Kerbau dan Babi Hutan
Pada sebuah hari seekor kerbau berjalan gotong royong dengan seekor babi dibalik-balik belukar ditepi hutan.
Di dunia ini tak ada yang lebih kuat dan besar dari pada saya kata kerbau dengan sombongnya. Biarpun saya kecil, belum pasti saya kalah oleh mu, jawab babi hutan.
Hai babi hutan lihatlah tandukku ini, panjang, runcing dan berkilat-kilat. Kalau aku kalah boleh kamu ambil dia.
Kak kerbau, saya memang kecil, tetapi kuat juga. Sepanjang pikiranku, saya lebih tangkas dari pada abang. Kalau aku kalah, hidungku yang panjang ini boleh kakak ambil.
Tiada berapa lama berjalan, sampailah kedua binatang itu kekebun jagung orang. Pagarnya tinggi lagi kuat.
Kau dapat masuk ? tanya kerbau itu kepada babi hutan. Kalau tak mampu, aku sendiri masuk kedalam. Aku habiskan segala pohon jagung yang ada disitu.
Kerbau itu menundukkan kepalanya. Dengan tanduknya yang besar lagi kuat dirubuhkannya pagar itu. Ia masuk kedalam. Jagung yang ada disitu habis dimakannya. Yang tinggal rusak dilunjah-lunjanya dengan kaki. Babi hutan itu bangkit saja diluar. Terbit air liurnya menyaksikan kerbau makan daun jagung muda itu.
Sesudah tamat keduaanyapun meneruskan perjalanannya. Tiada berapa lama berlangsung, hingga dia kekebun sayur berpagar kawat duri.
Kak kerbau, kalau abang tak mampu masuk, saya akan menyuruk kedalam. Segala sayuran, talas dan ubi yang ada didalamnya saya habiskan.
Melihat kawat itu, agak segan kerbau itu masuk.
Ha ha, Manakah yang lebih berharga sekarang, besar atau kecil. Kakak tak dapa masuk kedalam.
Kerbau itu tak mampu menjawab.
Memang, katanya beberapa ketika lalu. Ada kalanya besar dan kuat itu dikalahkan oleh sikecil seperti engkau ini.
Itu betul, jawab babi hutan, tetapi besar dan berpengaruh dapat melakukan pekerjaan yang lebih berat.
Kedua-duanya sama-sama menang. Kerbau tak jadih ilang tanduknya, karena beliau mampu meruntuhkan pagar. Babi sampa sekarang masih berhidung panjang karena tak kalah oleh kerbau itu. Sumber : Buku Bendera berkibar Jilid I 1955.