Eks Preman Ini Jadi Pahlawan Akidah untuk Penghuni Kuburan Rangkas

Sore itu Kamis (9/7) matahari berganti warna menjadi merah, sinarnya sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk meraih mata. Semakin banyak cahaya yg dihamburkan. Sehingga yg banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yakni merah. Artinya hitungan puluhan menit akan jelang waktu berbuka puasa. Para “penghuni” kuburan kawasan Pemakaman Rangkah, Surabaya sudah berkumpul untuk ikuti kajian & menyambut kehadiran keluarga Hamas Syahid Izzuddin (pemeran Azka di film Tausiyah Cinta). Bagi mereka, kehadiran seorang Ummu Hamas & keluarga adalah hal yg membahagiakan.

Dalam acara yg disertai para ibu senja kolam ratna kualitas manikam itu, persepsi saya tertuju pada seorang bapak bau tanah bertubuh kurus & kuyu.

“Pak Usin,” ucapnya dgn bunyi agak keras, padahal tatkala saya tanya wacana nama menjajal pelan semoga tak terlalu terdengar yg lain yg sedang fokus dgn ramah tamah dgn Hamas & keluarga.

Usin, bukan Husin, katanya. Umurnya belum genap 56 tahun. Kalau ketemu dengannya & mengajak ngobrol, intonasi suaranya agak keras & kalimatnya rucah. Ternyata, ketua panitia program itu dulu adalah seorang preman. Mantan residivis. Keluar masuk penjara, bahkan pernah di Lapas Nusakambangan.

Ya, dua belas tahun yg lalu memang masa suram baginya. Hidup seakan sempit. Namun Allah berikan ia hidayah. Laki-laki yg badannya sarat tatoo itu semula ditakuti warga sekitar pemakaman, namun kini ia jadi penyelamat kampung. Penyelamat iman. Pasalnya, warga sekitar pemakaman di situ dahulu sering menjadi sasaran para misionaris. Mereka umumdiajak penginjil hadir di acara kebaktian di Stadion Tambak Sari, Surabaya.

Berjalannya waktu, dikala Pak Usin menerima hidayah. Kampung itu jadi hidup. Kawasan itu kini sudah memiliki masjid & perpustakaan. Bahkan kini ada pengajian rutin setiap final pekan.

  Dokter yang Ingat Kematian Karena Surat Wasiat Pasiennya (3)

Sang Mantan Residivis yg sudah berangkat umrah dua tahun kemudian itu makin agamais, ditunjuk untuk memimpin daerah kumuh Rangkah.

Senja kian tak tertahan, kami pun berpisah dgn sepoian angin & bunga kamboja yg berguguran di antara watu nisan. [@paramuda / Wargamasyarakat]