Bentuk Hubungan Logis dalam Bahasa Indonesia

A. Pengertian Bentuk Hubungan Logis

Bentuk hubungan logis merupakan satuan citra cirri semantic kata-kata pembentuk kalimat yg dapat membuahkan kesimpulan dengan-cara logis serta mengandung nilai kebenaran dengan-cara analitis.

B. Bentuk Hubungan Logis dlm Perspektif Kajian Semantik

Menurut Davidson pada tataran pertama bahasa disikapi sebagai “standard logic” atau sebagai tanda-tanda yg mengandung kaidah hubungan logis. Bahasa pada tataran tersebut didudukan selaku “formal language” atau bahasa yg diformulasikan pengaji sesuai dgn norma yg digunakan. Bahasa yg diformalisasikan pengkaji sesuai dgn gambaran bentuk hubungan logisnya pengkaji melakukan pertolongan karakteristik bentuk logisnya dgn mendasarkan pada karakteristik hubungan semantisnya.

Sebagai obyek kajian hubungan logis, bahasa yg didudukan dlm konteks “standard formal language” dgn demikian ialah bahasa yg sudah diidealisasikan. Selain itu, sesuai dgn kedudukan kalimat-kalimat itu sebagai “formal language” pengkaji dapat saja memodifikasi lambing kebahasaan itu ke lambing logika simbolik. Meskipun demikian, dr adanya pemertalian “standard formal language” dgn bahasa natural, memperlihatkan bahwa formal language bukanlah jenis bahasa yg disusun dengan-cara “fiktif”, melainkan bahasa yg mempunyai pertalian dgn pengalaman keseharian. Dengan kata lain, formal language yakni bahasa keseharian yg diidealisasikan, diformalisasikan.

Betolak dai pengetahuan Montague, & Thomason mampu dikemukakan bahwa tugas utama semantic ialah melaksanakan studi perihal hubungan antara verbal (=wujud formal proposisi) yg satu dgn yg lain dlm kaitannya dlm dunia acuan selaku nonlinguistic subject matter. Dalam pembahasan ini studi tentang hubungan antara bentuk lisan dgn dunia acuan selain dikaji melalui pembahasan hubungan dgn unsure referensial atau kongkretum dlm kalimat dihubungkan dgn dunia teladan, pula dihubungkan dgn kajian perihal antara nilai kebenaran dlm suatu proposisi ditinjau dr cirri bentuk hubungan logisnya dihubungkan dgn dunia acuan.

Kaidah hubungan logis yg dihubungkan dgn indeks maupun signifikan, nilai kebenarannya berkaitan dgn kebenaran analitis. dlm hal demikian, antara kebenaran dengan-cara logis dgn kebenaran secaa analitis balasannya merupakan dua hal yg tak terpisahkan. keeatan hubungan demikian pula ditunjukkan oleh keeratan hubungan antara kebenaran dgn kebermaknaan. Dalam kajian Semantik sebutan bentuk hubungan logis selain dihubungkan dgn bentuk hubungan logis makna kata-kata dlm kalimat, makna kata-kata dlm hubungan antara kalimat pula dihubungkan dgn inferensi atau pengambilan kesimpulan dengan-cara logis.

  Pengembangan Pendidikan Dalam Rangka Desentralisasi Dan Otonomi Kawasan

Dalam akal simbolik, sebutan akal lazim dihubungkan dgn nalar proposional, & logika kuantifikasional. Permasalahannya dengan-cara lazim meliputi (i) spesifikasi bentuk hubungan logis sesuai dgn perakit yg digunakan, (ii) spesifikasi cirri hubungan antara anteseden dgn konsekuen, & (iii) kaidah pembuahan inferensi otentik (valid inferences) dr argument & pedikator dlm proposisi yg berlainan, & (iv) permasalahan menyangkut kuantifikasi. Dalam kajian semantic, hasil kajian akal simbolik tersebut dijadikan salah satu dasar penafsiran system kaidah hubungan logis dlm bahasa natural.

C. Pemilihan Bentuk Hubungan Logis dlm Kalimat

  1. Bentuk hubungan analitis
    Sebutan analitis dlm studi makna bekerjasama dgn dua hal. Pertama, sebutan analitis menyangkut “nilai kebenaan dengan-cara analitis”. Kedua, ungkapan analitis sebagai salah satu bentuk hubungan logis. Ditinjau dr terdapatnya cirri kebenaran dengan-cara analitis, semua hubungan makna yg memiliki nilai kebenaran menurut “criteria analitis” dapat disebut berbentuk analitis.
  2. Bentuk hubungan simetris
    Dalam hubungan dengan-cara simetris, argument-argumen dlm kalimat salain mengarahkan alasannya adalah predikator yg berlaku bagi argument 1 pula berlaku bagi argument 2. sebaliknya predicator yg berlaku bagi argument 2 pula berlaku bagi argument 1. Dari terdapatnya kewajiban cirri demikian, ditinjau dr prinsip kalkulus predikat kalimat yg mengandung hubungan simetris yaitu kalimat yg ditinjau dr predikatornya mewajibkan adanya dua argument atau lebih.
  3. Bentuk hubungan refleksif
    Bentuk hubungan logis disebut hubungan refleksif apabila kekerabatan makna dlm kalimat penjelasan yg diberikan pada argument mencerminkan cirri lain pada argument itu sendiri.
  4. Bentuk hubungan transitif
    Relasi makna dlm kalimat disebut mengandung hubungan transitif apabila cirri hubungan argument x & y, & hubungan argument y & z dengan-cara logis pula menentukan hubungan argument x & z.
  5. Bentuk hubungan Kontradiksi
    Hubungan kontradiksi mampu diartikan sebagai hubungan kata-kata dlm suatu proposes yg menunjukkan adanya ketidaksesuaian atau bersifat kontradiktif. Sebagaimana bentuk hubungan logis yg lain, bentuk hubungan pertentangan mampu menawarkan spesifikasi cirri hubungan unsure-bagian pembentuk proposisi. proposisi tersebut selain mampu berupa proposisi sederhana yg terdiri atas sebuah argument & suatu predicator, dapat pula berupa proposisi kompleks.
  Panduan Penyelenggaraan Pendidikan PAUD Sampai Perguruan Tinggi Saat Pandemi Covid19

D. Ciri Bentuk Hubungan Logis dlm Kalimat Bahasa Indonesia

  1. Hubungan analisis dlm kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) (A) yg dijelaskan, & (B) ungkaian yg berisi penjelasan, (ii) kesanggupan urutan (A) (B) dinyatakan dlm urutan (B) (A) tanpa mengganti proposisinya, (iii) nilai kebenaran hubungan (A) & (B) mampu diputuskan menurut kenali cirri semantic, & signifikan dengan-cara logis.

    Contoh:
    Durian adalah jenis buah-buahan yg kulitnya berduri.
    (A) = durian
    (B) = jenis buah-buahan yg kulitnya berduri

    Kaidah hubungan logis pada jenis tautologies yakni korelasi makna diputuskan mempunyai hubungan tautologies apabila unsure-bagian pembentuk kekerabatan makna itu saling menerangkan alasannya adalah beberapa cirri yg dimiliki unsure yg lain.

  2. Hubungan simetris dlm kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) ungkaian-ungkaian pembentuk proposisi yg nilai kebenarannya saling mengarahkan, (ii) kedatangan ungkaian yg satu secaa logis mampu menambahkan kehadiran ungkaian yg lain, & (iii) dlm suatu kalimat, salah satu ungkaian pembentuk proposisinya memiliki kemungkinan dihilangkan.

    Contoh:
    Ari suami Vivi, Vivi istri Ari

    Kalimat tersebut antara ungkaian yg satu dgn yg lain saling mengarahkan. Ungkaian (P) Ari suami Vivi nilai kebenarannya diputuskan oleh ungkaian (Q) Vivi istri Ari, atau sebaliknya.
    Kaidah hubungan simetris yakni korelasi makna ditentukan memiliki hubungan simetris apabila beberapa cirri pada (P) sebagai salah satu ungkaian pembentuk proposisinya nilai kebenarannya diputuskan oleh ungkaian (Q), sehingga kehadiran ungkaian (P)/(Q) dengan-cara logis sudah menambahkan kedatangan ungkaian (Q)/(P).

  3. Hubungan refleksif dlm kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) dua predikat atau penjelmaan pada referan yg sama, (ii) kedua klarifikasi itu saling merefleksikan cirri referan yg diacu, (iii) refleksi penjelasan pertama dengan-cara logis menentukan refleksi penjelasan kedua atau sebaliknya.

    Contoh:
    Bobot tubuh Tya sama dgn berat badan Tya

    Kalimat tersebut mengandaikan adanya signifikasi logis : referensi x pada “bobot Tya” sebagai (P) = “bobot” Tya, yaitu pula (P) = “berat tubuh” Tya. Sebab itulah penjelasan menyangkut (A) Tya, ada sebagai PAP.

    Kaidah hubungan dengan-cara refleksif yaitu hubungan makna diputuskan memiliki hubungan refleksif apabila cirri x yg satu mencerminkan/direfleksikan cirri x lain yg mengacu pada referan yg sama.

  4. Hubungan transitif dlm kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) tiga ungkaian yg salah satunya dapat dibuahkan menurut pada signifikasi dengan-cara logis, (ii) berlakunya nilai pada hubungan ungkaian pertama dgn ungkaian kedua pada ungkaian ketiga sehingga nilai ungkaian ketiga nilai kebenarannya dapat dihubungkan dgn ungkaian pertama, & (iii) dlm sebuah kalimat, ungkaian ketiga sebagai ungkaian yg dibuahkan berdasakan signifikasi logis kehadirannya dengan-cara tak pribadi sudah termban dlm ungkaian pertama, & ungkaian kedua.

    Contoh:
    Tya lebih gemuk dr pada Dipta. Dipta lebih gemuk dr pada Novan. Dengan demikian, Tya lebih gemuk dr pada Novan.

    Merujuk pada kalimat di atas, mengandaikan Tya = X, lebih gemuk = P, Dipta = Y, & Novan = Z, nilai yg ada pada XPY, & YPZ, dengan-cara logis membuahkan nilai yg berlaku bagi XPZ.
    Kaidah hubungan dengan-cara transitif yaitu hubungan makna ditentukan mempunyai hubungan transifitas apabila perbandingan argument x dgn argumen y, antara y dgn z, secaa logis berlaku bagi pebandingan antara x dgn z.

  5. Hubungan kontradiksi dlm kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) ketidaksesuaian hubungan makna kata-kata, sehingga hubungan makna kata-kata sebagai pembentuk satuan proposisinya bersifat kontradiktif, & (ii) proposisi yg dikandungnya memiliki kesalahan.

    Contoh:
    Ia orang kaya yg miskin.

    Kalimat tesebut, antara lain dibentuk oleh kata (A) kaya, & (B) miskin. Representasi makna (A) & (B) mengandung ketidaksesuaian relasi makna. Sebab itu proposisi yg dikandungnya mampu diputuskan mengandung kesalahan.

Kaidah hubungan dengan-cara kontradiktif yaitu kekerabatan makna ditentukan mempunyai hubungan pertentangan apabila dlm satuanproposisinya mengandung x & bukan x.