Salah satu teori pendidikan anak yg timbul belakangan ini ialah melarang orang renta mengucapkan kata “jangan” pada anak.
Sejumlah psikolog seperti Ayoe Sutomo berdalih, penggunaan kata “jangan” menciptakan anak jadi penasaran mengapa hal tersebut dihentikan sehingga ia enggan berdasarkan. Menurut konsultan parenting Ayah Edy, orangtua dianjurkan tak memakai kata “jangan” alasannya adalah alam bawah sadar manusia tak menyikapi dgn cepat kata larangan tersebut. Sebagian yg lain menawarkan alasan bahwa kata “jangan” menjinjing nuansa negatif.
Lalu bagaimana persepsi Islam tentang larangan memakai kata “jangan” pada anak? Cukuplah Al Qur’an yg menjawabnya.
Mari kita baca surat Luqman ayat 13.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (camkan) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepa&ya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) yaitu benar-benar kezaliman yg besar” (QS. Luqman: 13)
Inilah Al Qur’an & inilah nasehat salah seorang ayah terbaik kepada anaknya. Rupanya beliau memulainya dgn “laa” (jangan).
“Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dongeng Luqman dgn istilah yg baik bahwa Dia sudah menganugerahinya pesan tersirat & Luqman menasehati anaknya yg merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila beliau memberikan terhadap orang yg paling dikasihinya sesuatu yg paling utama dari pengetahuannya,” tutur Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini, “karena itulah hal pertama yg ia pesankan terhadap anaknya adalah menyembah kepada Allah semata, jangan mempersekutukannya dgn sesuatu apapun.”
Bagi mereka yg beralasan bahwa kata “jangan” menciptakan anak ingin tau & enggan menurut, ternyata Luqman yg penuh pesan yg tersirat menggunakan kata itu & anaknya pun mengikuti serta menurutinya. Luqman tak menggantinya dgn kata “hati-hati” tak pula mengubahnya dgn kata lainnya.
Bagi mereka yg beralasan bahwa kata “jangan” tak direspon alam bawah sadar dgn segera, nyatanya usulan Luqman yg penuh pesan tersirat itu diabadikan dlm Al Qur’an. Seruan para Nabi pun sama dgn un&gan Luqman & umatnya berbondong-bondong meninggalkan kemusyrikan.
Bagi mereka yg berdalih bahwa kata “jangan” membawa nuansa negatif & mengandung tuduhan, bacalah penjelasan Sayyid Qutb ketika menafsirkan ayat tersebut dlm Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: “Sesungguhnya saran mirip ini tak menggurui & tak mengandung tuduhan. Karena orangtua tak menginginkan bagi anaknya kecuali kebaikan & orangtua cuma menjadi penasehat bagi anaknya. Luqman melarang anaknya dari berbuat syirik & beliau menunjukkan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan merupakan kezaliman yg terbesar.”
Bagi mereka yg berdalih bahwa kata “jangan” membawa nuansa negatif sebagaimana kata “tak”, hendaklah ia mengenali bahwa dlm Al Qur’an, kata “laa” yg berarti “jangan” atau “tak” terdapat dlm 747 ayat. Banyak bukan? Lalu, alasan terlebih kita melarang memakai kata “jangan”?
Wallahu a’lam bish shawab. [Ratih BK/Webmuslimah]