Tempurung Buat Mama
Seorang pemuda yang sangat mencintai ibunya, karenanya tak berdaya terhadap kemauan isterinya sehabis menikah. Si Ibu secepatnya diboyong ke tempat tinggal yang baru ditempatkan pada paviliun yg tenteram. Lama-kelamaan Ibu sakit-sakitan, batuk dan penyakit bau tanah lain mulai menggerogoti tubuhnya. Ani [Istri] dan Ayu [anaknya] juga takut ketularan. Maka dibuatnyalah gubuk di belakang rumah. Pelayanan yang diberikan mula-mula baik, namun… kemudian turun bertahap sampai sebuah batok [tempurung kelapa] diberikan sebagai kawasan makan ibunya. Sang suami mirip hirau dan begitu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa mengontrol kondisi si Ibu yang dulu dicintai. Suatu hari Ayu berjalan-jalan bareng ortunya di suatu taman, dilihatnyalah sebuah tempurung kelapa dekat selokan bersebelahan dengan kawasan sampah yang anyir. Ayu secara spontan mau mengambil tempurung itu. Tetapi Ani, ibunya,melarang. Ayu terus merengek minta benda itu, namun dicegah oleh kedua ortunya. Di tengah kebingungannya, ibunya mengajukan pertanyaan :”Ayu, buat apa tempurung kotor itu??” “Aku mau simpan buat mama !!”, jawab Ayu dengan nada merengek. “Haa… Apa..??!!”, sahut kedua orang tuanya keheranan. Dengan nada merengek, Ayu menjawab:”Ya buat mama nanti kalo telah tua mirip nenek !” Si mama bengong….. bagai disambar petir layaknya.
Renungan : Apa yang kita perbuat kepada orang tua kita, itu akan ditiru oleh anak kita. Waspadalah… Tidak ada satu alasan pun yang sempurna bagi kita untuk tidak menghormati orang tua kita, siapapun dan bagaimanapun orang bau tanah kita itu. Kecuali, bila kita ingin bencana menimpa kita dan keluarga kita seumur hidup kita.
————————————————————————————————–
Malam Pertama
Dalam menghadapi malam pertama perkawinannya Anto yang lugu itu minta pesan tersirat ayahnya tentang apa yang mesti dilakukannya. “Begini,” kata ayahnya, “ambillah barang yang sering kamu mainkan di era remajamu dahulu, masukan barang tersebut ke tempat pipis istrimu.” Dan begitulah, pada malam pertamanya, Anto yang lugu itu mengambil seluruh kelerengnya dan memasukannya ke dalam toilet.
————————————————————————————————–
Mencuri
Seorang perjaka diajukan ke depan pengadilan atas tuduhan mencuri sepeda milik seorang gadis sampaumur.”Saya sama sekali tidak mencurinya, Pak Hakim,” kata si cowok membela diri. “Dia yang memberikan sepeda itu terhadap saya. Ketika itu pulang sekolah, beliau meminta aku supaya memboncengkannya dengan sepedanya. Saya dudukkan dia di stang. Lalu dalam perjalanan, di suatu semak belukar, beliau memerintahkan saya berhenti. Dibukanya baju dan celananya. Lalu katanya, aku boleh mengambil miliknya yang paling berguna. Pak Hakim, kemudian saya berpikir, bajunya memang berharga, tapi itu baju wanita dan tak ada gunanya bagi saya. Jeans-nya juga terlalu kecil bagi aku. Karena itu, yah, apa boleh buat terpaksa aku mengambil sepedanya.”
————————————————————————————————–
Punyamu
Patrick masuk ke ruang praktek dokter dengan tampang babak belur dan suatu raket tenis yang jebol terkalung di lehernya. “Jangan khawatir, aku akan secepatnya membantu anda. Tapi terlebih dahulu, mengapa raket itu sampai melilit leher anda?” “Ceritanya begini, dokter,” kataPatrick. “Tadi sore, saya dan istri saya pergi bermain tenis. Lalu istri saya melakukan pukulan yang begitu keras sehingga bolanya hilang dari persepsi kami. Kami sibuk mencari bola itu. Kemudian di pojok lapangan aku melihat seekor sapi betina sedang berbaring-baring. Saya dekati sapi itu, dan dengan perlahan-lahan ekornya aku angkat. Astaga! Ternyata bola tenis yang hilang itu memang ada di bawah pangkal ekornya. Saya berteriak mengundang istri saya ‘Sayang, kelihatannya ini mirip punyamu’. Dan dokter, setelah mengucapkan kata-kata itu aku tidak ingat apa-apa lagi.”