Zainab, Mengutamakan Ketaatan Kepada Allah Ketimbang Kepada Suami (Bagian 2)

Lanjutan dr Zainab, Mengutamakan Ketaatan Pada Allah Ketimbang Pada Suami

Tidaklah mengherankan melihat keempat putri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam beriman pada risalah yg dia bawa.

Sebab, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ialah ayah mereka, & sebelum itu beliau yakni orang jujur yg terpercaya.

Sehingga mereka semua masuk Islam tanpa ada keraguan sedikit pun. Dan itulah hal paling kecil yg mampu mereka lakukan.

Setelah itu, ada beberapa orang dr kelompok laki-laki Makkah yg masuk Islam, mirip Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, & Zubair bin Awwam.

Merekalah yg menyokong dakwah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam & saling mengembangkan dgn dia dlm menghadapi kezhaliman & kesewenang-wenangan kaum Quraisy yg masih kafir.

Adapun suami Zainab, Abu Al-Ash, dikala itu sedang berada dlm suatu perjalanan untuk berdagang.

Pada dikala kembali, ia mendengar dr orang-orang musyrik wacana sebuah agama gres yg diserukan oleh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Abu Al-Ash masuk rumah untuk menemui istrinya Zainab & mulai mengucapkan apa-apa yg dibilang oleh orang-orang musyrik tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam & agamanya.

Saat itulah, Zainab Radhiyallahu Anha mengambil sikap yg kokoh, perilaku orang-orang besar, perilaku para jagoan, & memberitahu suaminya bahwa ia telah masuk Islam & beriman terhadap semua yg dibawa oleh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Zainab tak berhenti hingga di sana, ia bahkan mengajak suaminya untuk ikut masuk Islam.

Akan namun suaminya menolak & menentukan untuk tetap dlm kekufuran & kemusyrikannya.

Abu Al-Ash berkata,

“Sungguh gue tidak ingin dibilang bahwa suamimu sudah mengecewakan kaumnya, & mengufuri nenek moyangnya hanya demi menyenangkan istrinya.”

  Kisah Unik Penyambutan Tamu Arab (Bagian 2)

Pada insiden perang Badar, Abu Al-Ash memutuskan untuk ikut bergabung dlm barisan yg berlawanan dgn Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, & meninggalkan istri & kedua anaknya di Makkah.

Abu Al-Ash tak mempedulikan istrinya yg memintanya untuk tetap tinggal di Makkah & tak ikut bareng orang-orang musyrik.

Dengan hasratAllah Ta’ala, perang Badar itu selsai dgn kemenangan kaum muslimin. Sementara itu, Abu Al-Ash sendiri jatuh selaku tawanan di tangan kaum muslimin.

Ketika penduduk Makkah mendengar info perihal kewajiban untuk menebus para tawanan.

Zainab mengantarkan tebusan untuk menebus suaminya, & untuk itu ia mengirimkan sejumlah harta tergolong di dalamnya suatu kalung.

Kalung itu sendiri memiliki kenangan pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, alasannya kalung itu tadinya ialah milik dr istrinya Khadijah binti Khuwailid, yg diberikannya pada Zainab ketika ia mulai hidup berumah tangga dgn Abu Al-Ash.

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyaksikan kalung itu, dia segera mengenalinya, sehingga beliau menjadi sangat terharu & berkata pada para shahabatnya agar melepaskan Abu Al-Ash,

“Jika kalian berkenan untuk membebaskan tawanannya, maka bebaskanlah ia.”

Para shahabat berkata, “Baik wahai Rasulullah.”

Para Shahabat pun membebaskan Abu Al-Ash.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pula meminta Abu Al-Ash berjanji untuk membiarkan Zainab menyusul ia ke Madinah, & Abu Al-Ash menyanggupinya.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Berlanjut ke Zainab, Mengutamakan Ketaatan Pada Allah Ketimbang Pada Suami (Bagian 3)