalui suatu pantun oleh orang Minang. Contohnya mirip berikut:
Ka sawah bambaok kabau
(Ke sawah menenteng kerbau)
Kabau lalok di namun ladang
(Kerbau tidur di tepi ladang)
Dek ulah iduik batahun di rantau
(Karena hidup bertahun di rantau)
Lah lupo lida jo sama randang
(Sudah lupa pengecap dgn rendang)
Penutup
Demikian pembahasan tentang pantun Minang yg sungguh kental dgn tradisi bebuyutan dr nenek moyangnya. Pantun ini terus dijaga kelestarian & keotentikannya, termasuk dlm sisi penyampaiannya.
Meskipun dokumentasi fisik mulai dilaksanakan, tetapi penyampaian ekspresi tetap diprioritaskan. Hal ini patut ditiru oleh tempat lain untuk menjaga orisinalitas & rasa orisinil pantun tempat.
Pantun Minang