Di dunia ini, ada sejarah yg tak pernah jenuh untuk dibicarakan, & tak pula bosan untuk diceritakan. Salah satu dr sejarah tersebut adalah kisah hidup Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sang pemimpin umat insan beserta keluarganya (Ahlul Bait).
Salah satu cuplikan dr kisah hidupnya yg paling cemerlang & yg paling mengagumkann ialah kisah hijrah ia dr Makkah menuju Madinah.
Hijrah yg merupakan pembuka cita-cita & kemenangan, sekaligus menjadi jalan kembali bagi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam & para shahabatnya menuju Makkah selaku penakluk & pemenang.
Hal ini diterangkan dlm firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
“Sesungguhnya yg mengharuskan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Alquran, betul-betul akan mengembalikan ananda ke daerah kembali.” (QS. Al-Qashash: 85)
Maksudnya adalah ke Makkah.
Ketika orang-orang musyrik melihat para shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah bersiap-siap, & keluar menjinjing istri & belum dewasa mereka menuju Madinah.
Orang-orang musyrik khawatir jikalau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan pergi & bergabung bersama para shahabatnya.
Hal ini menciptakan orang-orang musyrik semakin keras mempertimbangkan perkara ini, apalagi tak ada lagi kaum muslimin yg tersisa di Makkah kecuali Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, & sebagian kecil lain yg ditahan oleh orang-orang musyrik dengan-cara paksa.
Maka pada malam konspirasi itu, konspirasi kaum musyrikin untuk membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Jibril tiba menenteng wahyu dr langit & memberitahu ia ihwal hal itu, & Jibril pula meminta ia untuk tak tidur di kawasan tidurnya pada malam itu.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba menemui Abu Bakar di pertengahan siang, pada waktu yg tak umumnya ia datang menemui Abu Bakar, kemudian dia berkata kepadanya,
“Sesungguhnya Allah sudah mengizinkanku untuk berangkat.”
Maka Abu Bakar berkata, “Aku menemanimu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Iya.”
Aisyah berkata,
“Aku melihat Abu Bakar menangis, & sebelumnya gue tak pernah mengira bahwa seseorang mampu menangis sebab bahagia.”
Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu untuk tidur di tempat tidur dia pada malam itu.
Tidak ada yg dijalankan oleh cowok yg penuh doktrin ini kecuali menerima perintah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yg mulia itu.
Subhanallah, Mahasuci Allah. Sungguh, Ali yaitu cowok yg sangat berani.
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]
Berlanjut ke Ali & Tugas Mulia di Malam Hijrah (Bagian 2)