Kenikmatan tertinggi yg akan diperoleh seorang hamba yakni tatkala ia bisa berbicara pada Allah Ta’ala dengan-cara pribadi. Kenikmatan tersebut melampaui nikmatnya surga. Padahal, nirwana ialah tempat terbaik yg tak pernah terbayang kenikmatannya oleh asumsi, pandangan, maupun penglihatan insan.
Agar patut dikaruniai nikmat yg agung ini, sebagaimana termaktub dlm salah satu ayat-Nya, seorang hamba mesti melakukan amal yg saleh & membebaskan dirinya dr mempersekutukan Allah Ta’ala.
Katakanlah, “Sesungguhnya gue ini manusia biasa mirip kamu, yg diwahyukan kepadaku, ‘Bahwa bahwasanya Tuhan ananda ialah Tuhan yg Esa.’ Barangsiapa mengharap perjumpaan dgn Tuhannya, maka hendaklah ia menjalankan amal yg shaleh & janganlah dia mempersekutukan seorang pun dlm beribadah pada Tuhannya.” (Qs. al-Kahfi [18]: 110)
Di antara amal shaleh yg bisa menjadikan pelakunya diberi nikmat mengatakan pada Allah Ta’ala dengan-cara eksklusif yaitu jihad di jalan-Nya. Yaitu memperjuangkan tegak tingginya kalimat Allah Ta’ala di muka bumi dgn jiwa & harta.
Di permulaan dakwah Rasulullah Saw, jihad menjadi salah satu pembeda efektif antara mereka yg beriman & siapa yg munafiq, serta sarana unjuk kekuatan pada kaum-kaum yg memushi Allah Ta’ala dgn mendustakan rasul-Nya yg mulia.
Dalam banyak sekali riwayat disebutkan bahwa kenikmatan mengatakan pada Alah Ta’ala cuma diberikan untuk orang-orang tertentu yg dia Ridhai. Itu pun tak dengan-cara pribadi, melainkan dgn adanya hijab.
Namun, dlm tafsir “al-Qur’anul ‘Azhim”, Ibnu Katsir menyebutkan, “Di antara insan yg Allah Ta’ala berbicara kepadanya dengan-cara terperinci-terangan tanpa penghalang,” lanjut salah satu mufassirin terbaik ini, “ialah Abdillah bin Haram yg syahid dlm Perang Badar.”
Abdillah bin Haram yaitu ayah dr teman Rasulullah Saw yg populer keshalihannya, Jabir bin Abdillah. Sedangkan usulan Ibnu Katsir tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah Saw pada Jabir bin Abdillah,
مَا كَلَّمَ اللَّهُ أَحَدًا إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ وَ إِنَّهُ كَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا
Tutur Nabi, “Tidak sekali-kali Allah Ta’ala berkata pada seseorang,” lanjut Nabi sebagaimana diriwayatkan Imam at-Tirmidzi ini, “melainkan dr balik tabir.” Namun, dlm hadits yg pula diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah ini, “Sesungguhnya dia berbicara pada ayahmu dengan-cara jelas-terangan,” pungkas Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam al-Hakim & dishahihkan oleh adz-Dzahabi.
Berbahagialah Jabir & ayahnya berkesempatan mendapatkan nikmat Allah Ta’ala yg agung itu. Semoga Allah Ta’ala
memberikan pula nikmat tersebut pada kita. Aamiin. [Pirman]