Jauhi Sifat Sombong

Orang yang merasa dirinya suci tergolong bagian dari arogansi, dikarenakan telah menempatkan dirinya pada posisi tertentu yang secara spiritual lebih tinggi dibanding lainnya. Jika perasaan suci itu dinampakkan secara pasif disebut ujub, namun jikalau sudah dimanifestasikan secara aktif menjadi kibr atau takabur (keangkuhan). Baik arogansi yang disembunyikan (pasif) maupun arogansi yang dinampakkan (aktif) sama bahayanya, baik untuk diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Makhluk pertama yang menawarkan secara jelas-terangan kesombongannya ialah iblis, hanya karena ia merasa asal penciptaannya lebih baik dibanding dengan asal penciptaan Adam. Ia menolak dipersamakan dengan Adam, apalagi harus sujud kepadanya. Perbedaan asal penciptaan itulah yang menginspirasi iblis menyombongkan diri di hadapan penciptanya sendiri, Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Aku lebih baik
daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raf [7]: 12).
Inspirasi arogansi itu mampu tercetus dari aneka macam hal yang dianggap istimewa atau lebih dari yang lain. Seseorang bisa menyombongkan kekuasaan yang dimilikinya, sebagaimana Fir’aun yang berkata, “Bukankah kerajaan Mesir itu milikku….?” (Az-Zukhruf [43]: 51).
Bisa juga orang menyombongkan kekayaannya, sebagaimana Qarun yang mengklaim, “Sesungguhnya aku diberi harta itu hanya sebab ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash [28]: 78).
Orang bakir bisa jadi menyombongkan kepandaiannya, padahal ilmu yang diberikan kepada insan itu amat sungguh sedikit.
Wahai orang-orang yang sombong, seandainya bukan alasannya hijab dari Allah Ta’ala bantu-membantu tidak sedikitpun tampak kebaikan pada diri kalian. Seandainya Allah membuka hijab kita, akan terbukalah banyak sekali skandal besar dan kecil yang sangat memalukan. Ilmu yang kita sombongkan melalui gelar, sertifikat, strata kesarjanaan, dan lain sebagainya bisa jadi hasil dari sebuah kecurangan. Pernahkan kita mencontoh? Menyadur karya orang lain secara sembunyi-sembunyi? Mendebat tanpa ilmu? Berlagak tahu padahal tidak tahu?
 

Kalau bukan alasannya adalah Allah menutupi kekurangan kita, sungguh tak seorang pun hormat kepada kita. Boleh jadi kita ketika ini menjadi pemimpin yang dihormati, namun di balik itu sungguh banyak sikap tak terpuji yang tak pantas ditiru atau diteladani. Kalau orang lain mengenali, sungguh kita malu sendiri.
Ketahuilah, orang-orang yang sudah berceloteh perihal kemuliaan garis keturunannya yaitu orang yang gagal. Orang yang berbicara perihal kejayaan era lalunya ialah orang-orang yang ndeso. Sedangkan orang-orang yang membanggakan kesalehannya dan mempersaksikan terhadap orang lain ialah orang yang tertipu. Orang yang mengatakan dirinya suci yaitu orang yang layak diragukan kebenarannya.
Biarlah Allah yang menilai apakah kita tergolong golongan yang suci, karena Dia-lah yang Maha Tahu dan mempersaksikan setiap sikap, perilaku, dan apa pun yang tersembunyi dari pikiran dan perasaan kita yang paling dalam. Sebagaimana ditegaskan-Nya :
“Dan janganlah kau menganggap dirimu suci, Dia-lah yang paling mengetahui perihal orang yang bertakwa.” (An-Najm [53]: 32).