Drama Religi Ramadhan Bertema Penyesalan untuk 10 Orang – Dunia yg kita tempati merupakan dunia yg fana & terkadang membutakan kita untuk berfikir kembali bahwa ada ‘dunia awet’ yg menunggu kita sesudah kita meninggal nanti. Tapi semua orang tak sepenuhnya menyadari & hidayah dr sang pencipta memang tak diberikan pada seluruh ciptaanNya.
Drama dibawah merupakan salah satu dr teladan penyesalan yg datang terlambat. Mudah-mudahan Sobat bisa mengambil hikmah & pelajaran dr drama dibawah ini. Silahkan disimak ya Sob…!
DRAMATIC PERSONAE
- Abdullah (Lelaki)
- Fatimah
- Aisyah
- Hasan
- Bi Inah
- Lelaki Berjubah Putih
- Bartender
- Teman bartender
- Sopir
- Petugas Rumah Sakit
PROLOG
LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL.
BABAK I
DI PUB BAR
ABDULLAH (Sambil setengah mabuk)
Hei… bartender, tambaah lagi birnya!
BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU
LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dgn sempoyongan)
Ka…mu tau, siapa saya he…he?
SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM
LELAKI
Sa…ya, sa…ya seorang laki-laki sukses. Kamu, kau tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya manis & ganteng. Saya punya duit banyak, berlimpah.
BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG.
BARTENDER (Memegang bahu lelaki)
Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja.
LELAKI (Menepis tangan Bartender)
Pulang…? Mabuk…? Akh,… kau abnormal. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini…
LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA.
BARTENDER
Ini bos Anda, bukan?
MENUNJUK LELAKI YANG DIGOTONG TEMAN-TEMANNYA
SOPIR (Mengangguk)
Teler lagi, Tuan? (Sambil membukakan pintu mobil, Bartender & mitra-kawannya menaruh laki-laki itu)
KAWAN BARTENDER
Gila ya, bos ananda itu, tiap malam tak pernah mangkir dr teler. Sudah, bawa pulang sana!
SOPIR
Terimakasih Tuan-tuan!
TANCAP GAS DAN PERGI
BABAK II
DI MOBIL (DI JALAN)
LELAKI
Eeh… eeh. Di mana, aku? (Setengah sadar)
SOPIR
Bos, kita akan pulang.
LELAKI
Pulang?. Ah, kau, Mir! Memang gue punya rumah tempat gue mampu pulang? Memang ada yg menanti gue pulang? Paling-paling si Inah, istri ananda yg ada.
Mir, sudah, kita muter ke pub aja lagi.
SOPIR (Memegang kepala)
Tuan, itu tak mungkin. Saya tak ingin diusir sama pegawai pub.
LELAKI (Memelototkan mata)
Diusir? Hei…, apa salah kau, Mir?
SOPIR (gundah)
Anu, Tuan, maksud saya, saya tak mau kembali ke pub sebab di kawasan itu tadi saya lihat banyak polisi. Saya takut kena razia atau diusir.
LELAKI (Melonggo)
Oo… oo… oo! Kukira kau diusir. Kalau begitu kemana ja deh, Mir! Pokoknya gue tidak mau pulang. Rumah besar itu mirip neraka buatku.
SOPIR
Baik, Tuan.
MOBIL YANG DITUMPANGI LELAKI ITU MELAJU MEMBELAH MALAM. TAK JELAS ARAH YANG MAU DITUJU. AMIR, SANG SOPIR. MEMBAWA MOBIL ITU HANYA MENGIKUTI SUARA HATINYA SAJA. JIKA HARUS BERBELOK, MAKA IA MEMBELOKKAN MOBILNYA. JIKA HARUS BERHENTI IA PUN MENGHENTIKAN MOBILNYA. SEMENTARA, LELAKI ITU TERTIDUR DENGAN LELAPNYA.
BABAK III
SEORANG LELAKI BERPAKAIAN PUTIH (LBP) MEMUTAR-MUTAR BUTIR TASBIH MENDEKATI LELAKI ITU DAN BERBICARA DENGAN SUARA YANG LIRIH.
LBP
Abdullah, berdiri! Bangun Abdullah! Bangun!
LELAKI (Terkejut, mundur ke tembok putih)
Si… si…siapa engkau, wahai lelaki berjubah putih?
LBP
Aku adalah Kamu, Abdullah. Aku adalah bunyi hatimu. Aku yaitu nafasmu. Aku ialah Kamu…
LELAKI
Bohong. Kamu hantu, iblis, syaitan. (Suara keras)
LBP
Abdullah! Aku memang Kamu. Bagian lain dr hati nuranimu. Lihat … lihatlah gue dgn seksama.
LELAKI MEMANDANG LEKAT-LEKAT KE LBP
LBP
Abdullah, Kamu sudah sangat jauh kehilangan arah. Apa yg Kamu cari? Semua sudah Kamu punya. Kamu menyiksa dirimu sendiri. Mengapa Kamu begitu kolot menjerumuskan dirimu? Sadarlah! Lihatlah dirimu, tanyalah hati nuranimu.
LELAKI (Tertunduk, menggumam)
Iya, apa yg kucari! Dunia sudah kuraih. Lalu apa lagi?
LBP (Berbicara pelan)
Kedamaian dan iktikad. Itulah yg hilang & coba ananda cari. Dunia yg ananda raih ternyata membuat dirimu lupa. Sadarlah dirimu. Kembali kekeluargamu. Di sana ada cinta yg ananda lupa. Dia bidadari yg selalu berdoa di tiap malamnya. Pulanglah, Abdullah!
TIBA-TIBA SOPIR MENGEREM MOBIL DENGAN MENDADAK DAN TERJAGALAH LELAKI ITU DARI MIMPINYA.
LELAKI (Melotot murka)
Apa…apaan kau, Mir! Bawa kendaraan beroda empat tak hati-hati. Aku belum mau mati.
SOPIR
Maaf, Tuan.
LELAKI (Dengan mata menerawang)
Mir, kita pulang & jangan bertanya.
SOPIR MEMUTAR MOBIL TANPA BERANI BERTANYA TENTANG KEPUTUSAN PULANG TUANNYA
BABAK IV
DI RUMAH LELAKI. KETIKA MOBIL LELAKI ITU MEMASUKI GERBANG SEBUAH RUMAH BESAR, SAYUP-SAYUP DIDENGARNYA SUARA MERDU ORANG MENGAJI.
LELAKI (Wajah resah)
Kamu tahu suara apa itu, Mir?
SOPIR
Anu, Tuan. Itu suara orang mengaji! Suara Neng Fatimah, Tuan.
LELAKI
Fatimah. Putri bungsuku? (Masih heran)
Kapan ia pulang?
SOPIR
Iya, Tuan (sambil membuka pintu rumah). Dia Sudah pulang tiga hari yg lalu dr pondok pesantren. Tuan tak bertemu dengannya?
SOPIR (Bergumam)
Bagaimana bisa bertemu, kalau sudah tiga hari ini tuan tak pulang-pulang!
LELAKI ITU BERJALAN MEMASUKI RUMAH BESARNYA. DIA MENUJU KAMAR PUTRINYA – FATIMAH – DI LANTAI TIGA RUMAHNYA. LELAKI ITU MEMATUNG DI DEPAN PINTU KAMAR FATIMAH.
FATIMAH
(Membaca Q.S. Al-Baqorah : 1 – 7. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok bayangan hitam di depan pintu kamarnya).
Ayah?! Benarkah Ayah?!
FATIMAH BERLARI MENCIUM LENGAN AYAHNYA
LELAKI (Mengusap kepala Fatimah)
Fatimah, anak ayah (GUMAMNYA).
FATIMAH
Masuklah ayah. Fatimah kangen sama ayah. Ayah kurusan
(memegang-memegang tubuh ayah) Sakit?
LELAKI MENGGELENG LEMAH. FATIMAH MENUNTUN LELAKI ITU MASUK. MENDUDUKKANNYA. MELEPASKAN SEPATUNYA, BAJUNYA, DAN SELURUH PAKAIANNYA, LALU BERLARI KE KAMAR MANDI MEMBAWA SATU BASKOM KECIL AIR. MENYEKA TUBUH LELAKI ITU. MEMAKAIKAN PAKAIAN YANG BERSIH KEPADANYA.
LELAKI (Menangis)
Maafkan ayah, Fatimah. Ayah… (tersedu-sedu)
FATIMAH
Ayah, kenapa mesti minta maaf? Manusia itu tempatnya khilaf! Alhamdulillah, ayah sudah pulang! Fatimah senang.
LELAKI (Tersedu-sedu).
Apa yg ananda baca? Bolehkah ayah tahu..
FATIMAH
Al-Quran. Buku Allah yg diberikan-Nya untuk dibaca manusia. Ayat yg Fatimah baca tadi pertanda perihal keberadaan Al-Alquran. Itulah isyarat & pegangan hidup bagi manusia. Ayah masih sering membacanya?
LELAKI (Menggeleng)
Ayah lupa dengan-Nya.
FATIMAH (Menghapus air mata ayah).
Allah itu maha pemaaf. Dia tak akan pernah lupa pada hamba-Nya yg khilaf. Fatimah senang ayah pulang. Artinya, kita mampu sahur bareng untuk menyongsong hari pertama Ramadhan tahun ini. Walaupun cuma berdua.
LELAKI
Apa maksudmu cuma berdua, Fatimah?. Bukankah ibumu pula kedua kakakmu ikut sahur bersama kita malam ini?
(HERAN)
FATIMAH (Tertunduk dalam).
Ayah, Ibu …
BERHENTI
LELAKI
“Kenapa dgn Ibumu?”
SETENGAH MEMBENTAK
FATIMAH
Ibu, tadi siang dibawa ke tempat tinggal sakit jiwa. Beliau tertekan, ayah! Tadi beliau mengamuk jago begitu tahu, Mba Aisyah hamil & mas Hasan ditangkap polisi ketika sedang pesta ganja dgn sahabat-temannya.
LELAKI TERKULAI LEMAS
BABAK V
DI RUMAH SAKIT JIWA, SETELAH MENJALANI PROSES HUKUM, HASAN MENGALAMI PERAWATAN INTENSIF DI TEMPAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN OBAT. SELAMA ENAM BULAN DI SANA, AKHIRNYA IA SEMBUH. SEMENTARA, AISYAH TELAH MELAHIRKAN SEORANG BAYI PEREMPUAN YANG CANTIK. DAUD JUGA BERSEDIA BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ANAK ITU. FATIMAH TERUS MENGAJAR AYAHNYA MENGAJI. RUMAH ITU KEMBALI BERCAHAYA. MESKI IBU MASIH HARUS DIRAWAT. SUATU SORE YANG CERAH. FATIMAH SEDANG ASYIK BERMAIN-MAIN DENGAN BAYI KECIL AISYAH. TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI TELEPON.
Kring … Kring … Kring
AISYAH (Setengah berteriak).
Bi Inah, tolong angkat teleponnya.
BI INAH (Berlari-lari kecil)
Iya, Non. “Assalamualaikum”. Cari siapa?
BI INAH TAMPAK MANGGUT-MANGGUT
AISYAH
Dari siapa, Bi?
BI INAH
Anu, Non. Dari rumah sakit kawasan ibu dirawat. Katanya penting.
AISYAH (Beranjak dr tempat duduknya)
Ya …, saya anaknya ibu Khadijah. Ada apa, ya?
SUARA DI TELEPON
(PEGAWAI RS)
Begini. Bisakah Anda ke rumah sakit kini. Ada sesuatu dgn ibu Anda!
AISYAH
Ba… baik. Saya ke sana segera!
Tut… tut… tut… (telepon ditutup)
SORE ITU, MEREKA SEKELUARGA BERGEGAS PERGI KE RUMAH SAKIT. SEPANJANG PERJALANAN MEREKA DIHANTUI PERTANYAAN BESAR: “ADA APA DENGAN IBU MEREKA?”. SUASANA RUMAH SAKIT TIDAK TERLALU RAMAI. MEREKA SEGERA MEMASUKI LOBI. BEBERAPA PETUGAS SEDANG BERJAGA.
HASAN
Siang, Pak! Kami keluarga ibu Khadijah. Tadi kami mampu telepon dr sini. Ada apa dgn ibu kami.
TAMPAK KEKALUTAN TERCERMIN DARI WAJAHNYA
PETUGAS RS
O iya. Mari silakan ikut saya!
BERIRINGAN MEREKA MENGIKUTI LANGKAH PETUGAS RUMAH SAKIT. SETELAH MELEWATI BEBERAPA KORIDOR, AKHIRNYA SAMPAILAH DI KAMAR PERAWATAN IBU KHADIJAH. WAJAH SELURUH ANGGOTA KELUARGA TAMPAK TEGANG. FATIMAH TAMPAK MENGGAMIT AYAHNYA YANG BERJALAN GEMETAR.
PETUGAS RS
Mari!
SAMBIL MEMBUKAKAN PINTU KAMAR DAN MENYILAHKAN. MEREKA BERHAMBURAN MEMASUKI RUANGAN. SESOSOK TUBUH TERTUTUP KAIN PUTIH TERBUJUR KAKU DI ATAS RANJANG!
KELUARGA (Serentak)
Ibu ….!
TUBUH KAKU ITU DIPELUK BERAMAI-RAMAI OLEH MEREKA. IBU YANG MEREKA CINTAI TELAH PERGI. PERGI UNTUK SELAMA-LAMANYA! LELAKI ITU BERPALING DAN KELUAR RUANGAN. MENINGGALKAN TUBUH ISTRINYA YANG TERBARING KAKU. MENINGGALKAN LAGU TANGIS ANAK-ANAKNYA. ADA BENING AIR JATUH DI PELUPUK MATA LELAKI ITU.
LELAKI (Membenturkan dahi pada tembok ruangan)
Ya, Tuhan! Aku … sudah berdosa! Aku … berdosa! Ampuni hamba! Ampuni hamba, ya Rob…!
FATIMAH (Keluar dr ruangan, mendekati ayahnya & memeluknya)
Allah maha pengampun. Ibu pula niscaya diampuninya. Ibu beruntung , Yah! Ia dipanggil oleh Allah di dikala cahaya Ramadhan tiba menyoroti bumi!
RUANG DI RUMAH SAKIT ITU MULAI HENING. SUARA TANGIS TADI LAMAT-LAMAT HILANG BERGANTI DENGAN SUARA AZAN MAGRIB TANDA WAKTU BERBUKA PUASA TELAH TIBA.