Dalam sebuah debat dgn penginjil, Ahmad Deedat kembali menang telak. Ia menguraikan banyak hal yg pertanda bahwa Yesus bukan ilahi; baik dengan-cara ilmiah-rasional maupun ayat-ayat dlm Bibel yg ia hafal di luar kepala.
Selain itu, pada debat tersebut, Ahmad Deedat mengutip suatu ayat Al Qur’an yg sungguh halus menyanggah ketuhanan Yesus. Begitu halusnya bahasa Al Qur’an, banyak orang yg tak mengetahui bahwa ayat tersebut ternyata membantah ketuhanan Yesus dgn sentilan rasional.
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآَيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun telah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yg berpegang teguh pada kebenaran, keduanya lazimmengkonsumsi masakan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (yang memperlihatkan keesaan Kami) pada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran)” (QS. Al Maidah : 75)
Yang menjadi perhatian Ahmad Deedat ialah kalimat “kaanaa ya’kulaanith tha’aam”.
“Kaanaa ya’kulaanith tha’aam… keduanya Yesus/Isa & ibunya yakni Maryam/Maria biasa menyantap kuliner,” Ahmad Deedat menerangkan dlm debat tersebut. “Al Qur’an ini ialah kitab yg memakai bahasa yg halus, bahasa yg sopan. ia cuma menyebutkan bahwa Maryam & Isa itu biasa mengkonsumsi masakan. Konsekuensi makan niscaya buang kotoran. Tetapi Al Qur’an tak perlu mengungkapkannya eksklusif. Secara halus kita diajak berpikir, apakah pantas bagi Tuhan buang kotoran? Apakah patut bagi Tuhan buang air besar?”
Pertanyaan itu tak mampu dijawab oleh lawan debat Ahmad Deedat. Ia bungkam. [Ibnu K/wargamasyarakat]