Makalah: Metode Resitasi (Pemberian Tugas)

A. Pengertian Metode Resitasi
Kegiatan berguru mengajar di sekolah merupakan fungsi pokok & usaha yg paling strategis guna mewujudkan tujuan intruksional yg diembang oleh lembaga tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi & tugas instruksional itu diperlukan tenaga pengelola yg cekatan & profesional, lantaran di tangan para gurulah terletak kemungkinan sukses atau tidaknya tujuan pendidikan di sekolah.

Kegiatan berguru mengajar harus selalu ditingkatkan, biar proses itu dapat berlangsung dengan-cara efektif & efisien. Mengingat terbatasnya waktuyang tersedia dlm proses mencar ilmu mengajar di kelas, sehingga tak seimbang dgn banyaknya materi yg akan disampaikan sesuai dgn pesan kurikulum. Kaitannya dgn hal tersebut, seorang tenaga pengajar mesti berusaha untuk mencari biar apa yg telah diangkut dlm kurikulum mampu tercapai, utamanya dlm menunjukkan pemahaman yg lebih baik, terarah & berkesinambungan terhadap sebuah konsep.

Banyaknya acara di sekolah dlm kaitannya dgn aktivitas pendidikan & pengajaran, cukup menyita waktu siswa untuk melaksanakan aktivitas berguru mengajar tersebut. Untuk menangani kondisi ini guru mesti memperlihatkan peran-tugas di luar jam pelajaran, alasannya adalah bila cuma memakai seluruh jam pelajaran yg ada untuk setiap bidang studi tak akan memadai permintaan pelajaran yg diharuskan seperti yg tercantum dlm kurikulum. Oleh karena itu, dlm kurikulum 2004 dihidangkan tugas atau pekerjaan rumah sebagai pasangan atau suplemen aktivitas tatap wajah.

Salah satu perjuangan untuk meningkatkan pemahaman belajar PKn bagi murid sekolah dasar yakni dgn menggunakan metode yg tepat. Banyak metode yg dianggap tepat dlm penyajian materi pembelajaran utamanya pada materi PKn, seperti metode ceramah, diskusi & metode resitasi. Namun yg menjadi konsentrasi obrolan dlm kajian ini, adalah metode pembelajaran resitasi atau metode perlindungan tugas, karena metode resitasi ini merupakan salah satu metode pembelajaran yg menekankan pada murid semoga mampu belajar, mendapatkan & mencicipi sendiri kegiatan berguru yg dilakukan. Metode resitasi dlm perspektif Mansyur (1996 : 110) adalah guru memberikan peran tertentu supaya siswa melaksanakan acara berguru, kemudian mesti mempertanggungjawabkannya.

  Keterkaitan Tata Cara Pendidikan Dengan Budaya

Soekartawi (1995: 19) mendefinisikan bahwa metode resitasi yakni suatu cara yg menyajikan materi pelajaran dgn memperlihatkan peran pada siswa untuk dipelajari yg kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas. Juga metode resitasi sering disebut dgn metode bantuan peran yakni metode dimana siswa diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.

Defenisi metode resitasi yg dikemukakan di atas, dapat di deskripsikan bahwa metode resitasi atau perlindungan peran merupakan salah satu cara atau metode mengajar yg menuntut supaya siswa dapat berperan aktif dlm acara belajar mengajar, sehingga ia mampu menyelesaikan peran-peran yg diberikan oleh guru untuk dikerjakan di luar jam pelajaran.

B. Langkah-langkah Metode Resitasi
Menurut Nasution (1988) dibilang bahwa pekerjaan rumah dapat berupa:

  1. Pekerjaan rumah selaku belajar sendiri, contohnya mempelajari satu bab dr buku pelajaran, menterjemahkan bahasa ajaib, membaca, menghafal, & sebagainya.
  2. Pekerjaan rumah sebagai fasilitas latihan, misalnya menyelesaikan soal-soal dr materi yg sudah diajarkan mengenai hukum & prinsip-prinsip cara menyelesaikannya.
  3. Pekerjaan rumah berupa penyimpulan sejumlah materi yg bekerjasama dgn materi yg akan atau yg telah dipelajari.

Sejalan dgn batas-batas di atas, maka dlm penelitian ini yg menjadi target peran adalah pekerjaan rumah sebagai sarana latihan dimana siswa dituntut melaksanakan soal-soal dr materi yg diajarkan.

Pemberian peran merupakan seperangkat soal-soal yg diberikan pada siswa untuk dilaksanakan di luar jam pelajaran, soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa dgn mengacu pada tujuan intruksional khusus yg ingin diraih dlm setiap kegiatan berguru mengajar di kelas, sebagaimana yg dijelaskan oleh Mulyasa (2007 : 113) bahwa biar metode tunjangan peran terorganisir mampu berjalan dengan-cara efektif, guru perlu memperhatikan tindakan sebagai berikut:

  1. Tugas harus direncanakan dengan-cara terperinci & sistematis, terutama tujuan penugasan & cara pengerjaannya.
  2. Tugas yg dberikan mesti mampu dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa usang tugas tersebut mesti dilaksanakan, dengan-cara individu atau golongan, & lain-lain.
  3. Apabila tugas tersebut berupa peran kalangan, perlu diupayakan supaya seluruh anggota golongan mampu terlibat dengan-cara aktif dlm proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut teratasi di luar kelas.
  4. Perlu diupayakan guru mengendalikan proses solusi peran yg dijalankan oleh penerima didik. Jika tugas diatasi di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian peran melalui konsultasi dr penerima didik. Oleh karena itu dlm penunjukkanyg harus diselesaikan di luar kelas, seharusnya akseptor didik diminta untuk menunjukkan laporan perkembangan mengenai tugas yg dijalankan.
  5. Berikanlah penilaian dengan-cara proporsional kepada tugas-peran yg dijalankan peserta didik. Penilaian yg diberikan semestinya tak hanya menitikberatkan pada produk (ending), tetapi perlu diperhitungkan pula bagaimana proses solusi tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan dengan-cara eksklusif sehabis tugas tertuntaskan, hal ini disamping akan menimbulkan minat & semangat belajar penerima didik, pula menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yg harus diperiksa.
  Perilaku Belajar Paulo Freire (Mengembangkan Sikap Kritis dalam Belajar)

Demikian pentingnya pemberian tugas itu sehingga siswa mampu lebih mendalami & menghayati bahan yg sudah diberikan. Metode sumbangan peran mampu diartikan sebagai sebuah format interaksi mencar ilmu mengajar yg ditandai dgn adanya satu atau lebih tugas yg diberikan oleh guru, dimana penyelesaian peran tersebut mampu dilakukan dengan-cara perorangan atau golongan sesuai dgn isyarat dukungan tugas tersebut.

Dengan memperhatikan batas-batas metode tunjangan tugas sebagaimana dikemukakan diatas, maka hal-hal yg hendaknya dimengerti guru adalah sebagai berikut:

  1. Tugas ditujukan pada para siswa dengan-cara perorangan, golongan atau kelas.
  2. Tugas mampu diselesaikan & dilaksanakan di lingkungan sekolah (dalam kelas atau luar kelas) & di luar sekolah (rumah).
  3. Tugas mampu berorientasi pada satu pokok bahasan ataupun integrasi beberapa pokok bahasan.
  4. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yg gres, mengingat pelajaran yg sudah diberikan, menuntaskan latihan-latihan pelajaran, menghimpun keterangan atau data yg dibutuhkan untuk memecahkan duduk perkara, serta tujuan-tujuan yg lain.

Pemberian peran dengan-cara terorganisir setiap selesai proses mencar ilmu mengajar pula akan memberikan rangsangan yg bermakna bagi obyek didik di dlm perjuangan lebih mendalami & menekuni suatu topik/materi pelajaran. Dengan adanya tugas terorganisir obyek didik dirangsang untuk selalu memanfaatkan waktu dgn baik sehingga mengurangi acara di luar kelas (sekolah) yg tak berguna, yg alhasil akan menambah wawasan bagi obyek didik tersebut. Dengan demikian pinjaman peran dengan-cara terorganisir sungguh faktual dlm usaha meningkatkan prestasi mencar ilmu siswa & pula memberikan pengutamaan wacana posisi esensial dr pelaksanaan peran dengan-cara terstruktur, selaku salah satu komponen yg terkait dlm proses berguru mengajar yg perlu menerima perhatian dengan-cara masuk akal.

  Makalah: Pengelolaan Kelas

DAFTAR PUSTAKA

Mansyur. 1996. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Depdiknas.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1988. Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Soekartiwi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. (Cet. I) Jakarta: Dunia Pustaka Raya.