Kado Terindah Sebuah Doa

“Mengapa tak ada yg istimewa kali ini? Seharusnya ada yg menemanimu di ketika seperti ini. Tapi kenapa malam ini kamu sendiri saja? Kau kan ulang tahun. Benar-benar malam minggu yg kelabu.”

***

Kalimat itu tertuju padaku tatkala sedang chatting dgn salah seorang sahabat facebook di sebuah warkop dekat tempat tinggalku. Kebetulan saja karena hari ini yakni hari ulang tahunku yg bertepatan dgn malam ahad. Dua april. Saat ini, gue sebaiknya sedang tersenyum senang bersama sang kekasih terlebih di malam minggu. Sendiri tanpa ditemani sang kekasih. Memang kelabu. Menurutnya, gue tak sebaiknya sendiri di sana malam itu.

Kata-katanya itu langsung saja membuatku tertawa kecil. Aku hanya membalasnya dgn senyum. ia tak tahu jika di hari ulang tahun kali ini, gue sungguh bahagia meskipun orang yg kusayangi tak bersamaku di sini. Menemaniku tepat di tanggal kelahiranku. ia tak pernah tahu kalau semalam sudah kudengar suatu doa yg bagiku adalah hadiah paling istimewa yg pernah diberikannya padaku sejak gue menempatkan namanya dlm hatiku. Doa yg menghempas segala kekusutan hatiku. Meskipun, beberapa ketika sebelumnya ia membuatku jengkel & nyaris berpura-pura lupa kalau esok ada hari yg istimewa.

Bagaimana tidak. Semalam sebelumnya, nyaris sejam gue menjajal menghubunginya, tapi ponselnya sedang tak aktif. Amarahku mulai menyanggupi kepalaku. Kucoba menahan segala amarah itu. “Mungkin baterei HP-nya sedang error. Atau mungkin pula jaringan yg sedang tak erat. Lagipula, saat ini cuaca lagi tak wajar “. Aku memikirkan beberapa kemungkinan. Kutepis semua anggapan yg tak semestinya kupikirkan. Apalagi ketika-ketika mirip ini. Kusibukkan diri dgn teman-sahabat serumah. Minum teh sambil makan roti tawar & susu cokelat.

  Nilai-Nilai Pancasila Dan Sejarah Usaha

Namun, itupun tak bertahan usang. Kembali kucoba menghubunginya dgn sebuah harapan besar. Aku ingin menunggu jam menunjuk pukul 24.00 bersamanya meski hanya dgn bunyi. Keyakinanku benar. Handphonenya aktif. Pesan singkat yg semenjak tadi kukirim telah sampai. Aku mengiriminya pesan hingga empat kali.
“Tuut… tuut….”, bunyi telepon berdering. Tak usang kemudian terdengarlah suara sang kekasih yg sudah usang kutunggu.
“Halo!”, katanya di seberang sana.
“Halo!”, jawabku. Belum sempat gue menanyakan kenapa HP-nya gres diaktifkan, ia eksklusif berucap dgn nada yg agak tergesa-gesa.
“Tunggu sebentar, saya lagi ada kerjaan. Sebentar saya SMS”.

Karena jengkel, tanpa berbicara lagi gue eksklusif menuntaskan panggilan ke nomornya. Kejengkelanku bukannya hilang tapi malah semakin memuncak. Aku benar-benar emosi. Sempat terlintas dlm pikiranku untuk menonaktifkan HP milikku supaya tak ada yg menghubungiku malam itu, tergolong beliau. Niat itu kuurungkan alasannya adalah beberapa pertimbangan. Aku menanti beberapa dikala hingga jam sedikit lagi menunjuk angka 12. Belum pula ada SMS darinya. “Apakah ia sudah tidur?”

Sementara hujan bergitu deras mengguyur kota malam ini. Dingin mulai menusuk ke dlm tubuhku. Aku kedinginan. Apalagi tadi dr kos-an sobat di sebelah lorong & tak memakai jaket. Benar-benar malam yg menjengkelkan.

Kurebahkan tubuhku dgn membungkusnya dgn suatu selimut berwarna putih semoga tak kedinginan. Aku kembali melirik jam sambil menanti SMS darinya. “Mengapa sampai jam segini belum pula ada SMS-nya?”, kataku dlm hati. Kucoba supaya mataku yg sudah merayu untuk dipejamkan tetap terbuka. Masih dgn perasaan jengkel yg bercampur dgn rasa dingin dlm tubuhku, tiba-tiba HP-ku berdering.

Karena gue percaya kalau ia yg menghubungiku, dgn secepat kilat kuraih HP-ku. Terdengar lagi suaranya yg sudah sungguh gue kenali. Belum sempat lagi gue berucap apa-apa, ia mengucapkan selamat hari ulang tahun padaku.

  Project Based Learning (Pjbl) Djj Oleh Bdk Denpasar

“Happy birthday meinlieben. Semoga tahun ini bisa menerima pekerjaan. Bisa sukses & bisa membahagiakan orang bau tanah. Satu lagi, mudah-mudahan kasih sayang abang padaku bertambah & bisa membimbingku ke arah yg lebih baik di jalan Allah. Amin.”

Dalam sekejap perasaan jengkel di tubuhku sirna mendengar perkataannya. Semuanya bermetamorfosis suatu senyum. Keteduhan menyanggupi jiwaku yg dipenuhi emosi. Redam. Segala kekhawatiran yg kurasakan raib sudah. Aku sangat bangga & bahagia alasannya impian yg hampir hilang terwujud sudah. Dialah orang pertama yg memperlihatkan ucapan itu padaku. Orang yg senantiasa membuatku tenang dgn senyumnya. Yang bisa mengubah lautan amarahku menjadi salju. Sosok yg sungguh gue sayangi.
“Terima kasih, ade’!”, jawabku dgn senyum bahagia.
“Maaf, tadi HP-ku sengaja kunonaktifkan sebab menanti sampai jam 12 datang. Maaf ya, kak!”
“Iya. Tidak apa-apa”.

Aku tak bisa menggambarkan perasaan riang yg kurasakan malam itu. Aku sungguh berterima kasih padanya untuk suatu malam yg istimewa dr semua malam yg terlewati. Untuk suatu doa di hari ulang tahunku. Untuk suatu kalimat yg paling membuatku gembira. Semoga tambah disayangka’. Meskipun tak ada kado darinya, namun bagiku, itulah kado terindah yg ia berikan untukku. Sebuah kalimat yg akan selalu kuingat setiap dikala. Di tiap hela nafasku yg berhembus. Aku tak meminta apa-apa. Aku cuma ingin menyaksikan senyumnya. Senyum yg bisa mendamaikanku. Itulah senyummu.

***

Aku sungguh memahami keadaanmu yg acap kali menghalangi kita untuk senantiasa bareng . Aku pula tak akan memaksakan keinginanku untuk senantiasa bersamamu, walau rindu untukmu kadang kala tak mampu kutahan. Aku akan selalu menyayangimu dgn segala ketulusanku. Aku akan senantiasa mempertahankan cinta ini untukmu. Aku menyayangimu selalu & selamanya!

  Makalah Campak

Makassar, 5 April 2010
Aku senantiasa merindukanmu ade’Q sayang!