10 Puisi Penyair Pakistan Muhammad Iqbal – Iqbal ialah seorang penyair, sekaligus filsuf, hebat aturan, pemikir politik, & reformis Muslim. ia dilahirkan di Sialkot-India pada bulan Dzulhijjah 1289 H, atau 22 Februari 1873, & wafat pada tanggal 21 April 1938. Iqbal dilahirkan dr golongan keluarga yg taat beribadah. Sejak masa kanak-kanak ia telah menerima bimbingan pribadi dr sang ayah, Syekh Mohammad Noor & Muhammad Rafiq, kakeknya.
Oke Sob, untuk mengerti pribadi karya Iqbal dlm bentuk puisi atau sajak, berikut Admin suguhkan 10 Puisi pilihan dr Sir Muhammad Iqbal.
“Cinta itu infinit & ke dlm keabadian ia pergi
Jika hari pembalasan tiba
Orang berduyun ingin jadi pemburu cinta
Sebab tanpa cinta ia akan terhina
Titik cerlang yg berjulukan pribadi
Api kehidupan dlm tumpukan bubuk kita
Cinta menggosoknya menjadi lebih abadi lagi
Cinta mengangkat insan membumbung tinggi
Hingga tercapai tangga keluhuran erat dewa
Jika wujud ini yakni benda belum selesai
Cinta membentuknya hingga sempurna
O muslim, dengar kisahku menjadi insan
Oleh cinta pribadi kian infinit
Lebih hidup, lebih menyala, & lebih kemilau
Dari cinta menjelma pancaran wujudnya
Dan pertumbuhan kemungkinan yg tak dikenali semula
Fitrahnya mengumpul api dr cinta
Cinta mengajarinya menerangi alam semesta
Cinta tak takut pada pedang & pisau belati
Cinta tak berasal dr air & bumi
Cinta mengakibatkan perang & tenang di dunia
Sumber hidup ialah kilau pedang cinta”.
Bintang-bintang mampu dipacunya
Namun pikirannya sendiri tak dapat dijelajahi
Ia kebingungan dlm labirin ilmu pengetahuannya
Dan kehilangan ukuran ihwal yg baik & penyakitnya
Sinar matahari mampu ditawannya
Namun tiada matahari yg terbit di sana
Buat menyingkap malam-malamnya yg kelam
…
Pribadi Teguh oleh Cinta
Titik cerlang berjulukan pribadi
Adalah api hidup di balik abu kita
Oleh cinta semakin kekal ia
Semakin cerlang & kemilau cahayanya
Semakin terjelma pancaran wujudnya
Dari cinta Pribadi mengumpulkan api
Oleh cinta diajarinya ia menerangi semesta
Cinta tak takut menghadapi pedang & senjata
Cinta tak berasal dr air & bumi
Cinta melahirkan hening & perang di dunia ini
Tebung curam gemetar tersorot pandangannya
Cinta dewa menjelmakan Tuhan dlm diri pada akhirnya
Sebab itu belajarlah menyayangi & dicintai
Carilah pandangan mata seperti Nabi Nuh
Dan tempa jiwamu bagaikan Nabi Ayyub
Jadikan timbunan debu ini emas
Cium ambang pintu Manusia sempurna
Nyalakan obor mirip Rumi
Bakar negeri Rum dgn Api Tabriz
Jika kau punya sepasang mata
Akan kutunjukan kekasihmu yg sebenarnya
Ia bersemayam dlm hatimu sendiri
Wajahnya semok memenangkan bidadari
Kasih sayangnya melampaui semua
Mencintainya menumbuhkan pribadi perkasa
Oleh cintanya bumi dapat memeluk bintang
Dan langkahnya bikin tanah Najd gilang gemilang
Pesonanya membuat kau terbang membumbung angkasa
Bukit Sinai hanya sebutir debu dibanding rumahnya
Tempat tinggalnya Baitul Haram
Hidupnya diliputi keabadian
Dan keabadian kian meluas oleh wujudnya
Karena biasa tidur di tikar kasar
Malamku lebih mengkremasi dr siang padang mahsyar
Dialah awan isu terkini semi & gue tamannya
Pohon anggurku lembap dicurahi hujannya
Mataku kusemai di padang cinta
Dan kupetik hasilnya lezat tak terkira
Bumi Madinah menjadi indah melampaui dua dunia
Karam gue mengagumi gaya bahasa Maulana Jami
Puisi & prosanya menjadi obat masa mudaku
Dari tangannya mengalir madah indah serta kemilau
Dan diuntainya kalung mutiara seakan memuja Mustafa
Seluruh dunia mengabdi pada ia selaku gustinya
Aneka khaifayat menyebar dr kemurnian anggur cinta
Dan sifat cinta merupakan taat setaat-taatnya
Seperti yg suci dr Bistam yg begitu takwa
Selalu ia berpuasa dr masakan yummy
Wahai yg Asyik, mengabdilah senantiasa kau pada kekasih
Agar jerat mampu kau lemparkan & tertangkap cahaya Tuhan
Tinggalkan dirimu & pindahlah ke hadirat Tuhan
Setelah tenaga yang kuasa kau peroleh kembalilah ke dunia
Lalu hancurkan kepala Lat & Uzza
Kumpulkan tentara dr kekuatan cinta
Agar Tuhan Ka’bah memberimu rahmat
Dan menerangkan arti ayat Inni Ja’ilun bagimu
“Sesungguhnya hendak kuciptakan KhalifahKu di bumi” dr Asrar Al-Khudi
Aku kehendaki perjaka inilah yg akan sanggup
membangunkan zaman yg gres
memperbarui kekuatan keyakinan
menjalankan pelita hidayat..
menancapkan di tengah medan pokok pemikiran Ibrahim
Api ini akan hidup kembali & membakar…
Jangan frustasi, menyaksikan lengang kebunmu
Cahaya pagi telah terhampar bersih
Dan bunga-bunga telah menyebar harum narwastu
Bersedialah dr kini
Tegaklah untuk memutuskan kamu-sekalian ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak atar itu, meskipun masih tersimpan dalam
kuntum yg akan mekar
Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini
Agar harum-harum narwastu meliputi segala
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak
cuma berbunyi tatkala terhempas di pantai
Tetapi jadilah ananda air-bah, mengubah dunia dgn amalmu
Sinarilah zaman dgn nur imanmu
Kirimkan cahaya dgn berpengaruh yakinmu
Patrikan segala dgn nama Muhammad
Nyanyian Waktu
Aku derita pula penawar
Aku mata air kekekalan
Aku api yg membinasakan
Aku taman kebakaan
Pertentanganku faktual
(Anggaplah itu tipu-akal kancil):
Berubah senantiasa, membisu senantiasa
Tak berubah dlm dada yg berganti.
Pada lambang-lambang bilangan-
Aku tak terikat pada masa & keluasan
Pada pergeseran & tahun kabisat
Kau ialah rahasia terpendam dlm dirimu
Aku ialah belakang layar dr wujudmu.
Dan kawasan tinggalku adalah kesendirian jiwamu
Kisah Syaikh & Brahmana
Di Benares ada seorang brahmana
Dia mencelupkan kepalanya di antara ada & tiada
Pengetahuannya perihal filsafat sangatlah luas
Tapi, ia amat benci pada orang yg mencari Tuhan
Dia selalu mencari sesuatu yg baru
Bulan & bintang seakan tercampak oleh kobaran citanya
Dia berpikir siang & malam
Namun, filsafat tak berkembang menjadi anggur dlm pialanya
Meskipun sudah digelut selamanya oleh samudra ilmu
Tak pula jeratnya mampu menangkap seekor unggas yg diharap
Rahasia ada & tiada belum pula disingkapnya
Dia berkeluh putus asa
Wajahnya muram sarat kesal
Maka, suatu hari ia berkunjung pada seorang syaikh
Orang yg menyimpan hati emas di dadanya
Syaikh itu menyimak sarat cerita sang Brahmana
Lalu ia berkata :”wahai mitra yg mengembara di angkasa tinggi”
Coba kamu-sekalian sejenak yakin pada dirimu di bumi ini
Kau sudah tersesat di hutan rimba pemikiran
Maka, berdamailah kembali dgn bumi
Jangan mengembara hendak mengupas esensi bintang
Bukan maksudku menyuruhmu meninggalkan patung-patungmu
Apakah kau seorang kafir ?
Kalau iya, mempunyai arti kau memang orang yg tak percaya
Wahai pewaris kebudayaan kuno
Jangan kau berpaling dr jalan leluhurmu !
Apabila rakyat berasal dr satu kesatuan
Maka, kekufuran pun semacam itu juga.
Tak pantas beribadat di kuil ruhaniah
Kita berdua telah jauh dr jalan kebaktian:
Kau jauh dr Azar
Aku pun jauh sudah dr Ibrahim
Majnun kita tak lagi jadi kesenduan bagi Laila
Dia belum lagi tepat dlm kegilaan bercinta
Apabila padam lampu sang pribadi
Apakah guna khayal meneliti alam semesta ini ?
Baiklah, akan kukisahkan tentang sungai Gangga & gunung Himalaya
Berkatalah sungai Gangga pada Himalaya:
“wahai kamu-sekalian yg berjubah salju sejak dulu
Tuhan menciptakanmu dr sekumpulan rahasia-diam-diam langit
Tapi ia tak memberimu kuasa untuk bergerak
Apa gunanya keluhuran jikalau tak mampu bergerak ?
Padahal hidup berasal dr gerak-Nya yg kekal
Sebab geraklah yg membuat segala kejadian”
Himalaya pun segera menjawab :
“luas airmu yaitu cemin bagiku
Dalam dadaku ini mengalir ratusan sungai seperti dirimu ini
Tapi, gerakmu yg indah itu merupakan fasilitas untuk mati
Siapa yg lari pribadinya niscaya menemui ajalnya
Tak ada padamu ilmu mengenai dirimu sendiri
Kau mabuk kepayang dlm bencanamu sendiri
Tolol kau bantu-membantu !
Kau lahir dr rahim situasi yg berputar
Dan tepian sungai yg runtuh
Ternyata lebih baik dr dirimu
Kau sembahkan wujudmu untuk wujud samudra
Telah kau hina dirimu bagai insan jalang
Maka, jagalah pribadimu mirip mawar di taman kerajaan
Jangan kau pinta wangi dr tamanmu sendiri
Dan kumpulkanlah mawar dr tamanmu sendiri
Lihatlah aku. Biarpun zaman terus berlalu
Aku tetap kuat berdiri di atas bumi
Apakah kau mengira gue lari dr tujuanku ?
Wujudku berkembang meraih langit
Ketika bintang Surya karam
Dia akan istirah di balik jubahku
Tapi, wujudmu akan hilang ditelan samudra
Sedangkan di puncakku bintang-bintang menundukkan kepala
Mataku dgn terperinci melihat belakang layar langit
Telingaku sering menangkap kepak sayap malaikat & bidadari
Dan karena gue selalu menyala
Aku kumpulkan segala bebatuan mutu manikam
Aku memang tampak mirip kerikil semuanya
Tapi didalam batu itu terpendam kobaran api
Dan air tak dapat melalui apiku !
Jika kau cuma setitik air, jangan sampai pecah di kaki sendiri
Tapi tak takut berjuang bersama maritim.
Kembangkan dirimu ! bergegaslah untuk bergerak !
Jadilah awan yg menyemburkan kilat
Dan mencurahkan hujan berlimpah
Biar samudra memohon badaimu seperti seorang pengemis
Biar ia berkeluh ihwal sempit tepianmu !
Biar ia anggap lebih kecil dr ombak
Dan melancar di kakimu sendiri !”
Di bawah kuasa-Nya dunia bergantung
Segenap makhluk dicipta untuk menaati perintah-Nya
Matahari sendiri tak lebih cuma tanda
Dari sujud alam yg lama di kening hari
Hatiku berkobar oleh nyala api dlm kalbu
Kepada bingkai semesta, air mata darah meminjamkan
Penglihatannya. Ia yg tahu asyik nama lain dr Cinta
Bisakah sesat dr rahasia kehidupan?
Dunia hanya debu & hati yaitu buahnya
Hanya darah setetes yg menjadikannya resah
Jika kami tak mempunyai penglihatan lahir & batin
Tentu dunia akan terasa aneh bagi kami
Musik cinta memperoleh alatnya pada insan
Rahasia ia singkap, dirinya satu semata dengan-Nya
Tuhan mencipta dunia, manusia menjadikannya indah
Manusia adalah kerabat kerja & teman Tuhan
Apa guna kalbu dlm dada, tanyamu
Akal yg dlimpahi rasa oleh Sang Pencipta
Jika rasa dlm dirimu hidup, hidup pulalah kalbumu
Jika tak nalar akan berubah menjadi debu
Jangan omeli apa tujuan hidup di bumi
Baik nikmati saja keajaibannya yg menarik
Kucintai pngembaraan jauh yg berkali-kali
Sebab setiap keberangkatan tantangan bagiku
Kau matahari, gue planet berputar mengitari-Mu
Diterangi oleh penglihatan-Mu
Terpisah dari-Mu ialah derita bagiku
Kau Kitab Agung, gue hanya setitik aksara di dalamnya
Disebut Cina, Arab, Parsi & Afghan
Lahir di trend semi itulah keluhuran
Membedakan warna kulit adalah dosa besar
Dunia kita ini masih percobaan seorang pemahat
Perubahan demi perubahan akan ia alami siang malam
Pahatan Nasib memerintahkan kita melakukan pekerjaan terus
Memberi bentuk, alasannya adalah dunia masih pahatan berangasan
Ia yakni perlambang hidupmu yg senantiasa mencari cahaya
Ia menyembul jauh dr kegelapan bumi
Namun sejak lahir mempunyai mata di sinar matahari
Jika kau tahu kemungkinan-kemungkinanmu yg terpendam
Embun akan bisa kau cipta menjadi lautan
O Hati, kenapa mengemis terang pada sinar bulan?
Nyalakan lampumu sendiri supaya terang malam-malammu
Kau masih terikat pada warna kulit & ras
Maka kau sebut gue Afghan atau Turkoman
Namun gue pertama kali manusia, positif manusia
Baru kemudian bisa kau sebut India atau Turkistan
Tuhan & Manusia
Tuhan:
Kau bikin Iran, Ethiopia & Mongolia
Dari tanah Kubuat besi, murni tak tercampur yg yang lain
Kamulah yg menjadikannya pedang & senjata
Kau bikin kapak untuk menebang pohon yg Kutumbuhkan
Dan bikin sangkar untuk burung-burung yg berkicau bebas
Manusia:
Kau bikin lempung, darinya gue bikin cawan minuman cerlang
Kau jadikan hutan belantara, gunung & padang rumputan
Aku cipta kebun, taman, jalan-jalan & padang pengembalaan
Kurubah racun berbisa menjadi minuman segar
Akulah yg mencipta cermin cerlang dr pasir.
Untuk sesaat
Di taman dunia ini
Kau nyanyikan lagu pengantin mawar,
Dan karenanya
Hati yg satu bersorak gembira
Dan yg lain merasa sedih.
Dengan darah
Kau lukis kelopak tulip
Merah membara.
Dengan pandang pagi harimu yg sejuk
Kausingkap pelan-pelan hati tunas mawar.
Dalam sajak gubahanmu
Kau temui kuburmu yg lebih terhormat.
Kepada rahim bumi
Kau tak akan & tak akan kembali
Sebab kau tak dilahirkan oleh bumi.
Hari Pertama Penciptaan: Langit Mencemooh Bumi
Demi lezat penyatuan & pelepasan, kehidupan membangun semesta raya ini & dr desah nafasnya tercipta rumah keajaiban dr siang & malam.
Masing-masing bertebaran menerpa gairah & cinta diri untuk berekspresi sambil berteriak lantang: “Aku berlawanan dgn engkau.”
Belum ada kafilah melintasi padang pasirnya, sungai-sungai belum bergelut menelikung bebukitan, belum ada awan gemawan menjatuhkan tetesan di dedaunan, tiada burung-burung berkicau di dahan-dahan, & tiada pula rusa-rusa mungil melompat di sesemakan.
Langit mencerca bumi: “Belum pernah gue lihat makhluk seburuk engkau, terpejam buta dlm jangkauanku: tanpa lampuku, darimana kamu-sekalian peroleh terangmu? Engkau dapat tumbuh setinggi puncak Alvand, tetapi ia sebetulnya tak pijar ataupun tumbuh. Sekarang pilihlah wanita sundal yg akan meremasmu atau matilah dlm kehinaan.”
Apa yg bikin hari benderang? Matahari lingkaran yg ternoda!
Sudahkah kau-sekalian hapuskan denah keinginan dr kanvas jiwamu? Dari debu-debu kegelapanmu sendiri cahaya akan bersinar.
Pengetahuan manusia akan mendesak menguasai angkasa, cintanya akan mengaku Yang Tak Terhingga.
Terbentuk dr lempung, manusia akan membumbung mirip malaikat hingga langit menjadi kedai minuman bau tanah di pinggir jalan-jalan yg ditempuhnya.
Kubah-kubah langit kan ditembusnya bagai jarum menusuk sutra.
Dan ia akan mencuci kehidupan dr segala nodanya.
Tatapan matanya akan membuat suram kabut bumi cerah berseri.
Meski hanya sedikit berdoa & banyak menumpahkan darah, namun ia tetap melaju selamanya.
Dari semesta ia akan berguru mengetahui sifat-sifat sang wujud, “Siapa yg tenggelam dlm pesona kecantikan Tuhan, maka ia akan menjadi raja segenap makhluk ciptaan.”